Pengakuan??

91 36 53
                                    

Fiona P.O.V

"Gue dari kantin lah..." jawabku cuek.

"Ohh... Bukan bantuin nenek-nenek nyebrang jalan kan??" Kekeh Rissa. Gue berhasil mendaratkan jitakan di kepalanya.

"Canda kali neng. Jahat amat.." Sambung Rissa dan pergi dari kelas. Kemungkinan besar dia pergi ke kelas si Rafa untuk minta maaf.

"Auk ah gelap..." Gumamku dan bersiap-siap dalam posisi tidur di meja.

"Maaf ibu terlambat masuk, sekarang buka bukunya halaman..."

"Yahhh... si kampret dateng. Gak jadi tidur deh." Gerutu gue dan mengeluarkan buku dari laci meja.

"Cepetan buka buku lo!" Suara itu terdengar asing di telinga gue. "Ett dahh.. kapan si Rissa dateng?? Kenapa tiba-tiba dia ada di sebelah gue??" Gumam gue dalam hati.

"Santai, gue baru dateng kok." Kata Rissa seolah-olah dia tahu apa yang gue pikirkan. INI SEKOLAH ATAU TEMPAT TELEPORTASI!!

"Riss, tadi lo kemana??" Tanya gue penasaran.

"Kepo lu jadi orang." Jawab Rissa sambil menyuruh gue memperhatikan bu Jihan di depan.

Akhirnya sekolah selesai, gue lagi jalan menuju parkiran untuk mengambil mobil kesayangan gue. Si Nikki yang gemerlap. Mobil aja diberi nama:v

"Fiona mau pulang ya? Hati-hati di jalan!"

"Jumpa lagi besok cantik."

Sumpah gue bosen dengar kata-kata itu. (Kenapa authornya pake nulis segala sih??). Gue langsung masuk ke mobil dan menginjak gas keluar dari sekolah. Gue stress lama-lama di sekolah. "Gak ada yang waras disini!" Gerutu gue dalam hati.

"Fin, tumpangan gratis lah.. capek gue jalan!!!" Teriak seseorang dari belakang. Gue masih dengar teriakan itu karena kaca jendelanya gue buka. Langsung aja gue rem mobilnya dan mundur sedikit ke sumber suara.

"Ayo naik Rissa, Rafa jangan lupa bayar ya!" Kekeh gue dan membukakan pintu untuk mereka layaknya seorang raja dan ratu.

Flashback on...(pada saat Rissa dan Rafa jalan)

"Lo ngajak Fiona ke bioskop kan??" Tanya Rissa.

"Yoi. Tapi, kenapa dia selalu salah paham sih.. pusing gua." Jawab Rafa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sebagai teman yang baik, gue bakal bantu lo. Tapi, ada syaratnya~". Ujar Rissa sambil membisikkan sesuatu ke telinga Rafa. Rafa hanya bisa mengangguk pasrah.

"Mungkin itu adalah cara yang bagus. Setidaknya aku masih bisa menjadi teman terbaiknya daripada buta karena cinta." Gumam Rafa dalam hati. (Author merasa baper T_T. Fighting Rafa!!)

Flashback off...

Akhirnya gue mengantarkan mereka ke rumahnya masing-masing yang kebetulan satu komplek dengan gue. Setelah gue mengantarkan mereka ke singgahsana mereka, akhirnya gue sampai di depan rumah. Memarkirkan mobil kebanggaan gue dan masuk ke rumah layaknya maling.

"Kan betul, mereka gak ada di rumah... Ibu pulangnya malam sementara sekarang masih siang enaknya ngapain ya..." Gumam gue dan pergi ke dapur.

Disana ada puding coklat yang gue tinggalin di dalam kulkas. Gue langsung memakan puding itu seperti orang yang tidak diberi makan 3 minggu. Tiba-tiba ada notif pesan di hp gue. Ternyata itu dari si Rafa.

"Sore ini lo ada waktu gak??" Rafa.

"Ada dong. Kebetulan gue lagi bosen dirumah." Fiona.

"Gue mau ngajak lo ke cafe tempat biasa." Rafa.

It's About MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang