Laki laki berprawakann tegap dantampan itu memasuki rumah rani istri keduanya. "hallo sayang ..."lalu laki laki bernama wijaya itu mencium mesra wanita bernama rani. Ibu neil. Neil yang mengetahui hal tersebut hanya diam. Focus memakan sarapannya. Harusnya ia sudah curiga kenapa ayahnya begitu jarang tidur di rumahnya. Hanya seminggu sekali ketika weekend ia habiskan waktu bersama neil. Neil tak mempermasalahkanhal itu sebelumnya karena neil sudah terbiasa. Sejak bayi ia hanya tidur bersama ayahnya ketika weekend saja.
"hallo boy...." Wijaya mengacak rambut neil seperti biasa. Namun neil enggan menanggapi. Tidak sperti biasanya. Biasanya ia akan bermanja manja pada ayahnya. Dan sangat kompak dengan ayahnya meskipun jarang bertemu. "are you oke boy?". Neil mengangguk sekenanya. Wijaya mengernyitkan kening merasa aneh dengan sikap neil. "neil gag papa kok mas mungkin dia capek semalam nglembur melukis. Wijaya mengangguk tanda mengerti. "berangkat bareng ayah ya neil. Katanaya mau di belikan kanvas?" Tanya ayahnya. Wajah neil berbinar mendengar kalimat ayahnya. Ia akan melupakan segalanya jika sudah mendengar hal hal yang berhubungan dengan melukis.
Mobil mewah berwarna silver itu berjalan membelah pagi menyusuri jalanan yang masih lenggang. Mobil berhenti di pertokoan besar. Neil berlari kecil dan memilah milah kanvas, kuas dan cat air yang ia perlukan. Ambil cat airnya jangan hanya 1 pack. Boleh 2 "wijaya merasa bahagia melihat tingkah anaknya. "kalau 3?"neil tersenyum merayu. "5 pun juga boleh " ucap wijaya sambil mengambil 4 pack lagi dan berjalan menuju kasir mendahului neil yang tersenyum kegirangan.
Neil keluar dari pintu mobil itu. Mencium tangan ayahnya lantas ia berjalan membawa barang barang peralatan melukis itu. Neil bukan anak yang rapi. Ia terbiasa dengan rambut acak tanpa sisir. 2 kancing baju paling atas sudah pasti terbuka dan dasi yang ia biarkan longgar. Wajah neil imut dan tampan. Tak ayal ibunya sangat cantik. Dan wijaya juga tampan. Dan dua perpaduan itu membuat wajah neil begitu tampan. Kulitnya putih seperti ibunya. Hidungnya mancung seperti ayahnya.
Wijaya mengemudikan mobilnya kembali setelah di pastikan neil msuk ke sekolahnya. Tanpa ada seorang pun tahu sepasang mata elang milik nathan memperhatikan semua gerak gerik neil dan wijaya. Mata itu memicing, rahangnya mengeras. tangannya mengepal. Selama ini ia tak pernah tahu ayahnya akan mengantar neil setiap sabtu pagi. Meski sekolah neil dan nathan satu yayasan. 2 sekolah megah itu di batasi 2 lapangan. Dan pagar besi tipis yang dianyam. Meski kawasan itu tak melarang anak SMP dan anak SMA bertemu. Tapi ketika sudah SMa biasanya anak anak akan jarang di kawasan SMP. Seragam mereka mirip hanya berbeda warna. Anak SMP kotak kotak merah kombinasi biru. Sedangkan anak SMA kotak kotak warna ungu kombinasi hitam dan putih. Sekolah elite itu berada di tengah kota.
Nathan terkenal badboy. Ia mempunyai geng yang di takuti banyak siswa kalangan SMA maupun SMP. Ia terkenal sejak masih SMP. Terkenal tampan dan di takuti. Hidung mancung wijaya selain menurun pada neil ternyata juga pada nathan. Remaja 17 tahun itu memang tak terlalu putih seperti neil. Wajahnya keras semakin kuat kesanbadboy yang ada pada nathan.
***
Neil masuk ke galeri lukisnya. Menyimpan pertalatan di loker yg tertulis namanya. Hanya mengambil beberapa alat yang diperlukan lantas ia berjalanmenuju tempat duduk dan memasang kanvas pada papan. Dan ia akan meneruskan lukisannya semalam. " wuiiiiihhhh kuas baru cat baru...merk bagus ini...pasti mahal" revan yg duduk di sebelah neil berdecak kagum sambil mengamati peralatan bagus milik neil. "eitt udah udah... bailkin.."neil berusaha meraih cat air yg di pegang revan. Mereka di ekskul lukis... dimana seminggu lagi mereka akan mengikuti pameran dan lukisan mereka akan di adu denganlukisan lain luar sekolah. Neil sangat semangat mengikuti. Entah menang atau kalah ia tak peduli. Ia sudah senang dan terhibur melebihi apapun ketika ia melukis. Menuangkan imajinasinya pada kanvas dengan kuas kuas itu. Ia sedang berimajinasi berada di luar angkasa...di padukan dengan keindahan laut yg sudah ia buat 3 hari terakhir. Namun ia merubah warna menjadi sedikit gelap sesuai suasana hatinya setelah ia tahu kebenaran tentang ayahnya. Tapi konsep masih sama....ia memang pecinta alam...pecinta laut lepas...dan pecinta semua yg berbau luar angkasa. Sejenak ia lupa pada masalahnya dan sibuk menarikan kuas pada kanvas. Sampai akhirnya jam masuk kelas berbunyi. Ia revan dan arga berlarian masuk kelas. Berebut masuk pintu sambil tertawa bercanda.
Nathan tergesa keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Di belakang seperti biasa leon dan dastan mengikuti seolah mereka kacung nathan alias anak buah nathan. Mereka berjalan di lorong sekolah seolah menguasai jalan. Pandangan nathan begitu focus kedepan hingga tak sadar ia telah melewati dara. Pacarnya. Dara bingung dengan tingkah nathan. Hingga ia mencekal lengan nathan dari belakang "sya...what happen?mau kemana kamu?" cekalan itu mampu membuat nathan berhenti dan menoleh kebelakang. Namun sedetik kemudian ia berusaha melepas cekalan dara "saya...mau bunuh orang" nathan berapi api. "what???aku ikut" dara berjalan menggandeng tangan nathan "saya ingin tahu siapa orang yang akan kamu bunuh. Gag ada kapoknya kmu di marahi ortumu". "kali ini aku gg takut sama sekali" dara, leon dan dastan saling pandang.
Hingga perjalanan mereka sampai di perbatasan pagar bermodel ventilasi itu. "eiiittt stop stop..lu mau lawan anak SMP "dastan dan leon terkakak tapi dara semakin bingung. Sejak SMA nathan tak pernah meniginjak gedung SMP lagi. Kecuali ada acara. "berisik....kalian ikut saya...atau balik aja ke kelas" nathan kembali melankah menyusuri lapangan. Dara, leon dan dastan setia mengekor meski ia bngung. Siapa anak SMP musuh dari nathan. Kasiahan sekali nasibnya.
Kedatangan gerombolan nathan membuat anak SMP ketakutan. Hal yang sangat jarang terjadi di sekolah mereka. Seorang Nathan musuhnya hanya sekelas anak SMP.
Nathan menarik krah baju anak SMP yg kebetulan lewat. Wajah ketakutan anak SMP itu membuat leon dan dastan kasihan sbenarnya. Tak perlu kekerasan anak SMP sudah takut sama Nathan. "lu tahu anak yang namanya neil? HAA?"nathanbegitu emosi membuat heran teman dan dara, pacarnya. Anak tersebut ketakutan tapi tetap menjawab dengan wajah takutnya "di...di kelas situ" anak tersebut menunjuk kelas bertuliskan VIII B.
Mendengar keributan anak anak kelas VIII B keluar. Termasuk neil. Neil ternganga melihat Nathan. Iya, neil sangat ingat wajah dingin dan sangar itu. kala ia makan malam bersama keluarga ayahnya. Kenyataan pahit itu membuat neil juga kurang menyukai Nathan yg notabene kakak tirinya. Neil diam di tangannya tampak ia tetap kokoh memegang kanvas dan xat air. Hingga Nathan merebut membuang serta menginjak cat air tersebut. Sebelum akhirnya neil yg kurus terkena bogem mentah Nathan. Semua heran dan ketakutan. Neil tentu bukan tandingan Nathan. Neil hanya anak rumahan. Berkali kali wajah itu terkena bogem mentah tangan Nathan. Neil tersungkur, sudut bibirnya mengeluarkan darah. Matanya memanas tentu bukan karena sakit di wajahnya. Tapi sakit di hatinya. "dasar anak pelacur perebut suami orang. Ingat nyokab lu cuma pelacur yg merusak keluarga gue" sebenarnya Nathan tak ingin mengatakan di depan banyak orang. Dia tak sejahat itu. tapi tanpa dia sadari semua yg melihat kejadian itu mengetahuinya.
Neil tak membalas hingga guru guru melerai. Neil dibawa teman temannya ke UKS. Dan nathan di ruang BK tentunya
YOU ARE READING
lukisan untuk mu
Teen Fiction"karena hanya nathan seseorang yang kumiliki tanpa dimiliki juga oleh orang lain"mama vira