Chapter 3

153 12 1
                                    

Yang tak ku pahami kenapa kau iri dengan hidupku?? hidupku tak seindah yang kau bayangkan...
Dan jangan membandingkan sesuatu yg tak kau miliki dengan yang kumiliki, jujur itu sungguh menggaggu, bukankah rumput tetangga lebih hijau dari milik kita?? jadi syukurilah hidupmu, mungkin kaupun juga takkan tau bahwa ada beberapa orang yang iri dengan hidupmu termasuk diriku, ya aku iri dengan hidup kalian yang mendapatkan kasih sayang tapi mengapa kebanyakan dari kalian tak menyadarinya....UN

Chapter 3

Happy reading!!!

Sungguh malam yang sunyi di Tokyo bahkan bulan dan bintangpun enggan memperlihatkan diri mereka. Malam yang sangat cocok untuk mengarungi alam mimpi dan beristirahat dari aktivitas yang melelahkan. Tapi sayang itu semua tak dipedulikan oleh pemuda tampa bersurai raven itu. Ia masih sibuk dengan kanvas dan kuas cat ditangannya. Sasuke masih sibuk dengan dunianya.

"Cantik" gumangnya lirih saat kedua tangannya berhasil menciptakan sebuah karya seni. Ia Uchiha Sasuke baru saja melukis seorang manusia untuk pertama kalinya.

Ia melukis Naruto. Ya seorang Uzumaki Naruto yang telah berhasil mencuri hatinya saat pertama kali bertemu.

"Kenapa matamu begitu dingin dan menyimpan begitu banyak luka? Bahkan matamu terlihat lebih gelam dari milikku yang selalu menderita ini..." monolok Sasuke pada lukisan yang ia buat.

"Apa kau juga menderita sepertiku?" ucapanya lagi yang tentu saja takkan mendapat jawaban.

"Huhhhh... Hidup memang kejam ya dobe?" lirihnya

CLEAKKK

Tiba-tiba pintu kamar Sasuke terbuka dan tentu saja Sasuke reflek membalikkan lukisannya. Tapi sepertinya ia agak telat karna sang pelaku melihat sedikit hasil karyanya meskipun hanya rambut pirangnya yang terlihat. Sasuke begitu cepat membalik lukisannya sehingga ia tak dapat melihat dengan jelas seperti apa rupa lukisan sang adik.

"Yo! Baka-outouto! Tumben melukis manusia biasanya kau hanya melukis pemandangan" tanya sang pelaku dengan senyum hangatnya.

"Tckkk... Bukan urusanmu! Keluar kau?" geram Sasu

"Ohhh... Aku juga merindukanmu, kemarilah ayo peluk kakakmu yang luar bisa tampan ini!"

"Mati saja kau" geramnya lagi dengan melempar bantal tepat kewajah tampan sang kakak.

"Ishhhh... Sakit bodoh! Kau mau membuat wajah tampanku ini buruk rupaya? Keluh sang kakak mengusap hidung mancungnya setelah mendapat lembaran bantal tanpa rasa sayang.

"Jangan berlebihan Itachi".

"Tapi Sa-"

"Kubilang keluar ya keluar!! Apa sekarang kau menjadi tuli"

"Hei!! Jaga bicaramu adik kecil aku ini lebih tua darimu!" geram Itachi

"Apa peduliku! cepat pergi aku muak melihat wajah busukmu itu!"

"Baik. Maaf kalau menganggu waktu berhargamu Tuan Muda Uchiha." Sahut Itachi dengan wajah dinginnya. Hilang sudah senyum dan wajah hanganya tadi. Ia berjalan berlahan dan menutup pintu kamar sang adik.
.
.
.
.

"Berbuat baik padamu pun aku akan tetap salahkan Sasuke" lirih Itachi saat ia sudah ada dibalkon kamarnya. Ia memandang sendu langit gelap diatasnya.

"Maaf waktu itu aku masih terlalu kecil untuk bisa membujuk orangtau kita Sasuke..."

Kemudia ia berbalik menuju kamarnya dan menutup pintu yang menghubungkannya dengan balkon rumah. Ia hanya ingin menyapa adik kecilnya. Ia bahkan rela menginjakkan kaki dirumah yang sangat dibencinya ini. Rumah yang membuatnya kehilangan sosok adik kecilnya. Adik kecilnya yang dulu sangat mengemaskan. Ya itu dulu, dulu sekali.

Stand By Me TemeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang