5. Lima dari Sepuluh

17 3 0
                                    

"wetess! Pagi-pagi udah rajin wae atuh mbak cantik."

Sarah yang awalnya fokus sama kertas coret-coretan dan latsol di Hp-nya seketika mendongak ke arah celetukan kurang kerjaan itu.

"Paansih!"

Setelah tau siapa yang nyeletuk, Sarah cukup puas melototi si Kampret dan gerutuan andalannya lalu kembali menekuni pekerjaannya. Tak puas karena dicueki, si Kampret pun tak jadi menuju bangkunya dan malah mendekat ke arah Sarah dengan tas yang masih di bahunya.

"Apaan sih Jaeeeemm! Pergi sanaa ishh!" Sebal. Mood sedang baik untuk belajar malah diganggu oleh makhluk centil seperti Jaemin pagi-pagi.

"Lo yang apaan ish! Gue liatin doang jugak. Salting ya lo ngaku aja!"

"Pergi gak?!" Sarah melototin Jaemin lebih tajam lagi dari bangkunya. Jaemin memang sedang berdiri di sampingnya. Dan Jaemin yang tidak peka hanya menyipitkan matanya membalas tatapan Sarah.

"Lo ... NGAKU AJA ITU ROCOBAN KHAANNN! WEEEEE BAGI DUONGS!" Jaemin yang tiba-tiba jadi anarkis mencoba merebut kertas coret-coretan dan Hp Sarah membuat Sarah gercep berdiri dari duduknya.

Bugh bugh bugh

"Mampus! Geje banget sih lo Jaem! Doohhh! Balikin gaaakkk!"

Tapi kalah cepat. Jaemin sudah merebut Hp Sarah dan sedikit menjauh karena pukulan Sarah yang gak main-main. Siapa suruh bangunin macan tidur?

"Ya Allah, Sarah gue sedih tau gak? Lo mukulin gue sampe kek gini sakitnya cuma karena gak mau chat lo sama Renjun gue baca? Bodo ah."

Jaemin natap Sarah dengan tatapan terluka. Lalu balikin Hp Sarah di mejanya gitu aja dan dia balik duduk ke tempatnya sambil megangin bahunya bekas dipukul Sarah.

Sarah masih mencoba menetralkan napasnya ketika teman-temannya yang lain sudah mulai berdatangan.

***

Jam ke 1 dan 2 pagi ini adalah agama. Dan seperti biasanya agama di pagi hari di hari Jumat membuat pak Kai selaku guru agama menyuruh murid-muridnya untuk salat dhuha terlebih dahulu.

Dan karena Sarah sedang tidak salat maka ia disuruh untuk di kelas saja dan membaca al-qur'an. Tapi sama seperti beberapa teman Sarah yang lain. Mereka tidak membaca al-qur'an dan malah belajar untuk ulhar matematika nanti. Nakal. Oleh karena itu jangan ditiru. Hal seperti ini hanya boleh dilakukan oleh yang ahli. Yaitu ahli neraka jalur undangan:')

Padahal sudah lancar mengerjakan latihan soal. Sarah masih belum puas dan malah terus mengubek-ubek semua website di google untuk mencari contoh soal lagi dan lagi. Sampai ia lupa kalau sudah waktunya istirahat.

"Oi, kagak makan lo?" Jeno menepuk pundak Sarah.

"Hah?" Sarah Tetot berbalik dan liatin Jeno. "Lo mau ke kantin? Boleh nitip sariroti gak? Sama jus jambu?" Habis masang mata anjing yang akhirnya membuat Jeno luluh. Akhirnya ya Jeno nurut-nurut aja. Kapan lagi Sarah ambis belajar?

Lalu Jeno ke kantin bersama Siyeon dan Renjun.

Tak lama mereka kembali dan membawa pesanan Sarah. Kemudian Sarah memakan pesanannya sambil masih fokus belajar.

***

30 menit sebelum jam pelajaran pak Dio. Sarah memutuskan untuk berhenti belajar. Ia tak mau terlalu ambis sehingga nantinya ia buntu saat ujian karena gupuh. Maka Sarah memutuskan untuk main game saja.

"Jen."

"Ha?"

"Pinjem Hp dong?"

Dari sudut matanya, Sarah bisa melihat Renjun mendongak ke arahnya.

"Heeeh! Kesambet apa lo? Bentaran ambis bentaran blangsak bener! Bu Rose tuh di depan dengerin! Tar lagi ulhar juga."

"Bosen Jeennn." Entah mengapa hari ini Sarah jadi ngerengek-rengek setelah pagi tadi teriak-teriak.

"Ssttt." Siyeon memperingatkan Sarah yang mulai dilirik-lirik bu Yoona.

"Mangat dah." Dan setelah itu Jeno memberikan Hp-nya kepada Sarah.

Setelah berbalik dan bersiap menyalakan Hp Jeno, Hp Sarah di kolong meja bergetar dan terlihat notif chat. Sarah lirik bu Yoona yang terlihat anteng-anteng saja. Lalu ia buka chat dari Hp-nya.

Renjun

30 menit lagi pak dio

Iya gw tau makanya maen hp
Panas pala gue

Udh siap?

Siap mental dan contekan sih yg belum
Kalau belajar udh kyknya

Oke, smngt

:') thx

Terus Sarah lanjut main game di Hp-nya Jeno sampe pak Dio masuk kelas.

***

"Oke, anak-anak hasilnya, Saya bagi minggu depan ya. Setelah ini yang laki-laki segera ke masjid bagi yang muslim. Sekian hari ini, wassalamualaikum."

"WALAIKUMSALAM."

Seketika kelas gaduh erangan teman-teman Sarah yang kesusahan mengerjakan soal. Sarah sendiri tidak banyak berkomentar dan malah menelungkupkan badannya ke meja.

"Ngapa tuh anak?" Jeno berdiri dari duduknya dan bertanya kepada Siyeon.

"Tau." Jeda sejenak, untuk Siyeon benar-benar fokus menghadap Sarah. "Nggak demam sih."

"Hnggg apaan sii gue kagak ngapa."

Tau Sarah baik-baik saja, Jeno balik ke tempat duduknya dan beres-beres untuk salat Jumat.

Setelah kelas mulai sepi, Sarah akhirnya bangun dan mulai membereskan barangnya. Di belakangnya, masih ada Renjun yang belum pulang dan sibuk dengan banyak kertas-kertas yang terlihat penting. Sarah tahu karena ia sempat melihat fotokopian kartu keluarga juga di sana.

"Jun."

"Ya?"

"Soalnya susah sumpah. Gue kira gue bisa." Dan yah bisa dikatakan saat ini Sarah mengadu ke Renjun betapa susah soal ulangan tadi mengingat kelas sudah berisi mereka berdua saja, Sarah nyaman-nyaman saja berbuncang dengan Renjun.

"Iya memang susah kok. Tadi itu soal tipe olim."

"Kok ... Aannjiiingg~." Sarah mengumpat dengan nada yang khas.

"Santuy kali. Emang lo bisa ngerjain berapa?"

Saat ini Renjun sudah berdiri dan akan meresletingkan tasnya. Sedangkan Sarah sudah siap pergi dan tasnya sudah di bahu.

"5 dari 10, tapi gue gak sedih ding. Gue bandinginnya sama gue 2 hari lalu yang gangerti apa-apa. Progres baik lah setidaknya bagi gue."

"Udah termasuk bagus sih itu, santai aja." Setelah tas Renjun ia sampirkan di bahunya, dab benar-benar siap untuk meninggalkan kelas, Sarah juga melakukan hal yang sama. "Btw lo gak balik?"

"Gue masih harus nyiapin buat besok."

"Ohh okai, gue duluan ke ruang musik ya. Mau latihan."

"Wetess siplah. Semangat ya. "

"Lo juga."

***

3 0 0 1 2 0 1 9

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Namanya TersarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang