Teruntuk kamu, sosok laki-laki yang senyumnya selalu aku rindukan dan kehadirannya selalu aku nantikan.
Haii. Apa kabar? Sudah lama ya kita tidak bertemu. Sudah lama ya kita tidak bertukar pesan. Sudah lama ya kamu tidak memberikan perhatian.
Aku rindu. Dulu kita sering melewati hari bersama, dulu kamu sering bertingkah konyol agar bisa membuatku tertawa, dulu kamu sering mengucapkan kalimat yang selalu membuat aku tenang. Tapi kenapa sekarang kamu tiba-tiba menghilang?.
Aku tidak tahu perasaanmu kepadaku sebenarnya bagimana. Tapi, semenjak kamu mengetahui tentang perasaanku kepadamu, kamu selalu bersikap seolah kamu mempunyai perasaan yang sama. Sikapmu selama satu tahun ini membuat aku terlanjur berharap banyak dan memutuskan untuk benar benar menjatuhkan hati padamu.
Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba kamu menghilang seperti ini. Aku bingung dengan sikapmu yang selalu berubah-ubah. Kadang sikapmu selalu membuatku ingin terus bertahan menunggu sebuah kepastian dan terkadang sikapmu membuat ku lelah bertahan dalam ketidakpastian.
Gadis itu menatap dan membaca kembali tulisan di layar laptopnya. Sakit, kecewa, sedih, bingung, rindu. Pokoknya, kini perasaannya telah bercampur aduk. Saat ini tepat dua bulan setelah sosok laki-laki yang dia maksudkan di tulisannya itu menghilang. Menghilang tanpa kabar bahkan tanda sedikit pun.
Drtt.. Drtt.
Handphone nya yang terletak di meja sebelah bergetar. Ternyata ada pesan masuk. Dia mengerutkan dahi nya saat mengetahui ada pesan dari nomor yang tidak dia kenal. Gadis itu mebelalakan kedua matanya saat membaca isi dari pesan tersebut.
Hai Za. Gue harap nanti malem kita bisa ketemu di cafe yang sering kita datengin dulu ya.
-Arkan.Itu lah isi pesan dari nomor yang tidak Gadis itu kenal. Pesan yang singkat namun cukup membuatnya shock bahkan ingin pingsan. Bayangkan saja, sosok laki-laki yang menghilang secara tiba-tiba itu kini kembali secara tiba-tiba juga dengan memberikan pesan singkat seperti itu. Iya, laki-laki itu adalah Arkan. Arkan yang sosoknya selalu di nantikan dan di rindukan oleh seorang Gadis yang bernama Nafiza.
*****
"Hai Za" sapa Arkan lembut kepada Nafiza. Saat ini mereka duduk berhadapan. Posisi mereka hanya di batasi oleh satu meja cafe yang berukuran sedang.
Nafiza hanya tersenyum manis ke arah Arkan. Dia tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan Arkan malam ini.
"Lo tetep cantik ya, engga berubah" puji Arkan tulus. Senyuman pun mengembang di wajahnya.
"Makasih Ar" jawab Nafiza. "Dua bulan kemaren lo kemana aja Ar?. Kenapa lo ngilang gitu aja tanpa ngasih kabar ke gue? tanya nya. "Gue udah coba hubungin lo, nyari lo ke rumah lo tapi nihil. Rumah lo udah kosong. Gue nanya ke temen-temen lo tapi mereka engga ada yang tau kabar tentang lo. Gue kangen Ar sama lo" lanjutnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Bukannya menjawab pertanyaan Nafiza. Arkan malah menggenggam tangan Gadis itu dan balik bertanya "Lo sehat dan baik-baik aja kan Za?"
"Arkan, jawab dulu pertanyaan gue" pinta Nafiza.
"Engga semua pertanyaan harus ada jawabannya sekarang Za. Mulai sekarang lo harus bisa ya ngelewatin hari-hari lo seperti dua bulan terakhir ini tanpa gue, karena kita engga akan bisa sama sama lagi" jelas Arkan. Penjelasan itu mampu menusuk hati Nafiza. Sakit, benar benar sakit. Setetes air mata pun jatuh dari matanya yang indah.
"Kenapa gitu Ar?. Lo jangan bercanda, engga lucu!"
Arkan mengusap air mata di pipi Nafiza dengan lembut. "Jangan nangis. Lo harus senyum. Bahagia" ucapnya.
Nafiza menggelengkan kepalanya. "Gimana gue mau bahagia. Kalo sumber kebahagiaan gue aja bakalan pergi" ujarnya sambil terisak pelan.
"Lo harus terima kenyataan ini Za. Dan yang harus lo tau, ada atau engga nya gue di sisi lo. Lo akan tetep jadi wanita terindah di hidup gue selain Mama, dan gue akan selalu sayang sama lo. Gue cinta Za sama lo. Tapi keadaan yang udah membuat kita engga bisa sama-sama lagi" tutur Arkan panjang lebar.
"Kalo lo cinta sama gue, kenapa lo harus ninggalin gue Ar? Pliss jangan pergi Ar" isakan Nafiza semakin terdengar. Dia mempererat genggaman nya dengan Arkan.
"Maafin gue Za" ucap Arkan tulus.
"Kalo akhirnya lo bakalan ninggalin gue kaya gini, buat apa lo nyuruh gue nunggu lo Ar? Buat apa?. Lo udah bikin waktu gue selama satu tahun ini sia-sia karena nungguin lo" ucap Nafiza agak emosi.
"Ini semua terpaksa gue lakuin. Gue terpaksa harus pergi. Gue harap setelah ini lo akan lebih bahagia. Bulan depan lo udah kuliah kan. Lo harus fokus ya sama kuliah lo. Gue engga minta lo buat nungguin gue balik Za. Karena gue sendiri engga bisa mastiin gue bakalan balik lagi nemuin lo atau engga" pinta Arkan.
Nafiza tidak berkata apa-apa. Dia hanya menunduk. Dia tidak kuat menahan tangis.
"Gue engga punya banyak waktu disini. Gue harus pergi. Jaga diri baik-baik ya Za. I love you" Arkan melepaskan genggaman tangan Nafiza pelan-pelan kemudian pergi meninggalkan Gadis itu yang masih menangis.
"Arkan.. Lo jahat sama gue" lirihnya di sela tangisan.
Dia tidak menyangka bahwa pertemuannya hari ini dengan Arkan yang dia fikir akan menjadi kisah yang indah, kini malah berakhir menyakitkan.
Sekarang dia harus bisa menerima semua ini. Menerima kenyataan bahwa cintanya telah kandas. Cintanya telah usai sebelum semunya benar-benar di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Love
Teen FictionCerita tentang perjalanan cinta memang tidak selalu berjalan mulus. Pasti ada saja masalahnya, walaupun kita sudah jatuh cinta dengan tulus. Salah satu masalahnya yaitu, saat orang yang kita cintai, kita harapkan, kita nantikan, bahkan kita butuhka...