"Yank, ayo kapan-kapan jalan-jalan gitu, berdua" Roby tersenyum manja menggandeng tangan kanan Aini dan menunjukan 2 jari tangannya,
"keluar kemana tapi yank?" matanya memandang mata Roby.
"Ya kemana gitu, yang deket-deket aja, kalau jauh kamu kan enggak bisa" Roby mengangkat kedua bahunya,
"Ya tapi kamu juga tau sendiri kan yank, kalau aku enggak boleh pacaran sama ayah aku, kalau ketahuan bisa bencana" muka Aini cemas.
Langkah mereka pun sunyi bersama dinginnya malam.
"Yank!" Roby menghentikan langkahnya, Aini pun ikut menghentikan langkahnya.
"Apa yank?" mereka pun saling bertatapan dan Ani hanya tersenyum manis.
Roby memegang kedua tangan Aini,
"Apa aku perlu kerumahmu untuk..." belum selesai Roby berbicara,
"yank, bukannya aku mau ngelarang kamu, tapi kamu tau sendiri, kalau aku ketahuan pacaran, bisa-bisa aku di usir dari rumah" Aini menunduk dan murung.
"Tapi yank..",
"Udah laah yank, jangan bahas itu" lagi-lagi Aini memotong pembicaraan Roby.
Roby menundukkan kepalanya dan melepaskan kedua tangan Aini.
Suasan di malam itu menjadi sunyi dan dingin, seperti hati Roby saat ini.
"Oke laah yank, kalau itu yang kamu mau" Roby hanya memaksakan senyuman di hadapan Aini.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Aini tanpa adanya percakapan dan gandengan tangan.
"Sudah yank, sampai sini aja" Aini menghentikan langkah Roby,
"iya udah kalau gitu".
Aini memegang tangan kanan Roby dan menciumnya.
"Yank, jangan di pikir soal aku ya, makasih udah nemenin jalan dari tempat kerjaku sampai sini" senyuman manja tampak di wajah Aini.
Roby hanya membalas senyuman itu dengan senyuman dan anggukan.
Roby hanya menatap langkah Aini dari gang kecil yang ada pas di depan rumah Aini, perlahan-lahan Aini membuka pintu rumahnya dan masuk, dan tak terlihat lagi.
▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Roby mengambil handphone dari saku celana jensnya, melihat jam yang menunjukan pukul 10.00 malam.
"Sudah malam ternyata" Roby bergumam dalam hati.
Roby segera bergegas menuju jalan besar,
"di mana sih, sih playboy itu?" melihat kesana kemari mencari seseorang.
"Itu dia" menatap dan menunjuk ke arah papan iklan di dekat lampu merah, tampak seorang remaja gemuk yang lumayan keren duduk di trotoar.
Roby berjalan menuju remaja itu.
"Dim, sorry lama yaa" Roby tersenyum lebar dan mengangkat tangan kanannya. Remaja itu menatap Roby dan berdiri
"Enak aja cuman bilang sorry. Waktu adalah uang bro, time is money" dengan lagaknya seperti preman dan sebatang rokok menyala di tangannya.
"Tahayul itu Dim, kalau memang time is money, buktinya gue punya banyak jam di rumah tapi enggal kaya-kaya, padahal jam kan penunjuk waktu" canda Roby.
"Bener juga, orang sukses kurang belajar sih sama orang bodoh" mereka tertawa,
"kaya lo" Dimas semakin tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup atau Cinta
Romance"Sekarang aku mengerti... Kenapa kamu begitu padaku.." batin Roby. Roby pun memeluk bantal erat-erat dan mulai meneteskan air matanya di dalam dekapan bantal itu.