Chapter 1

11 3 0
                                    

"Cerita di kala itu, awal yang akan membawa pada akhir"

~ Narin's POV ~

Sudah satu minggu sejak aku masuk SMA, tapi tetap saja, aku belum menemukan teman mengobrol yang sesuai. Kali ini ku putuskan untuk berkeliling gedung sekolah, sendirian -lagi- . Aku memandangi sekolah dari bagian atap. Hah... Disini tidak ada siapapun. Tempat yang tenang untuk menyendiri. Ku pasang earphone-ku dan kuputar musik J-Pop. Kusandarkan tubuhku di dinding sambil merileksasikan diri.

Aku hampir jatuh tertidur saat seseorang datang membangunkanku.

"Hei.. Kau siswa ajaran baru ya?"

Aku menoleh lalu kembali fokus pada lagu yang sedang diputar. Eh tunggu, logo kelasnya... Ah sial! Dia senior! Aku buru-buru berdiri dan menunduk, tidak berani menatapnya.

"Ma-maaf kak... Apakah saya mengganggu tempatmu? Jika begitu, saya akan pindah. Permi-"

Dia tertawa.
"Ahaha kau kaku sekali.. hei aku tidak akan menindasmu. Tenang saja."

Aku masih menunduk dan tidak menjawab apapun.

"Eh ngomong-ngomong perkenalkan, aku Aiden. Dan kau..."
Dia memicingkan mata, mencari tanda pengenalku.

"Narin. Namaku Narin. Kartu tanda pengenalku tertinggal di kelas."

"Ah, Narin ya.. senang berkenalan denganmu."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum sungkan.

~~~

Kelas tidak begitu ramai. Mungkin sebagian yang lain berada di luar. Aku mengetuk pelan pintu saat hendak masuk, memberikan senyum sapaan pada beberapa teman yang melihat ke arahku, lalu duduk. Ku lirik bangku di sebelahku, kosong. Ku pasang kembali earphone di telingaku. Tak banyak yang bisa dilakukan saat masa masa pengenalan sekolah. Aku berasal dari kota lain, dan aku tidak mengenal siapapun-pada awalnya. Bisa dibilang aku -cukup- pemalu untuk menyapa seseorang yang belum kukenal. Aku memang sudah berkenalan dengan semua teman sekelas, tapi aku hanya ingat beberapa saja.

Tak banyak yang kulakukan hingga bel waktu pulang berbunyi. Ini saat yang ditunggu, oleh orang yang kesepian sepertiku. Ah aneh rasanya, kadang aku tertawa untuk diriku sendiri. Aku sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru. Aku tidak suka banyak perubahan, meski tidak semua perubahan menurutku buruk. Aku kesulitan berada di tempat ramai dengan banyak orang di sekitarnya. Aku lebih suka sendiri. Ramai dengan pikiranku sendiri. Sibuk mengobrol dan berdebat dalam diam, seperti sekarang. Lebih baik seperti ini. Aku tau, pasti kalian mengira aku anti sosial. Aku tahu, pasti kalian mengira aku introvert, memiliki trauma, atau gangguan psikis. Jawabannya tidak. Aku tidak tahu pasti kenapa aku bisa begitu. Tapi aku pernah melakukan cek psikologisku ke psikiater , namun hasilnya negatif. Aku normal.

Ah, aku terlalu sibuk berkecamuk dengan pikiranku, sampai aku sadar akan sesuatu. Kunci motorku. Aku mengorek isi tasku, lalu sakuku bergantian. Tidak ada. Aku mengingat-ingat di mana aku menaruhnya. Ah iya! Mungkin terjadi di atap sekolah. Di jam pulang seperti ini sekolah mulai sepi. Dengan langkah cepat aku berlari untuk mengecek kunci motorku. Setelah menaiki anak tangga terakhir, tanpa sengaja kutabrak seseorang di depanku.

Bugghhh!!

Aku terpental hingga jatuh terduduk di teras atap. Aku mengusap lenganku yang terbentuk teras, meringis menahan sakit.

Orang itu mengulurkan tangannya, "Maaf... Ehh?? Narin??"

Refleks aku menoleh, "Ai.. eh, Kak Aiden?"

Dia membantuku berdiri. "Kebetulan sekali..."

"Kebetulan.. kebetulan apa?"

Dia memberikan sebuah kunci. Hei, itu kunci motorku!

"Ini milikmu, kan?"

"Ah iya, mungkin aku menjatuhkan-nya tadi. Jadi aku hendak mengambil-nya. Syukurlah tidak hilang. Makasih, Kak Aiden."

"Iya sama-sama. Lain kali hati-hati. Untung saja aku di sini sejak pagi. Atau kalau tidak, kamu bakal pulang jalan kaki sambil mendorong sepeda motormu itu," dia terkekeh pelan.

"Ah, iya, Kak. Ngomong-ngomong, kenapa Kak Aiden ada di sini sejak tadi? Apa kakak..."

"Hei.. tidak tidak. Aku tidak membolos. Aku sedang melakukan tugasku pada alam."

Aku mengangkat alis, "Tugas...pada alam?"

"Ah besok Sabtu kita libur, Kan? Besok aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Datanglah kesini pagi-pagi,"

"Buat apa?"

Dia tersenyum misterius, "datang saja."

Setelah itu, Kak Aiden pergi begitu saja.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PlutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang