Kenken menarik resleting jaketnya sampai menutupi leher, sementara Jack masih berbaring santai di bantal tidurnya yang sudah kekecilan di pojok kamar.
Ibunya memang sudah bilang kalau besarnya badan Jack sudah kelewatan, seharusnya dia sudah tidur di ruang depan dengan bantalan yang lebih luas, tapi Labrador itu tetap saja kembali lagi ke kamar untuk tidur di bantal kecilnya.
"Ayo, Jack! Kalau kamu masih bermalasan begitu, kamu enggak akan aku ajak ke toko di ujung jalan!" Kenken mengancam.
Mendengar ancaman, Jack segera bangkit, tegak berdiri, dan menghampiri Kenken. Tubuhnya sudah setinggi pinggang gadis itu. Besar dan gagah. Namun, begitu tubuhnya bersentuhan dengan Kenken, hasrat bermanjanya muncul tanpa bisa ditahan.
Jack menggesekan kepala di kaki Kenken, berharap tuannya mau sedikit merunduk dan memberikan belaian di surai cokelatnya.
Kenken menunduk, sadar dengan kode-kode kemanjaan Jack. Gadis itu berjongkok, membenamkan kedua telapak tangan di kedua sisi leher Jack yang lebar, memberi garukan nyaman yang membuat anjing muda itu mendengkus senang dengan ekor yang terus bergoyang.
"Mau ikut, kan?"
Gonggongan sekali dan bersemangat, terdengar dari mulut Jack.
Salah satu mata Kenken menutup spontan karena gonggongan yang sudah tidak terdengar imut lagi. Beda dengan dulu ketika usia Jack baru empat bulan, diboyong paman-nya sebagai hadiah ulang tahun yang kesepuluh.
"Suara kamu benar-benar besar," Kenken berujar, lalu tertawa ketika Jack memajukan moncong untuk mengendus pipinya.
"Kenken, kamu jadi tidak bantu Ibu belikan garamnya?" Tiba-tiba Ibu melongok dari balik pintu kamar yang terbuka.
Kenken menoleh, lalu tersenyum.
"Jadi!" sahutnya bersemangat sembari bangkit dari berlutut, kemudian keluar kamar diikuti oleh Jack di belakangnya.
*******
Kenken mengayuh sepeda sementara Jack berlarian di sebelahnya. Langit mendung hari ini, sepertinya akan turun hujan lagi.
Beberapa hari ini hujan terus. Kenken menonton televisi dan mengetahui bahwa di beberapa daerah terjadi banjir di mana-mana. Malah ada yang sampai menelan korban. Bersyukur sekali karena daerah tempat mereka tinggal bukanlah daerah rawan banjir.
"Maaf, Ken, tapi garamnya habis." Ibu pemilik warung diujung jalan terdengar menyesal ketika mengucap kalimat ini.
Kenken terdiam sejenak, tapi kemudian mengangguk. Berarti dia harus mengayuh sepeda lebih jauh lagi ke warung selanjutnya. Sebenarnya ada jalan pintas, lewat jembatan kayu yang melintang di atas sungai kecil. Tapi kemarin sewaktu pulang sekolah dan melewati jembatan, Kenken melihat ada beberapa bagian yang mulai rapuh.
"Kita lewat depan saja, Jack!" seru Kenken memberi perintah. Jack menggonggong sekali, lalu mengikuti Kenken yang sudah mulai kembali mengayuh sepeda.
Baru beberapa kayuhan, tiba-tiba langit bertambah gelap dan suara halilintar mulai terdengar.
Kenken otomatis menghentikan sepeda. Menatap langit, lalu menoleh ke arah Jack.
"Kalau lewat depan, kita enggak akan sampai ke warung. Sudah mau hujan," ucapnya ke arah Jack. Labrador itu mendengkus, paham dengan maksud tuannya.
"Kayaknya kita harus lewat belakang, lewat jembatan. Tapi kita harus hati-hati, kemarin aku lihat sudah ada yang rapuh," katanya lagi.
Kemudian Kenken mèmutar sepedanya, mulai mengayuh dengan kecepatan lebih menuju jembatan di bagian belakang perumahan.
Harus cepat sebelum hujan turun.
Sesampainya di jembatan, keraguan muncul juga. Apalagi melihat air sungai yang ternyata arusnya lumayan deras di bawah sana. Sepertinya akibat hujan yang deras beberapa hari terakhir.
Namun Kenken nekat juga. Misinya adalah beli garam agar Ibu bisa masak hari ini. Jadi, misi harus selesai bagaimana pun caranya.
Kenken turun dari sepeda, memutuskan untuk menuntunnya dari pada dinaiki. Jadi nanti dia bisa jalan pelan di atas kayu yabg rapuh, seperti kemarin saat pulang sekolah.
"Ayo, Jack!"
Kenken mulai melangkah perlahan, matanya menatap pijakan kayu dengan jeli. Menghindar ketika melihat bagian rapuh.
"Ikuti aku, Jack!" perintahnya pada Jack di belakang.
Tiba-tiba jembatan bergoyang.
"Hati-hati!" serunya memperingati tanpa menoleh ke belakang. Sudah kelewat sulit berjalan dengan menuntun sepeda. Jack pasti akan dengan sangat patuh mengikuti instruksinya meski tanpa supervisi.
Lalu terdengar suara percikan super keras dari sungai di bawah. Seakan ada batu atau benda yang ambruk menimpa derasnya air.
Kenken berhenti sejenak. Takut. Tapi kemudian ditariknya napas dalam-dalam dan dihembuskannya lagi kuat-kuat. Kakinya mulai melangkah lagi.
"Jangan takut, Jack. Ikuti saja aku," katanya lagi.
Kenken merasa lega ketika dilihatnya ujung jembatan tinggal dua atau tiga langkah di hadapannya. Ketika akhirnya kakinya menjejak pada tanah, Kenken merasa kelegaan itu bertambah besar.
"Kita berhasil, Jack!" serunya girang dan berbalik, bermaksud untuk mendekap kesayangannya.
Namun, Jack tidak di sana.
Spontan sepedanya terlepas dari tangan dan jatuh teronggok di tanah.
"Jack," panggil Kenken pelan. Tidak ada sahutan.
"Jack!" Kenken mulai panik. Ditatapnya sekeliling, tapi matanya tidak juga melihat sosok kesayangannya.
Matanya kembali menelusuri papan titian jembatan, kakinya beranjak merapat ke ujung jembatan ketika melihat kejanggalan di kejauhan.
Mata Kenken menyipit demi memperjelas apa yang dilihatnya di tengah-tengah jembatan. Hatinya mulai berdebar hebat tidak keruan ketika menyadari bahwa ada kayu yang terlepas dan lubang menganga cukup lebar di sana.
Ingatan Kenken melayang pada saat jembatan bergoyang dan suara hempasan air dari arah sungai tadi. Kenken terlalu panik untuk sekadar menoleh dan memastikan apa yang terjadi tadi.
Sekarang penyesalan bergemuruh di hatinya. Jack hilang, pasti ada kaitannya dengan lubang di tengah jembatan.
Dengan gemetar Kenken menatap ke arah sungai. Arusnya semakin deras, sementara halilintar mulai bergema lagi seiring hujan yang tiba-tiba saja tumpah dari langit.
"JACK!!" pekik Kenken tanpa bisa ditahan.
Jack ... dia juga tidak terlihat di bawah sana.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KenKen And Jack (Completed)
Krótkie OpowiadaniaCover : pinterest Maaf enggak nemu gambar anjing dengan ras yang cocok. 😔 Ini adalah persahabatan antara Kenken--si gadis kecil--, dengan Jack--si Labrador setia--. Mereka yang berjanji bersama sampai tua, sampai rambut memutih. Bagaimana persahaba...