Mendapat stigma buruk dari masyarakat tidaklah mudah bagi Mark, seorang remaja biasa yang baru saja berumur tujuh belas tahun. Apalagi yang stigma itu bukan berasal dari perbuatannya.
Kemudian, di kehidupan barunya, ia dipertemukan dengan teman tema...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
👣
“ Emm... Lo kenapa ngelamun?,”
Seorang gadis berambut panjang berwarna kecoklatan bertanya kepada seorang lelaki tirus berambut hitam yang sedang duduk di meja sebelah jendela.
Netranya memandang lelaki yang tampak murung itu. Tidak ada jawaban dari sang empu-nya. Namun, matanya yang memandang kearah luar jendela itu tampak hampa. Hanya ada kekosongan.
Beberapa menit mereka habiskan hanya untuk diam. Tak ada niatan dari sang gadis untuk melanjutkan pembiacaraan. Tak ada niatan juga dari sang lelaki untuk menjawab pertanyaan sang gadis.
Sampai lelaki itu menghela napas, “ Gue nggak tahu lo bisa dipercaya apa nggak, tapi, menjawab pertanyaan lo tadi, gue nggak ngelamun, cuma mikirin sesuatu.”
Gadis itu mendengus samar.
Apabedanyacoba,-
Hening sesaat, sampai suara maskulin lelaki itu mengagetkannya.
“ Gue nggak tahu, kenapa itu semua bisa terjadi memimpa gue yang nggak tahu apa apa. Awalnya kehidupan gue normal, tapi semua itu berubah ketika orang brengsekitu bertindak bodoh,”
Lelaki itu berhenti sejenak. Sang gadis hanya memandang sang lelaki dengan tatapan bingung.
“ Gara gara dia, gue dicaci maki sama orang orang. Gara gara dia juga, gue di bullysama temen temen sekolah gue. Gue juga nggak tahu kenapa bisa gitu, sampai ada anak cowok bentak gue pake kata kata yang.... bikin gue kecewa banget. Sejak saat itu, gue semakin sering denger kata kata itu. Dan gue semakin benci sama dia, yang sayangnya adalah bokap gue. ”
Lelaki itu selesai bercerita dengan tatapan kosongnya. Gadis yang tak tahu kapan sudah duduk disampingnya pun memandangnya dengan tatapan prihatin.
Yang dilakukan sang gadis hanya diam, membiarkan suasana hening sejenak karena ia tahu, bercerita tentang kehidupannya yang kelam bukanlah hal yanh mudah. Apalagi kepada orang baru sepertinya.
Setelah dirasa cukup, gadis itu tidak banyak bicara. Juga tidak langsung pergi meninggalkan lelaki berdarah campuran itu. Namun, ia mengucapkan kalimat yang membuat sang lelaki merasa berharga kembali.
“ Gue nggak bisa bantu apapun kalo cerita lo serumit itu, tapi, mungkin gue cuma bisa bantu dengan cara dengerin keluh kesah lo. Jadi, kalo ada apa apa jangan sungkan ya cerita ke gue! Mulai sekarang, lo temen gue.”
👀
Nexttochapterone
WelcometoMark & Arettastory
Iniadalahceritakeduasaya, tapimasihada banyak kemungkinan..... Kesalahanpenulisan, katakatayangtidaksesuaidenganEYD, dansebagainya, mohondimaklumi.