"Sumpah ya ini gara-gara Letta. Aduh sepi banget ini, eh biasanya juga sepi sih. Tapi ini udah malem banget, bisa gila gue. Duh deg-degan. Ya Tuhan jauhkan hamba dari gangguan-gangguan baik dari yang nampak maupun tidak nampak."
Yes, aku sedang berada di lift sendirian jam 2.24 dini hari. Ini semua ulah sahabatku Letta yang mengajak berkumpul namun secara tiba-tiba dapat ide berangkat ke Bandung dan baru jalan kembali ke Jakarta jam 10 malam. Aku berbicara sendiri bukan tanpa alasan, masalahnya aku tinggal sendirian di apartemen dan lantai tempatku tinggal itu sangat sepi.
Aku baru menempati apartemen ini sekitar 4 bulan dan biasanya jam 8 atau 9 malam aku pasti sudah di dalam unitku dan tidak akan mau keluar-keluar lagi kalau bukan karena sesuatu yang mendesak. Aku berbicara sendirian untuk menenangkan diri saja, semoga tidak ada yang tiba-tiba menanggapi ceramahku.
"Ya, pintu kamar sudah terlihat, kamu bisa Kinan. Segera raih kuncimu, ayo mari kita buka tas. Yeah, mana kau kunci...kunci... kunci.."
Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di unitku dan aku masih belum menemukan kunciku. Setelah sampai didepan pintu kuletakkan semua barang belanjaanku dan membuka tasku selebar mungkin. Tas itu kadang menyusahkan, semua benda didalamnya teraduk dan jika memasukkan tangan tanpa melihat semakin banyak benda-benda baru bermunculan seperti tissu bekas, bon belanja dari 3 bulan lalu, dan seketika benda yang sedang dicari lenyap.
"Ampun deh kunci kemana sih?"
"Ting," bunyi lift terdengar berarti ada yang turun di lantai ini juga. Mungkin itu tetanggaku, lumayan ada teman. Namun pikiranku mulai merangkai cerita-cerita seram, "Eh tapi kalo itu orang jahat? Atau kalo itu kebuka tapi gaada orang. Kunci sialan! Tas juga sialan, paling sial lagi Letta, gila-gila gue gemeteran."
"Mba?" Tidak aku tidak boleh menoleh bisa saja itu orang jahat atau mungkin bukan manusia.
"Mba? Bisa bantuin ga?" Gak bisa, aku menyahut dalam hati. Saat ini aku hanya pura-pura tidak mendengar suara itu.
Bodohnya diriku pintu ini kan bisa pakai password, karena selalu menggunakan kunci aku sampai lupa pintu ini bisa dibuka dengan password juga. Aku mengetik dengan cepat dan terakhir sebelum masuk aku menoleh ke arah suara yang tadi memanggil.
Dan ternyata itu manusia, bukan penjahat juga. Itu tetangga sebelahku tapi dia sepertinya tidak sadarkan diri dan sedang dipapah oleh temannya. Berarti yang tadi memanggil itu temannya si tetangga. Karena tidak enak hati akhirnya aku baru menanggapi panggilannya yang sudah basi sekitar beberapa menit yg lalu.
"Iya mas. Kenapa ya?"
"Ini boleh tolong cekin dikantong temen saya gak? Ada kunci unitnya atau nggak?" Orang ini gila atau apa perempuan disuruh meraba-raba laki-laki yang tidak dikenal. Bisa-bisa dituduh pelecahan ketika orangnya sadar.
Namun melihatnya yang kesusahan akupun segera menghampiri dan mencari kunci tersebut, "gak ada mas."
"Aduh si bangsat nyusahin banget sih! Mba saya boleh minta tolong lagi gak? Plis mba bantu saya ya?" Tadi sudah minta tolong, mengumpat, lalu minta tolong lagi. Siapa sih orang ini? Lumayan tampan loh walau pria yang tidak sadarkan diri sebenarnya lebih tampan.
"Tolong apa?"
"Ini titip temen saya di tempatnya mbak."
What the ....
YOU ARE READING
Lifted - #1 Dreamcatcher Series
General Fiction"Itu cowok lo, Nan? " "Maunya gue sih gitu, tapi dia mana mau. Cuma di mimpi kali gue bisa dapetin dia." Arkinanti Swastika, seorang pegawai swasta biasa yang kebetulan mempunyai tetangga unit seorang artis. Awalnya Kinan merasa mustahil bahkan untu...