Part 2

815 4 6
                                    

Kayla POV

Aku terduduk lemas di dalam angkot yang sedang melaju dengan kencang. Baru kurasakan lutut dan telapak tanganku yang perih karena kejadian tadi. Mungkin karena efek adrenalin yang sudah habis, tiba-tiba kurasakan tubuhku bergetar hebat. Ya Allah, terima kasih masih memberiku kesempatan untuk merasakan kehidupan di bumi ini, ucapku dalam hati.

Setelah tubuhku berhenti bergetar baru kuingat pria yang hampir saja menabrakku. Pria tampan itu pasti marah karena aku pergi begitu saja. Ya mau bagaimana lagi daripada aku terlambat.

Setelah dua puluh menit perjalanan akhirnya aku tiba di tempat tujuan. Gedung yang kutuju tampak sangat tinggi dan megah. Akupun bergegas masuk dan menemui resepsionis di lobi gedung.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" sambutnya ramah.

"Selamat pagi, saya ada jadwal interview untuk beasiswa." jawabku.

"Silahkan naik ke lantai 15, nanti disana sudah ada petugas yang menunggu."

"Terima kasih." ucapku kepada resepsionis itu.

Akupun berjalan ke arah lift dan langsung naik ke lantai 15. Setibanya di lantai 15 kulihat ada empat orang yang tampak seperti peserta juga serta satu orang yang duduk di belakang meja petugas.

Karena datang paling terakhir akupun mendapat giliran paling terakhir untuk interview. Sepuluh menit kemudian petugas tersebut menerima telepon dan mendatangi kami.

"Maaf berhubung CEO kami belum hadir maka interview akan terlambat dari jadwal. Apakah kalian bisa menunggu atau ada yang tidak bisa menunggu?" kata petugas tersebut kepada kami.

Aku dan para peserta lain semua menjawab bisa. Setengah jam kemudian  akhirnya peserta pertama dipanggil masuk ke ruangan. Rata-rata satu orang diwawancara sekitar 15 menit.

Pada saat orang kedua keluar aku permisi untuk ke toilet. Ternyata orang itu juga mau ke toilet sehingga kami berjalan bersama.

"Hai, namaku Kayla. Gimana radi interviewnya?" tanyaku kepada gadis itu.

"Hai, aku Fika. Buset dah, yang interview ada lima orang. Berasa kaya lagi disidang di pengadilan. Semuanya bapak-bapak yang lumayan ramah kecuali satu orang yang masih muda dan paling ganteng tapi dia juga yang paling jutek dan galak. Kalau ga inget lagi interview dan dia orang penting di sini udah aku cabein mulutnya. Jadi cowok kok judes dan nyinyir." ujar Fika dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Hehe, sabar bu. Emang parah banget ya sampe kamu sampe segitunya?" tanyaku.

"Idih, ntar deh kamu rasain sendiri. Pertama lihat sih aku sempet kesengsem ngeliat wajahnya yang ganteng. Tapi begitu dia buka mulut, langsung ilfil abis." jawabnya masih dengan nada kesal.

"Wah, jadi takut denger cerita kamu." ujarku.

"Yah good luck deh, mudah-mudahan kuping kamu ga meleleh karena sindiran pedes dari si ganteng itu." ucapnya sambil bercanda yang membuatku tertawa terbahak-bahak.

Ternyata Fika orangnya asik juga. Kami sempat bertukar nomor sebelum dia pulang dan aku kembali ke ruang tunggu.

Setengah jam kemudian tibalah giliranku masuk. Aku langsung duduk di tempat yang disediakan dan menaruh tas di samping kursi. Kemudian aku mendongak dan langsung bertatapan dengan sepasang mata yang tadi pagi sempat menusukku tajam.

"Kau!!" teriaknya sambil menggebrak meja.

****
Author POV

Ruangan interview terasa sangat mencekam akibat bentakan seorang pria tampan yang duduk di ujung sebelah kanan para pewawancara. Semua orang terdiam menatap pria tersebut. Karena malu dengan reaksinya sendiri wajah pria tersebut memerah. Dia langsung duduk kembali dan tampak salting.

"Cepat perkenalkan dirimu dan alasan kenapa kamu ingin mendapatkan beasiswa ini!" Ujarnya dengan agak ketus sebagai upaya untuk menetralkan suasana wawancara. Dia masih shock melihat wanita yang duduk di depannya. Orang yang membuat dia terlambat dan kehilangan gadget kesayangannya.

'Apes amat gue hari ini. Semua gara-gara ni cewek kupret' ucapnya dalam hati.

Kayla yang masih kaget karena menerima bentakan dan melihat pria yang hampir menabraknya tadi pagi masih tetap terdiam. Benaknya kosong. Tubuhnya bergetar karena kaget dan jantungnya berdetak sangat kencang. Apalagi dari sejak pria itu membentaknya pandangan mereka belum terputus.

"Heh, disuruh ngomong malah diam. Niat mau ikut wawancara atau tidak sih!?" bentak pria tersebut.

Kayla yang kembali terkaget akhirnya mampu mengeluarkan suara.

"Maaf Pak, bisa mohon diulang pertanyaannya?"

"Huh, kamu yang fokus dong. Jangan membuang waktu saya yang berharga. Perkenalkan diri kamu dan apa alasan perusahaan ini harus memberi kamu beasiswa ini!" Ucap pria itu masih dengan nada ketus.

Mendengar perkataan itu Kayla langsung tersadar dan menghela nafas sambil melafaskan Basmallah dalam hati.

"Assalamuaikum wr.wb, selamat pagi semuanya perkenalkan nama saya Kayla Thalia Putri. Biasa dipanggil Kayla. Saya lulusan dari SMA Nusa Bangsa. Alasan kenapa saya ingin mendapatkan beasiswa ini adalah karena saya ingin mewujudkan cita-cita saya. Saya memiliki mimpi yang saya harap bisa saya capai kelak setelah saya lulus kuliah nanti dan saya harap perusahaan ini mau memberikan saya kesempatan untuk mewujudkan cita-cita saya tersebut." Ucap Kayla dengan nada tegas dan penuh percaya diri.

"Memang apa cita-cita kamu?" tanya bapak yang duduk di tengah meja pewawancara.

"Saya bercita-cita ingin membangun sebuah yayasan pendidikan untuk orang-orang tidak mampu Pak. Yayasan yang benar-benar bertujuan untuk memberikan pendidikan cuma-cuma namun berkualitas sehingga para siswa yang lulus dari sana mendapat ilmu yang akan berguna untuk merubah masa depan mereka menjadi lebih baik. Saya sudah memikirkan cara untuk mewujudkannya. Yang pertama saya ingin kuliah di Universitas  Bramajaya yang terkenal sebagai kampus anak-anak orang kaya di kota ini, kemudi-"

"Tunggu dulu, Universitas Bramajaya katamu. Apa hubungannya hal itu dengan cita-citamu. Apakah kamu ingin mencari suami kaya untuk meraih cita-citamu itu?" Potong pria bermulut pedas di ujung sebelah kanan. Karena ucapannya yang ketus Kayla memutuskan untuk menjulukinya Cowo Judes di dalam hati.

"Bukan begitu. Saya ingin kuliah disitu karena  kualitas pendidikannya yang terjamin. Selain itu untuk mewujudkan cita-cita saya, saya ingin membangun networking dengan para mahasiswa disana sehingga kelak saya dapat mewujudkan cita-cita saya tersebut."

"Kamu yakin kamu sanggup mewujudkan mimpimu dengan cara itu?" Ujar si Cowo Judes dengan nada meremehkan.

"Insha Allah Pak. Saya selalu percaya dengan tekad dan usaha yang kuat maka kita dapat meraih impian kita." Jawab Kayla optimis.

Cowo judes itu tidak menanggapi dan hanya menatapnya datar. Wawancara pun dilanjutkan dengan  beberapa pertanyaan dari pewawancara lainnya yang semuanya dijawab Kayla dengan penuh percaya diri.

Sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan, Kayla menyadari tatapan mata Cowo Judes yang masih menatapnya tajam yang menimbulkan desir aneh di hatinya. Setelah hampir dua puluh menit diberondong pertanyaan akhirnya wawancara selesai dengan ucapan dingin dari si Cowo Judes.

"Cukup sudah wawancaranya. Saya tunggu satu jam lagi untuk meeting  mengenai beasiswa ini di ruangan rapat. Kalian boleh bubar." Kata Cowo Judes dengan nada memerintah.

Mendengar instruksi itu Kayla menghela nafas lega,berdiri dan mengucapkan terima kasih. Ketika dia hendak melangkah ke arah pintu kembali terdengar perintah dari Cowo Judes.

"Dan untuk kamu, silahkan tetap disini. Saya masih punya urusan dengan kamu."

@@@

Hai readers, mohon maaf atas keterlambatan updatenya. Makasih banyak buat yang udah mau baca, bahkan vote cerita amatir ini. Mohon kritik dan saran yang membangun.Semoga part selanjutnya bisa saya update lebih cepat. Maaf kalau banyak typo. ^_^

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang