Adopsi

24 4 3
                                    

Di sebuah pemakaman, Digo terdiam memandang makam orang tuanya yang sangat dia cintai. Entah kenapa ada rasa penyesalan terdalam di hatinya namun dia tidak tahu kenapa dia merasa seperti ini. Dia berpikir bukankah mereka meninggal karena supir truck yang menabrak mereka, namun kenapa dia merasa seperti dialah pelakunya.

Digo kini menjadi seorang yatim piatu di ulang tahunnya ke 18. Bahkan sebenarnya Fred dan Santi pergi ke kota bermaksud untuk membeli kue ulang tahun untuk Digo, namun naas mereka harus mengalami nasib ini.

Digo kembali ke rumah dengan wajah flat dia masuk ke rumahnya dan saudara dari orang tuanya sedang berunding tentang nasib Digo sekarang.

Digo pun duduk di ruang tengah menunggu keputusan mereka. Tidak lama kemudian datang adik dari Fred yaitu Jonathan dan memberitahukan bahwa mereka sepakat akan memasukkan Digo ke sekolah asrama dan semua biaya akan di tanggung oleh mereka.

Digo terdiam dan menatap tajam satu per satu wajah mereka lalu kemudian dia berteriak histeris. Semua panik melihat Digo yang seperti itu, hingga datanglah Andres teman Fred yang ditelepon sebelum Fred meninggal. Andres pun langsung menatap Digo lalu seperti hipnotis, Digo langsung terdiam.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengannya ?" Jonathan bertanya pada Andres. Dan Andres pun menceritakan keadaan Digo yang di ceritakan oleh Fred sebelumnya. Semua terkejut dan merasa tidak percaya, sebab Digo dikenal sebagai anak yang baik serta pemberani bahkan memiliki IQ yang luar biasa.

Andres pun berencana untuk mengadopsi Digo dan menganalisa penyakit yang dialami oleh Digo. Andres khawatir dia dapat melukai orang - orang di sekitarnya. Dia tidak tahu bahwa Digo memang sudah melukai bahkan sudah banyak yang sudah menjadi korbannya.

Semua pun sepakat bahwa Digo akan di adopsi oleh Andres sekaligus bisa memberikan terapi serta pengobatan untuk Digo sampai Digo kembali menjadi Digo yang normal seperti biasanya.

Sesampainya Digo di rumah Andres, dia pun disambut hangat oleh Sarah istri dari Andres. Mereka sudah menikah 7 tahun namun belum memiliki anak sehingga Sarah pun merasa senang. Digo dengan wajah polosnya memasuki ruangan yang telah disiapkan Sarah untuknya.

"Sekarang kamu tinggal disini dengan kami, dan jangan pernah sungkan ya, ini kamar kamu semoga kamu nyaman dan suka tinggal disini" Sarah menunjukan kamarnya Digo.

"Terimakasih om tante, maaf aku sudah merepotkan kalian" dengan wajah senyum tipisnya Digo berterimakasih pada Sarah dan Andres.

Andres merasa penasaran dengan Digo, karena Digo terlihat baik - baik saja dan seperti anak yang baik. Andres pun berniat untuk mengajak Digo ikut ke tempat prakteknya untuk melakukan terapi dan mengetahui apakah Digo sudah stabil atau belum.

"Digo kita makan siang dulu ya". Sarah mengajak Digo untuk makan siang

Sampai di ruang makan mereka pun bercengkrama di meja makan dan Andres berencana untuk membuat Digo melupakan kesedihan atas kehilangan orang tuanya.

"Digo, kamu nanti ikut om ya"

"kemana om?"

"kita belanja bulanan seperti biasa, kita setiap bulan pasti ke kota untuk belanja kebutuhan rumah sehar - hari" Sarah menjelaskan kepada Digo

Mereka pun pergi bersama ke kota untuk membeli kebutuhan sehari - hari. Andres berusaha untuk membuat keadaan lebih baik untuk suasana hati Digo yang mungkin menurutnya saat ini sedang terpukul dengan kematian orang tuanya.

Setibanya mereka di sebuah swalayan Digo mulai merasakan hal yang aneh. Dia melihat seseorang yang selalu bertindak aneh dari kejauhan. Digo yang memiliki kepribadian sebagai pembunuh pun menyadari ada seseorang yang memiliki niat membunuh juga di swalayan tersebut. Digo pun mengeluarkan ekspresi senyum jahatnya. dari ujung lorong swalayan bagian makanan ringan terlihat seorang pria menggunakan jaket hitam dan masker sambil memegang sebilah pisau di tangannya. Digo menyadari orang tersebut mengincar wanita yang sedang berdiri memilih makanan ringan yang ada disana. perlahan pria tersebut mendekati wanita itu dan langkah demi langkah dia mendekati wanita tersebut, saat wanita itu sudah ada pada jangkauannya pria itu pun tidak segan untuk menggorok leher wanita itu dengan pisau yang dia bawa. Wanita itu pun langsung tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari lehernya membasahi lantai. Pria misterius itu pun bergegas pergi melewati pintu belakang swalayan.

Seisi swalayan pun menjadi ramai ketika ada orang yang melihat mayat wanita itu dilantai. Sarah dan Andres panik karena Digo menghilang. Saat pria misterius itu keluar dari pintu belakang, di sebuah gang sempit ternyata Digo pun sudah menantikan pria itu disana.

"heii.. minggir kau bocah" pria itu berteriak dan tiba - tiba dia menjadi diam seketika saat melihat di tangan Digo memegang sebuah pisau daging yang diambilnya dari dalam swalayan.

Dengan tatapan tajam dan senyum gila nya, Digo pun mendekati pria itu 2 langkah.

"Jangan macam - macam kau bocah sialan, minggir atau aku bunuh kau"

"hahahahahaha,,,ayo kemari" dengan nada psikopat dia membuat pria tersebut mendekati Digo

Pria itu berpikir Digo hanya anak bocah gila biasa, sehingga pria itu berniat untuk menyerang Digo, namun baru dua langkah tiba - tiba sebuah tangga slide besi turun dan ujung tangga nya tepat menancap di kepala pria itu. Pria itu pun menjatuhkan pisau yang digunakannya untuk membunuh wanita di dalam swalayan. Digo pun pergi meninggalkan Pria yang masuk ke dalam jebakannya yang mematikan. Digo ternyata sudah tau bahwa pria itu akan keluar melewati pintu belakang sehingga ia menyiapkan jebakan dengan tali yang terikat menahan tangga besi yang ada di atas, dan fungsi dari pisau daging yang dibawa oleh Digo adalah untuk memotong tali tersebut saat pria itu berada tepat di titik jebakannya.

"Heii Digo kamu dari mana saja?" Sarah bertanya kepada Digo yang tiba - tiba muncul dari belakang.

"aku dari tempat makan, tadi aku lapar. Apa belanjanya sudah ? aku lelah mau pulang" Digo kembali dengan membawa cemilan

"iya sudah kita pulang ya, disini juga sedang tidak baik kondisinya" Andres mengajak pulang mereka dan tidak mau sampai Digo melihat adegan tersebut demi kebaikan mental Digo.

"memang ada apa om, kenapa disana ramai sekali?"

"tidak ada apa - apa Digo, ayo kita pulang" Sarah berusaha menutupi kejadian sadis yang ada di swalayan tersebut dan mereka pun kembali ke parkiran dan pulang.

Sesampainya di rumah mereka bertiga seperti kelelahan dan bersantai di ruang tengah. Saat Andres menyalakan televisi disana ada berita tentang kejadian yang ada di swalayan.

"Terjadi kasus pembunuhan di swalayan dengan korban seorang wanita usia 25 tahun, dan ditemukan juga mayat seorang pria paruh baya di belakang swalayan yang mengalami kecelakaan dan diduga pria tersebut adalah pelaku yang membunuh wanita di dalam swalayan karena ditemukannya pisau yang digunakan untuk membunuh wanita tersebut. sekian laporan pada hari ini diharapkan warga dapat lebih berhati - hati lagi..."

"Wah sial sekali nasib pembunuh itu, berniat membunuh malah dia juga ikut tewas" Digo mengomentari berita di tv.

"yaa begitulah, orang jahat pasti akan menerima akibatnya entah kapan tapi pasti" Sarah menjawab pernyataan Digo

Sarah memang dikenal sebagai wanita yang baik, bahkan dia sangat tidak suka jika ada orang yang jahat. Dia percaya bahwa karma itu ada.

Digo pun kembali masuk ke kamarnya dengan senyum jahat di wajahnya. Sekilas Andres pun melihat wajah Digo sebelum masuk ke kamarnya dan terkejut melihat ekspresi Digo yang menyeramkan. Andres jadi agak paranoid saat melihatnya, hingga dia pun berpikir apakah kejadian di swalayan ada kaitan dengannya. Bahkan kecelakaan yang dialami si pembunuh pun terlihat agak mencurigakan. Namun polisi menyatakan bahwa memang tangga yang menimpa pembunuh itu sudah sedikit rapuh dan slide nya sudah rusak. Andres tetap mencoba berpikir positif. Lagipula jika memang ada kaitannya dengan Digo maka tindakannya seperti pahlawan yang bertindak arogan, dengan membunuh pelakunya di balik layar. Tapi Andres berharap ini tidak ada kaitannya.

Begitulah kegilaan pertama yang dialami Digo bersama keluarga barunya. Dan masih banyak lagi kegilaan yang akan terjadi. Digo pun hidup bersama keluarga barunya hingga 7 tahun.

Next part : BUNUH PEMBUNUH

Disaat Digo mulai lebih dewasa dan mulai memilih korbannya yang lebih banyak adalah sesama pembunuh.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PARANOID : SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang