Alvaro memasuki rumahnya yang terasa begitu sepi dengan tangan yang menenteng sebuah kantung plastik berisi obat-obatan dari Altara. Langkah lebarnya membawanya menuju tangga lalu ia mulai menaiki satu persatu anak tangga itu untuk menuju kamarnya.
Saat langkahnya berada di anak tangga terakhir, terdengar suara sebuah benda pecah dari arah dapur. Alvaro segera berbalik dan berlari ke arah dapur.
Saat sampai di dapaur, dirinya mendapati ruangan itu sudah berantakan dengan banyak sekali pecahan kaca dimana-mana, dan di ujung sana, terdapat Nadira-Mama Alvaro yang sedang menangis serta ditangannya terdapat pecahan kaca.
"Ma lepasin pecahan kaca itu ma!" perintah Alvaro.
Nadira menggeleng kuat. "Mama udah capek Al!" ucap Nadira membuat Alvaro semakin panik.
"Ma buang ma, jangan gegabah nanti tangan mama terluka!" ucap Alvaro kembali.
"Mama lelah Al, terus bertahan pada sesuatu yang sudah tahu hasilnya akan menyakiti mama sendiri, Mama selalu menunggu Papa kamu kembali ke Mama, tapi Papa kamu tidak pernah kembali ke Mama!"
Entah kenapa rongga dadanya tiba-tiba saja terasa sesak setelah mendengar ucapan sang Mama, pasokan udara yang masuk ke dalam paru-paru Alvaro pun tiba-tiba saja menjadi kurang.
Alvaro sangat merasa sedih melihat kondisi sang mama yang semakin hari semakin memburuk. Dulu keluarganya adalah keluarga yang harmonis seperti keluarga pada umumnya, namun semua itu berubah saat perusahaan keluarga mereka hampir saja bangkrut. Papa Alvaro mejadi orang yang gila kerja, dan jarang pulang. Sekalinya pulang, pria itu akan pulang dengan keadaan mabuk atau membawa seorang wanita penghibur ke dalam rumah, dan berakhir sang Mama akan menangis semalaman di dalam kamarnya.
"Ma, Al mohon jangan sakitin diri Mama sendiri, jangan pikirin Papa Ma.. Mama masih punya Al yang sayang banget sama Mama!" ucap Alvaro menatap sang mama lembut.
Di belakang Alvaro, sudah terdapat banyak para pelayan yang juga menatap Nadira khawatir.
"Al sayang banget sama Mama, mama adalah satu-satunya harta yang Al punya di dunia ini. Kalau Mama pergi, Alam gak bakal punya siapa-siapa lagi Ma.. Saat Al pulang gak akan lagi ada orang yang nyambut kepulangan Al," ucap Alvaro.
Kaki Nadira terasa lemas setelah mendengar ucapan sang putra, hingga wanita itu terjatuh dengan kedua lutut yang bertumpu pada lantai, dan juga tangan yang meremat pecahan kaca hingga membuatnya terluka.
"Hisk.. Maafin Mama Al..!" isaknya masih meremat pecahan kaca itu.
Alvaro berjalan menghampiri Nadira lalu berlutut di hadapan wanita yang telah melahirkannya itu. Tangannya terulur meraih tangan Nadira yang masih meremat pecahan kaca itu lalu mengambil pecahan kaca itu dan membuangnya.
"Mama gak salah kok, Mama cukup bersabar.. Al janji akan membawa Mama ke suatu tempat dan Mama akan bahagia setelahnya," ucap Alvaro menatap Nadira dengan tatapan lembutnya.
Nadira menangkup wajah Alvaro dan mendapati banyak luka lebam pada wajah tampan putra sulungnya itu.
"Al, muka kamu-"
"Al gapapa kok, Ma. Sekarang kita obati luka Mama ya." Alvaro menggenggam kedua tangan Nadira lalu membantu wanita itu berdiri.
"Bersihkan semunya, dan bawa p3k ke kamar Mama!" perintah Alvaro sebelum pemuda itu pergi menuju kamar sang Mama dengan Nadira yang bersamanya.
🐰🐰🐰
Altara memasuki kelasnya lalu mendudukkan dirinya di samping Anna. Di wajah gadis itu terdapat sebuah plester luka yang menempel di bagian pipi kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altara & Alvaro [SUDAH DIBUKUKAN!]
Teen Fiction#1 in lovetriangel 29-12-20 #4 in kakel 27-12-20 #3 in Liam 30-08-20 #1 in lovely 27-12-20 #17 in Alvaro 08-12-20 #22 in fiction 24-12-20 Ini adalah kisah Altara dan Alvaro, yang dipertemukan di depan gerbang sekolah. Pertemuan pertama mereka tida...