1- Kotak berpita biru

3 1 0
                                    

Sinar matahari sore masuk dicelah celah jendela kamarku membuat silau kedua mataku. 

Aku terbangun dari rasa lelahku karena perjalan panjang dengan pesawat kerumah kakek. 

Mataku masih terpejam meski badanku sudah bersiap untuk berdiri. 

Rambut kusut acak acakan, sepatu yang masih belum kulepas dan koper yang masih terkunci tergeletak dibawah. 

"Airin..!! Bangun.!! Mandilah dan segera turun.!" terdengar suara kakek menggema dilantai bawah membuat mataku akhirnya terbuka lebar. 

"Hoaamm!! Iya kek.!!" ucapku masih malas dan segera mengambil handuk dan masuk kekamar mandi. 

Tetapi aku terdiam menghentikan langkahku yang sudah masuk kekamar mandi. Lalu kutoleh kearah meja rias. 

Tampak sebuah kotak kado berpita biru terpampang disana. 

Penasaran, kudekati kotak itu dan terlihat, ada sebuah catatan kecil tertulis disana. 

"Selamat Ulang Tahun Cucuku"

Aku tersenyum melihat tulisan itu. Kakek ada ada saja memberiku sebuah kado. Ya memang benar sih, hari ini hari ulang tahunku. 

Aku mulai melepas tali pita biru itu dan membuka kotaknya. Terlihat sebuah kamera bermerek Can*n yang aku impikan didalamnya. 

"Kakek tau saja apa yang kumau!" ucapku senang. Dan segera kuletakkan kamera itu dan bersiap mandi tak sabar ingin mengucapkan terima kasih pada kakek. 

Teringat dulu aku juga mempunyai sebuah kamera. Tetapi kamera itu rusak karena terjatuh saat aku sedang mendaki gunung dengan teman temanku. 

Hobi fotografiku ini menuntutku untuk punya sebuah kamera. Aku tak mau meminta baru kepada orang tuaku. Akhirnya aku mengumpulkan uang sendiri untuk membeli yang baru. 

Tak disangka saja, kakek memberiku hadiah kamera baru di hari ulang tahunku. Terkadang aku penasaran kakek tau dari siapa pasal kameraku yang rusak. 

Aku merasa sangat senang dan berterima kasih. Kali ini tak akan aku biarkan kameraku rusak seperti dulu. 

Setelah membersihkan diri, kupakai setelan kaos putih berlengan pendek dan celana jins selutut dengan rambutku yang kupintal dengan handuk turun kebawah.

Terlihat kakek sedang menikmati secangkir teh dimeja makan seraya membaca koran. 

"Neng Airin mau makan malam dengan lauk apa?" ucap Teh Ningsih pembantu rumah tangga kakek. 

"Apa aja teh, yang sedap pokokna" ucapku menyodorkan dua jempolku. 

Teh Ningsih tersenyum dan siap memasak. 

"Wassup kek!" ucapku menyodorkan kepalan tanganku pada kakek untuk ikut tos. 

Kakek tersenyum dan membalas dengan tangannya. Kamipun bertos. 

"Makasih ya kek kadonya! Airin sssuuukkkaaaa banget!" ucapku memeluk kakek. 

"Iya sama sama sayang!" ucap kakek membalas pelukanku. 

"Ini Teh Ningsih buat ayam goreng dengan kunyit spesial" ucap Teh Ningsih beberapa saat dan menghidangkan makanan dimeja. 

"Waahh masakan Teh Ningsih selalu enak banget gak berubah!" ucapku mencicip ayam. 

Aku dan kakekpun mulai makan malam bersama. Teh Ningsih juga kakek ajak makan bersama. Kamipun juga bercerita hal hal lucu yang mengundang gelak tawa. 

Setelah makan malam, aku duduk diteras seraya terus mengotak atik kamera baruku. 

"Airin.." terdengar kakek datang dan duduk disampingku seraya merangkulku. 

"Sepertinya liburan kali ini kakek gak bisa ajak kamu keliling. Karena sekarang musim panen dikebun teh kakek." ucap kakek menyesal. 

"Gak masalah kek, kan ada Teh Ningsih sama Kang Asep yang jaga Airin. Lagian Airin dah gede bisa jaga dori kok." ucapku tersenyum. 

Kakek mencium dahiku dan mengelus kepalaku. Kamipun mengobrol tentang masa kecil kakek dengan ditemani angin malam dan sebuah biskuit coklat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Potret Hati (New+Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang