Part 2 : Aku Menyukaimu, Tya (2)

6 1 0
                                    

36 hari. Waktu yang dibutuhkan buat seorang aku mendekati Tya. Tahu tentangnya, masalah-masalahnya (meski mungkin tidak semua), makanan kesukaannya, restoran kesukaannya, tempat swafoto favoritnya, dan banyak lagi. Tya juga tahu banyak tentangku. Tapi, tidak tahu tentang banyaknya kebohonganku.

Aku mengiriminya pesan.

Arel :
"Tya, sedang apa?"

Tya :
"Sedang tiduran aja, Rel. Kamu?"

Tya mengenalku sebagai Arel.

Arel :
"Lagi chattingan sama kamu, hehe."

Tya :
"Itu sih, aku juga tahu."

Arel :
"Kalau tahu, kenapa nanya?"

Tya :
"Au ah, nyebelin kamu."

Arel :
"Oh iya, Tya. Ini sudah lama sepertinya. Aku enggak tahu juga kenapa. Tapi, terang saja. Aku menyukaimu, Tya."

Tya :
"Mmm..." Tya memberikan spasi panjang di pesannya ini. Dengan sebuah kalimat di akhir. "Aku juga suka sama kamu, Rel."

Arel :
"Kalau gitu .... Apa kita bisa dinyatakan sudah jadian?"

Tya :
"Belum."

Arel :
"Loh, kok belum?"

Tya :
"Kamu kan belum minta aku buat jadi pacarmu. Kamu cuma bilang suka sama aku."

Arel :
"Tapi kan kamu juga bilang suka. Otomatis kita udah jadian dong."

Tya :
"Enggak, itu beda, Arelllll."

Arel :
"Yaudah, aku minta kamu jadi pacar aku."

Tya :
"Masa gitu doang? Kaku banget. Romantis dikit lah."

Arel :
"Macam apa ini, mau jadian aja susah banget."

Tya :
"Mau dapatin sesuatu, orang itu harus usaha. Kalau kamu mau dapatin aku, ya harus usaha juga lah."

Arel :
"Yaudah ... Untuk Arelku tersayang, tanpa kamu, aku seperti butiran nasi kering yang tidak termakan. Aku seperti debu di meja yang tidak lap. Maukah kamu jadi pacarku?"

Tya :
"Aku malah ketawa bacanya. Enggak romantis banget sih kamu. Tapi, bagaimanapun aku tetap terima kamu. Terima kasih ya, Arel." Ada emoticon senyum yang banyak di pesannya ini.

Aku menimpali dengan emoticon senyum yang tidak kalah banyak.

...

Hubungan kami sudah berjalan dua minggu. Semua berjalan baik. Sampai semua yang berjalan baik ini membuatku bosan. Aku heran kenapa dia tidak merasa bosan. Mungkin aku harus menerima ajakan ketemuannya. Selama ini dia terus memintaku untuk bertemu. Tapi aku selalu membalasnya dengan segudang alasan yang sudah aku siapkan untuk menolak ajakan ketemuan dari seorang perempuan.

Oh iya, ini harusnya bisa jadi pelajaran yang bagus. Lucu juga, kalau selama berminggu-minggu kami saling bertukar pesan. Tapi dia tidak tahu aku yang sebenarnya. Gambar profil diriku yang aku kirimkan itu jelas bukan aku. Aku ingin tahu bagaimana perempuan menyikapi laki-laki yang kalau dia tahu, mungkin dia akan kecewa. Aku ingin tahu juga rasanya mengetahui menjadi orang yang cukup terkenal di Instagram, kemudian dibohongi oleh orang asing sampai kemudian mereka pacaran.

Oke, seminggu lagi aku jadwalkan kami untuk bertemu. Siapkan reaksi terbaikmu, Tya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tinta Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang