"Ciri-ciri jomblo ngenes tingkat akut itu pertama dia sering gabut dan bucin kepada siapapun, kedua dia selalu merasa kesepian dan ketiga dia selalu spam chat."
Aku, Siswi dan Choco menyimak baik-baik ceramah harian kami dari Intan. Saat ini kami tengah menikmati istirahat kedua kami di kantin.
"Oh ya terakhir, orang jomblo ngenes itu pasti sering chat begini 'cariin pacar dong!' wkwk." imbuh Intan diakhiri tawa yang puas.
"Bangsat!" Choco menyeru kesal.
Aku tak bisa menahan tawaku begitu melihat Choco memukul Intan beberapa kali bahkan hampir menjambak rambutnya karena merasa tersindir dengan ucapannya.
"Aku tidak jones, bodoh!" ucap Choco kesal sembari melipat tangannya didada.
"Ya kebukti kan siapa yang tersindir? Dasar bucin." bukannya meminta maaf, Intan malah semakin sengaja membuat Choco kesal dengan menimpali kembali perkataannya.
"Aku tidak tersindir! Kau saja yang bucin! Sampai sekarang kau bahkan tidak memiliki tambatan hati!" timpal Choco tidak mau kalah.
Jila sudah begini, aku dan Siswi hanya bisa menjadi kambing conge debat internasional mereka. Semua penghuni kantin sudah terbiasa melihat kejadian ini sehingga tidak ada satupun dari mereka yang berani menegur ketika kami membuat keributan disini.
"Siapa bilang?" Intan mulai menyolot.
"Aku yang bilang dan itu fakta!"
"Dasar sok tahu ferguso!"
"Dasar tidak tahu malu antonio!"
Karena pusing melihat perdebatan mereka akhirnya aku melerai keduanya dengan merentangkan kedua tanganku untuk menjauhkan mereka. Aku berkata, "Ish kalian ini daritadi bertengkar terus, cepat habiskan makanan kalian, sebentar lagi bel masuk."
"Eh Yeon, abangmu kan dekat dengan Mino?" tanya Choco tiba-tiba.
Aku mengangguk kecil, "Iya, kenapa?"
"Boleh dong id kakaotalknya." ucap Choco sembari menaik-naikkan kedua alisnya menatap kearahku.
"Jangan mau dimanfaatkan Yeon, kalau dia suka sama Mino ya berjuang sendiri lah." sungut Intan yang masih belum move on dari perdebatan beberapa menit lalu.
"Terkadang kita perlu membutuhkan uluran tangan dari orang lain untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan." ucap Choco sembari mengibaskan rambut terurainya kebelakang.
"Tapi kontennya beda, akan lebih enak jika kau berhasil mendapatkan perhatian Mino dengan caramu sendiri." balas Intan masih tak mau kalah.
Choco mendecih sebal, "Jangan hanya berbicara, memangnya kau punya tips?"
"Oh tips ya?" Intan menjeda beberapa detik sambil memegang kepalanya. Ia tampak memikirkan sesuatu.
"Nenek moyang kita tengah berpikir." ucap Siswi pada akhirnya setelah bermenit-menit tidak mengeluarkan suara karena ia tengah menghabiskan makanannya di mangkok. Aku sendiri sudah menghabiskan makananku dari tadi.
"Aha, aku ada tips untukmu." ucap Intan.
"Apa? Terakhir kali tipsmu benar-benar unfaedah."
"Kali ini aku yakin akan berhasil. Itu bisa menjamin Mino akan menyukaimu juga." Intan mengucapkan kalimat itu sembari memamerkan smirk andalannya. Entah apa maksudnya.
"Serius? Apa itu?" karena terlanjur penasaran, Choco hampir saja terjungkal kebelakang saking excited-nya.
"CARANYA ADALAH......" Intan memberi jeda beberapa detik di sela-sela ucapannya. Melihat wajah Choco yang terlanjur penasaran membuat smirknya semakin jelas tak tertahankan. Lalu Intan mendesah panjang, dan berteriak. "LUPAKAN BAYANG-BAYANG TENTANGNYA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOMALY.
Teen FictionPublished : March, 17 2017 Revisi : October, 10 2018 Re-Published : February, 2 2019