PROLOG

581 35 2
                                    

Nama gue Arawinda, iya, Arawinda aja. Orang tua gue ngasi nama Arawinda yang berarti teratai, mungkin mereka berharap gue tetap cantik diantara lumpur yang kotor dan hewan-hewan melata yang mengelilingi gue. Tapi bukan berarti gue dilahirin dirawa-rawa juga.

Gue biasa dipanggil Ara. Gue lahir di bulan Agustus, dan usia gue sekitar 20 tahun. Umur gue, ummm entah lah gue belum banyak melakukan perbuatan baik. Apa kalian bingung kenapa gue bilang usia dan umur? Jadi bagi gue, umur bukanlah tentang usia gue, tapi tentang seberapa kita berguna buat orang lain.

Gue adalah seorang introvert pemakan segalanya, gue bisa makan laptop, aspal, elpiji, sepatu, denim, semua barang-barang mati asalkan semua jadi uang dulu terus gue beliin makanan. Gue juga bisa makan temen, kalau gue mau, tapi gue ga bakat dalam hal ini. Pertama, karena gue ga bisa ngebayangin gimana rasanya makan lien, pulmo, cor, cerebral, gastric, musculus gluteus, musculus quadrisep, dsb milik temen gue sendiri. Kedua, karena gue ga pandai dalam berteman (jadi bisa lo bayangkan sendiri berapa orang yang gue anggap sebagai 'teman' daripada sekedar teman). Ketiga, masih ada banyak makanan yang lebih enak daripada makan teman.

Gue mahasiswa keperawatan vokasi semester 6 yang lagi sibuk ngerevisi proposal karya tulis ilmiah. Bolak-balik nyoba ketemu sama dosen penguji buat konsul tapi sulit banget nemuinnya. Seharusnya kampus ini nyediain jadwal matkul 'konsultasi KTI' di jam-jam sebelum istirahat mulai atau setiap hari sebelum jam pulang kuliah. Kuliah gue sistemnya paket, jadi matkul ga bisa milih dan setiap senin sampai jumat gue kuliah mulai jam setengah 8 sampai jam setengah 6 sore. Gue dan temen-temen bakal ngerasa bahagia banget kalau dosen gue ga masuk, jadi bisa pulang lebih awal dan bobok siang dengan cantik. Agaknya kayak anak SMA gitu, tapi SKS dan janji pertemuan tetep harus dipenuhi, jadi yah ngga jarang gue dan temen-temen harus kuliah pas minggu tenang. Anjrit banget.

Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, gue adalah seorang introvert. Kalian tahu 'kan artinya? Ngga tahu? Yakin? Mungkin kalian harus baca buku Psycologische Typen oleh Carl Jung. Coba baca ya, membaca itu jendela dunia.

Jadi menurut Carl Jung, ngga ada 1 orang pun di dunia ini yang murni introvert, tapi dalam kasus gue (dan seluruh manusia di planet namek ini), introvert adalah jenis kepribadian yang paling dominan, jadi gue menganggap kalau gue ini introvert. Yak, gue seorang introvert yang menyukai kesendirian di dalam rumah dan ngga begitu suka dengan interaksi sosial yang rutin, sedang berkuliah di jurusan keperawatan yang ketika udah lulus besok, dengan seizin Tuhan akan menjadi perawat yang harus bersosialisasi secara rutin dengan manusia lain. Jengjeng....

Kenapa aku memilih kuliah ini Tuhan??? Kenapa???Huhuhuhuhu....

Kata Tuhan "Itu sudah rencanaku, hohohohoho". Jadi begitulah kenapa gue bisa kuliah di jurusan keperawatan.

Tidak, tidak sesingkat itu pergussoh. Nanti, suatu saat akan kuceritakan.

Anyway, gue bikin tulisan ini sebagai bentuk kebahagiaan dan keresahan gue selama gue kuliah di jurusan keperawatan. Gue pikir ada baiknya seseorang diluar sana yang "kurang" beruntung masuk jurusan keperawatan, yang pengen nerusin hobi PMR nya ke kuliah keperawatan, yang pengen jadi dokter tapi karena kendala biaya akhirnya milih jadi perawat, yang gagal snmptn dokter dan malah keterima ke jurusan keperawatan, yang telah menetapkan hati memilih jurusan keperawatan, yang disuruh orang tua nya masuk jurusan keperawatan, yang milih jurusan keperawatan buat ngisi waktu sebelum tes abdi negara, yang telah mengalami segala bentuk kejadian rumit dan misterius oleh kehendak Tuhan akhirnya memilih jurusan keperawatan. Kalian semua harus tahu ini, segala suka duka, terang dan gelapnya jurusan keperawatan (yang tentunya dari sudut pandang gue).
Jadi ini tentang....
Hidup gue, hidup dia, dan hidup mereka di jurusan keperawatan.

Tambahan: buat PPNI, tolong jangan ciduk saya. Saya hanya ingin memberikan informasi mengenai profesi kita agar orang-orang diluar sana tidak memandang sebelah mata profesi kita, dan agar orang-orang diluar sana memikirkan kembali impian mereka, agar mereka tidak menyesal, dan semakin yakin dengan keputusan mereka menjadi perawat. Walaupun saya juga percaya kalau menjadi perawat itu salah satu hal yang harus dicoba dulu baru tahu bagaimana rasanya. Salam sayang, Author "I'm Not Suster".

I'm Not SusterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang