Namanya Lintang

3 1 0
                                        

19 Agustus 2016

Natha berdiri termenung saat keluar dari bandara. Menyeret koper, Natha berjalan menuju sebuah bangku, duduk dan menunggu.

Tak lama menunggu, sebuah mobil hitam datang menjemputnya.

"Neng Natha, sini Mang Asep bawaain kopernya." Seru Mang Asep yang keluar dari mobil hitam, menyambut Natha dengan sebuah senyum.

Natha berdiri dan tersenyum kecil pada Mang Asep. "Mang Asep sendiri yah?". Masih dengan senyum Natha memasuki mobil.

"Iya, Datuk dan Nenek menunggu di rumah, sudah siap dengan makanan, banyak banget dah Neng. Mang Asep tadi mau nyicip sebentar malah di marahin, di suruh jemput Neng Natha, yaudah Mang Asep jemput dulu deh Eneng. Makannya nanti, sama-sama kita." Kata Mang Asep.

Natha tersenyum, Mang Asep memang sangat suka berbicara dan mudah sekali bergaul, salah satu hal yang Natha suka di rumah Nenek nya.

Mobil yang dikendarai Mang Asep berhenti di halaman rumah yang sangat Natha kenal, rumah Nenek yang selalu menjadi tempat terbaik untuk pulang.

Natha melangkahkan kaki, keluar dari mobil dan tersenyum saat mendapati teras rumah yang di penuhi orang ramai.

"Natha!". Seru Nenek dan Kakek nya kegirangan saat Natha masuk untuk menyalami mereka.

Tak ada yang lebih Natha rindukan daripada suasana di rumah Neneknya, suasana yang membawanya pada peristirahatan sejenak untuk melepas semua beban rasa yang dimilikinya.

***

Setelah selesai merapikan koper-koper yang memberantaki kamarnya, Natha berdiri menghadap jendela

"Tak ada yang berubah, semua masih sama dan hanya Aku.." Natha berkata dalam hati.

Tok..Tok..

"Natha." Mendengar namanya disebut, Natha menoleh dan mendapati neneknya lah yang memanggil.

"Iya Nek, ada apa?" Tanya Natha.

"Kamu Nenek liat murung terus loh, kamu kenapa? Sakit?" Tanya Ny. Nurrahman berpura-pura tidak tau.

Ny. Nurrahman bukannya tidak tau, Ia tau jelas penyebab kemurungan cucunya, ketidakhadiran orangtua Natha lahh yang membuatnya tampak murung dan bersedih.
Orangtua Natha sangat sibuk dan tidak sempat mengurus Natha.

Semenjak masuk SMP Natha lebih memilih tinggal di Asrama sekolah ketimbang rumahnya sendiri, bahkan menjelang masuk ke Sekolah Menengah Atas ini Natha memutuskan pidah ke rumah Nenek dan Kakeknya semua ini terjadi karena orangtuanya.

"Ah, enggak kok Nek, Natha cuma capek aja naik pesawat." Natha berkilah, membuyarkan lamunan Ny. Nurrahman.

Ny. Nurrahman terkikik sebentar. "Coba deh turun kebawah, ada yang nungguin kamu loh dari tadi." Kata Ny. Nurrahman lagi.

Natha mengangkat salah satu alisnya, seingatnya tidak ada anak seumuran Natha yang kenal dengannya disini.

"Siapa?" Tanya Natha penasaran.

"Ayo turun dulu, nanti Kamu juga tau." Ny. Nurrahman berkata lagi, tersenyum, merangkul Natha mengajaknya turun ke lantai bawah.

Dibawah Natha tidak menemukan siapapun yang di kenalnya hanya seorang anak laki-laki yang sedari tadi terus mengikutinya.

Anak laki-laki tersebut berkulit kecoklatan, berhidung mancung dengan alis yang tebal, tingginya pun kurang lebih setinggi telinga Natha.

Anak laki-laki itu terus mengikuti kemana pun Natha pergi, ke dapur, ke ruang tamu dan bahkan ke teras. Anak tersebut selalu mengekor tepat di belakang Natha.

Natha berhenti berjalan selama beberapa menit, alhasil anak laki-laki berkulit kecoklatan itu menabrak Natha, dia jatuh terduduk dan melihat ke arah Natha, terkikik.

"Ahh, halo kak Natha, namaku Pramudia Lintang." Katanya masih dengan kikikan.

"Siapa?" Tanya Natha.

"Lintang, ka.."

"Yang nanya." Potong Natha cepat. Natha terkikik sebentar disusul dengan kikikan Lintang, dan berakhir dengan tawa keras mereka berdua.

***

Hahhh~
Maaf ceritanya pendek, lagi belajar buat nulis nihh T-T

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang