MENTAL

18 5 2
                                    

Digo merupakan anak yang terlihat baik - baik saja, pintar bahkan jenius. Diusianya 5 tahun dia bahkan bisa mengerjakan soal matematika tingkat sekolah dasar. Orang tuanya sangat bangga memiliki anak satu - satu nya yang begitu pintar, baik dan cara berpikir seperti orang yang lebih dewasa dari usianya.

Namun dibalik semua itu ternyata Digo memiliki kecenderungan yang aneh. Di usianya 10 tahun, di sebuah taman bermain begitu banyak anak - anak yang bermain. Di sebuah perosotan yang tinggi, tidak jauh dari pagar diujung taman Digo pun mulai merasa aneh dan melihat anak yang sedang berdiri di ujung papan perosotan yang tinggi. Digo melihat dan berpikir apa yang akan terjadi jika dia mendorong anak tersebut. Dan disaat tidak ada memperhatikan, dia pun mendorong anak itu hingga terjatuh dengan kepalanya duluan dari perosotan dan karena itu tinggi serta licin sehingga anak tersebut terpental dari perosotan dan kepalanya menancap di kawat yang melilit pagar taman, darah pun mengalir, menetes dan membasahi pagar taman. Semua histeris dan berlari untuk memyelamatkan anak itu namun naas anak itu tidak selamat. Saat ada ibu - ibu yang melihat di perosotan itu tidak ada siapa - siapa, aneh tapi nyata hingga semua ini dianggap sebuah kecelakaan. Begitulah awal dari kegilaan sang pembunuh sadis dari kecil yang sudah memakan korban.

Orang tua Digo pun datang dan memeluk Digo karena takut hal itu terjadi oleh anaknya begitu juga para orang tua yang lain.

"Digo kamu tidak apa - apa ? Kamu jangan main di perosotan itu, bahaya disana" ibunya menasehati Digo.

"Iya mam" Digo menjawab dengan polosnya dan diakhiri senyum sadis seorang anak berusia 10 tahun.

Waktu pun semakin berlalu dan semakin banyak juga korban kegilaan sang pembunuh sadis Digo. Hingga di Usia nya 17 tahun dia mengalami keanehan lain. Selain sadis dia ternyata juga punya sifat lain yang seolah dia terlihat seperti bukan dirinya. Disaat malam dan hujan pun lebat disetai petir yang bersahutan Digo pun menjerit ketakutan dikamarnya. dia menutup telinganya saat mendengar petir yang keras.

"Digo, kamu kenapa nak ? " ayahnya Digo terheran karena tidak biasanya Digo seperti itu. Digo itu adalah seorang yang pemberani, bahkan hampir tidak memiliki rasa takut tapi kali ini Digo seperti orang yang penakut dan paranoid.

"kamu tidak biasanya seperti ini, sini nak sama ibu, it's okey jangan takut ya" ibunya pun memeluk digo. Hingga pagi pun datang dan Digo terbangun dari tidurnya. Dia merasa aneh dan kepalanya merasa sakit. terlintas kilatan di kepalanya dan terbayang korban - korban yang telah dia bunuh selama ini.

BUNUH...BUNUH...BUNUHHH LAGI,

Bisikan itu pun terlintas di kepalanya dan membuat dia kesakitan di kepalanya dan membuatnya seperti orang gila. Hingga tatapan tajam pun nampak di wajahnya. Tersirat bahwa dia akan melakukan lagi kebiasaannya dan saat ini pikirannya berubah sebagai seorang pembunuh. Digo mengambil pisau di dapur dan melihat kedua orang tuanya masih tertidur di kamar. Digo pun pergi ke garasi dan ternyata dia ingin memotong rem mobil yang akan digunakan orang tuanya untuk pergi.

Setelah merusak rem mobil, Digo pun kembali kedapur mengembalikan pisau ke tempat semula, namun sebelum dia meletakkan pisau ibunya Digo pun muncul dari belakang
"Digo kamu sedang apa ?" ibunya  bertanya sambil melihat Digo memegang pisau ditangannya.

"Oh mama, aku kira siapa" sambil tersenyum dan meletakkan pisau pada tempatnya

"Kamu sudah lapar ya ? Sini mama buatkan sarapan sekalian untuk kita ya sebelum mama dan papa pergi ke kota"

"Okke mam" Digo membalas dengan wajah polosnya. Dan memang saat ini Digo layaknya orang yang tidak tahu apa-apa. Bahkan dia tidak tahu kenapa tadi ada di dapur. Digo merasa kalau mungkij memang dia sedang lapar. Digo pergi ke kamarnya dan duduk di kasurnya. Tiba-tiba terlintas di pikirannya wajah - wajah dirinya dengan ekspresi yang berbeda. Dia merasa pusing dan terdengarlah bisikan

"Haloo Digo, it's me. Kamu pasti tahu siapa aku"

"Siapa kamu?" Digo seperti ketakutan melihat cermin dan dirinya yang lain berbicara

"Aku itu kamu, dan kamu itu aku, hahahahahahahaha"

Digo pun memukul cermin hingga retak dan tangannya berdarah.

"Digo...kamu kenapa nak ? Kenapa kamu memukul cermin itu ?" ayah Digo datang karena mendengar suara retakan cermin yang di pukul Digo.

"Kenapa pah ? Ya ampun Digo kamu kenapa ? Tangan kamu berdarah sini biar mama obati"

Ibunya Digo pun segera pergi ke dapur mematikan masakannya yang sudah matang dan mengambil kotak obat dan segera mengobati tangan Digo yang terluka.

"Maaf mam, Digo tidak sengaja tadi kepala Digo terasa pusing dan di cermin itu seperti ada yang bicara aneh" Digo pun menceritakan kepada orang tuanya mengenai dirinya ada sesuatu yang aneh pada dirinya yang dia tidak sadari.

Ayah Digo setelah mendengar cerita dari anaknya sedikit penasaran dan mulai menghubungi temannya Andres seorang psikolog. Dia menceritakan ada yang aneh dengan anaknya belakangan ini. Sifat dan tingkah lakunya mencerminkan kepribadian yang berbeda - beda. Terkadang dia adalah anak yang pemberani, tapi kadang dia jadi orang yang penakut, terkadang dia jadi orang yang manja, tapi yang menghawatirkan adalah ayahnya Digo pernah melihat wajah dengan tatapan tajam Digo yang menakutkan dan seperti orang yang haus darah namun dia tidak pernah berpikir negatif pada kesayangannya itu.

"Sepertinya aku tahu apa yang dialami oleh anakmu fred, dia mengalami kelainan mental yang bernama Skizofrenia"

"Apa itu skizofrenia?" ayahnya Digo penasaran dengan nama penyakit yang aneh itu

"Itu adalah penyakit mental diaman saat satu orang memiliki kepribadian yang berbeda - beda, bahkan terasa seperti satu tubuh dengan banyak jiwa. Dan penyakit seperti ini akan sulit diobati perlu penanganan kusus dan terapi mental yang sangat rutin, aku sarankan kam masukkan anakmu ke fasilitas yang dapat menangani penyakit anakmu itu atau paling tidak bawa anakmu kesini akan aku coba periksa anakmu"

Fred pun terdiam dan terkejut saat mendengar penjelasan dari temannya Andres.

"Haloo fred,, kamu masih disana ? Haloo haloo.." ~beeeepppp~ telepon pun terputus. Fred saat ini sedang merasa terpukul mendengar anak satu - satu nya terkena penyakit yang sangat jarang.

Fred pun ke dapur dan ikut bergabung sarapan bersana Digo dan Santi isitrinya tercinta. Melihat mereka Fred seakan tidak mau percaya dengan keadaan anaknya.

"Ada apa pap ? Kamu kok seperti orang cemas ?" Santi bertanya sambil mengambilkan makan untuk Fred

"Tidak apa mam, yuk kita makan cepat sebelum kita kesiangan mam" Fred menjawab dengan senyum yang sedikit di paksakan.

Setelah selesai sarapan Fred dan Santi pun bergegas untuk pergi ke kota untuk membeli beberapa kebutuhan rumah dan meninggalkan Digo sendiri dirumah. Namun ditengah jalan Fred ingin menceritakan ke istrinya tentang anaknya yang terkena penyakit skizofrenia itu. Namun belum sampai selesai percakapan mereka tiba - tiba lampu merah di depan dan karena pada saat pagi tadi Digo merusak beberapa bagian rem pada mobil itu, Fred pun tidak bisa mengendalikan mobilnya dan terus melaju saat lampu merah hingga mobil truck pun menghantam mobil fred hingga hancur dan terguling.

"Aku...sayang...kamu"
"Me too"
Kata - kata terakhir pun diucapkan oleh mereka di dekat ajal yang sudah di depan mata.

~Duaaarrrrrr~

Mobil mereka pun meledak dan mereka pun tewas di dalam mobil.

PARANOID : SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang