MDS 1

22.8K 199 4
                                    

Gadis kecil nan cantik dengan segala kesederhanaan hidup dalam kebahagiaan. Hingga suatu takdir menimpa, mengikis kebahagiaan yang sudah lama tertanam hingga tak menyisakan akar. Dua orang tua yang pergi tepat meninggalkan jejak kematian di sorotan mata gadis kecil yang terbaring lemah dirumah sakit. 10 tahun yang lalu, Tuhan mengambil segala kebahagiaan gadis itu. Sungguh, dia sangat lemah, hanya seorang gadis kecil dengan usia yang masih membutuhkan orang tua. Hidup seorang diri dengan saudara serakah yang merampas segala harta warisan untuknya.

"Tante buka pintunya, Yura mau keluar disini gelap" Teriaknya ditengah kegelapan gudang yang menelannya

Yura. Ya dia Yura. Gadis kecil yang tidak tahu akan siksa kehidupan yang akan dihadapinya nanti. Usianya saat itu 10 tahun. Sungguh sangat kecil untuk menerima semua sikap tak manusiawi. Namun siksaan itulah yang membuatnya kuat untuk menahan segala sakit yang dihadapinya. Yura hanya ingin satu keinginan. Yura ingin bahagia dengan keadaan Yura yang tak memungkinkan untuk merasakan satu keinginan itu. Dengan usia 10 tahun, Yura bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Ia bekerja kesana kemari dengan upah yang cukup untuk membeli makan setiap harinya karena tantenya tidak memberinya makan. Tidak pernah ada sorot kelelahan dimatanya. Yura sengaja putus sekolah karena tidak ada yang membiayainya. Miris, kehidupannya sangat tidak wajar untuk dibebankan diusia yang tergolong anak-anak.

Yura 20 tahun

"Yura piring dan gelas kotor di meja pelanggan segera diambil dan tolong segera dicuci. Hari ini pelanggan sangat banyak" Teriak majikannya

... Tiada jawaban

"Yura apa kau mendengarnya?" Teriaknya lagi

... Tetap tiada jawaban. Terpaksa majikannya menghampiri Yura yang sedang mencuci piring dan gelas kotor di dapur

"YURA!" Teriak majikannya dihadapan Yura

"Ehh n..nyonya kenapa?" Ucap Yura menoleh ke sumber suara yang mengagetkannya

"Kerja ngelamun aja! Itu piring dan gelas kotor di meja pelanggan segera diambil dan dicuci" Bentak majikannya "Saya tidak suka pekerjaan teledor. Hari ini kamu saya pecat!" Lanjut majikannya

"Maafkan saya nyonya. S...saya.."

"Tidak ada alasan. Sudah 7 hari kamu begini. Restoran tutup segera temui saya" Potong majikannya

9 pm. Malam telah tiba, saatnya Yura pulang ke rumah dengan hasil upah yang lumayan banyak dari hari biasanya. Hari ini restoran tempatnya bekerja untuk yang terakhir kali sedang banyak pelanggan

Malam itu hujan mengguyur kota Manhattan, New York. Dengan mengandalkan jaket tebal, flat shoes, serta topi yang menutup kepalanya, Yura membelah kota Manhattan. Dingin yang menusuk tulang, percikan air bertubi-tubi menyentuhnya membuat ia basah kuyup. Menempuh ½km dengan jalan kaki disertai hujan deras bagi Yura tidaklah seberapa. Yura tidak menghentikan taxi ataupun bus umum, Yura tidak ingin uangnya berkurang untuk biaya satu tumpangan yang setara dengan makan 2 kali di restoran mewah. Setelah Yura tiba di rumahnya

"Tante buka pintunya" Teriak Yura seraya menggedor pintu rumahnya

... Tiada jawaban

"Tante pintunya Yura buka ya" Teriak Yura diluar pintu

... Tetap tiada jawaban. Terpaksa Yura membuka pintunya

"Tante Yura pulang. Tante dimana" Yura mencari keseluruhan ruangan tetapi nihil. Ia tidak menemukan keberadaan tantenya

'Mungkin sedang keluar. Batin Yura'

Segera Yura menuju kamarnya untuk mandi dan ganti baju. Tanpa sengaja ia melihat secarik kertas terpampang diatas mejanya

Rumah ini sudah kejual. Sebaiknya kamu pergi dari sana karena orang yang membeli rumah itu adalah pria hidung belang. Dia akan datang secepatnya. Kalau kamu tetap tinggal itu bukan urusanku. One more, pakaianmu telah kujual semuanya. Lumayan rongsokan masih mau membeli. Bye Yura sayang. Nikmati angin malammu.

Itulah sekiranya isi dari kertas yang dibaca Yura. Rumah itu, rumah peninggalan dari ayah dan ibunya. Ya, tantenya tidak akan pernah senang jika tidak membuatnya menangis. Tapi Yura adalah gadis tegar, dia tidak menangis, dia tidak akan menangis

'Aku tidak akan menangis, Tuhan. Percayalah. Batin Yura seraya tersenyum manis'

Badan Yura menggigil ditengah perjalanan tanpa arah. Ia mencari tempat yang cukup hangat untuk dibuatnya istirahat sebentar. Ditemukannya tempat untuk berteduh, didepan toko kue yang dirasanya tidak terkena percikan air hujan. Wajahnya pucat pasi, badannya semakin menggigil, pandangannya buram, semakin memburam, dan gelap.

---------------
TBC
---------------

First story 🙆♥
Hope you will be enjoy

Jangan lupa vote, klik ⭐ dibawah and comment. Follow author juga biar dapat notif kalau ceritanya udah author publish


Love sel♥

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang