Sebuah mobil Jazz merah melaju kencang menerobos jalan raya diantara ramainya kendaraan kota Jakarta.
Didalam mobil itu tampak seorang gadis berpenampilan santai tanpa menggunakan aksesoris apapun untuk menutupi wajahnya.
Muram. Wajahnya terlihat muram. Sepertinya habis terjadi sesuatu padanya hari ini.
Ia melajukan mobilnya perlahan, dan tibalah dia disebuah tempat. Sebuah Rooftop.
Sebuah rooftop berlantai 12 yang dulunya merupakan sebuah tempat parkir untuk mall, namun kini sudah tak digunakan lagi selama 2 tahun belakangan beserta bangunan mall nya yang juga sudah tak terawat. Dengan alasan bangkrut, sekarang mall beserta rooftop tersebut tidak digunakan lagi.
Keyra senang berada disana dengan alasan bahwa tempat tersebut cocok untuk menyendiri, atau lebih tepatnya sebagai tempat untuknya menenangkan diri dari kesibukan maupun masalah dikehidupan sosialnya.
Ia turun dari mobil lalu duduk termenung di pinggiran rooftop dan menjuntaikan kakinya kebawah, seolah ingin terjun dari ketinggian yang tak terbayangkan ketinggiannya. (untungnya masih sayang nyawa:)
Ia terus menatap kebawah. Memandangi padatnya kendaraan kota Jakarta yang hilir mudik sore itu.
Jakarta ramai~ hatiku sepi.
Semenit, dua menit, sepuluh menit kemudian ponselnya berdering. Semburat senyum menghiasi wajahnya ketika ia mengetahui siapa yang meneleponnya. Yang tak lain adalah Reza.
Kakak Keyra.
>Abang incomming call<
Keyra buru-buru mengangkat panggilan tersebut.
"Ha--haloo..." sapa orang diseberang.
"WOI BANG! TUMBEN LO NELPONIN GUE!? ADA APAAN? APAKABAR LO!?" tanya Keyra bertubi-tubi.
"Woi kampret! Budek nih kuping! gausah ngegas napadah"
"Sorry bang, soalnya udah lama elo gak nelpon gue ya gini deh jadinya" ucap Keyra sambil nyengir.
"Iya-iya. Kabar gue baik, gue nelpon cuma karena lagi senggang nih. Elo apa kabar?"
"Hah?" Tiba-tiba Keyra merasa gugup. "Ya gitu deh"
"Gitu apaan?"
"Cukup baik kok hehe" upss.. tanpa sadar Keyra telah menyembunyikan sesuatu dari abangnya.
"Ohh, bagus-deh kalo gitu. Lo udah makan?" tanya si abang.
"Udah bang"
Suasana berubah jadi Hening. "Dek"
"Apaan?" tanya Keyra
"Papa sama mama apa kabar?"
"Gatau gue bang."
"Lah kok gatau?" tanya si abang
"Mereka sibuk kerja, gue sendirian mulu dah jadinya. Hehe" ia berkata dengan nada lirih.
Tak ada respon. "Bang"
Tutt--tutt--tuuutt. "Sat:)" panggilan terputus ketika ia ingin melontarkan sepatah kata yang berupa curahan hatinya.
Oke siap. Keyra tersenyum miris.
***
Waktu menunjukkan pukul delapan malam dan Keyra masih berada di rooftop. Ia merasa enggan untuk pulang. Toh dirumah juga dia tetap sendiri.
Namun tiba-tiba perutnya berbunyi. Lapar. Keyra masuk kedalam mobil dan tancap gas menuju rumah.
Dikamar Keyra sehabis makan
Line>Bang Reza<
Sorry ya, gue lagi sibuk. Jaga diri lo baik-baik.Sehabis Membaca notif tersebut, Keyra hanya dapat tersenyum miris. Sekali lagi ia merasakan perihnta kesepian. Ia ingin memiliki teman. Teman yang selalu bisa ia ajak berteman tanpa ada perlakuan kasar. Atau mungkin teman yang sekedar bisa mendengar keluh kesahnya, tanpa mengumbar rahasia dari sepatah kata yang ia ucapkan kepada siapa saja. Segera ia men-charge ponselnya dan pergi mandi.
***
Keyra berjalan menuju jendela kamar. Menatap langit. Yang indah bertaburkan bintang-bintang yang berkelap-kelip.
Keyra berpikir betapa menyenangkannya menjadi bintang-bintang. Yang selalu berdampingan dengan sesama bintang. Berbeda dengan dirinya yang selalu sendirian. Tanpa seorang teman.
Ia mendesah. Buat apa berpikiran seperti itu pada benda yang tak hidup? Namun yang jelas, Keyra dan malam tak ada bedanya.
Sama-sama sunyi.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
RandomSemua orang berhak untuk merasakan kebahagiaan. Tapi... apakah aku juga bisa merasakannya??