Part 1

3.2K 274 20
                                    

Bel apartemen berbunyi terus menerus sampai si pemilik apartemen kesal mendengarnya. Ia mengumpat saat berjalan untuk membuka pintu, siapa yang berani menganggunya di pagi ini. Dengan keadaan masih mengenakan t-shirt putih dan celana pendek pink, dalam masih mengantuk membukanya dan ternyata sahabatnya, James. Pria itu tersenyum menampilkan wajah polos. Ia lalu mencium pipinya tanpa rasa berdosa telah menganggu.

"Kau baru bangun, Angel?" tanyanya seraya masuk ke dalam. James memanggil dengan sebutan Angel sesuai namanya Angelica Miller. Usianya 28 tahun dan single. Berambut coklat keemasan panjang dan matanya berwarna biru muda ke abu-abuan. Bibir sensual merupakan daya tariknya. Wanita itu mengikutinya duduk di sofa ruang TV.

"Ya, semalam aku menggambar pakaian pesanan orang," jawabnya sambil menguap karena habis begadang semalam. Angelica adalah seorang perancang busana dan mempunyai butik sendiri. Pekerjaan yang sudah ia tekuni 8 tahun yang lalu. Wanita itu senang menggambar terutama pakaian karena itulah menjadi desainer.

James menoleh lalu meliriknya dengan tatapan jahil, "mandi sana. Apa tidak kerja?"

"Ya, sebentar lagi. Dan apa yang kau lakukan disini? Apa tidak kerja?" balas Angelica dengan menatapnya malas.

"Sebentar lagi, mau berangkat bersama?" tawarnya. Angelica menghela napas. Tidak ada pilihan, ia tidak bisa menolak jika bersamanya, apapun itu.

"Aku mandi dulu," ia beranjak dari sofa.

"Nanti malam ada acara di perusahaanku. Dan temani aku, oke?" ucap James.

"Aku sibuk," balas Angel melangkahkan kakinya ke kamar.

"Please, Angel!" teriaknya. Angelica menutup pintu menyenderkan punggungnya. Lagi-lagi tidak bisa menolaknya, mengeluh dalam hati. Kenapa selalu seperti itu. James Daxton, sahabatnya dari kecil. Pria itu tidak pernah tahu akan perasaan Angelica yang sebenarnya. Jika Angelica menyimpan rasa suka bukan hanya itu tapi cinta. Wanita itu diam-diam mencintai James. Benar adanya jika pria dan wanita tidak pernah bisa bersahabat. Salah satu dari mereka pasti ada yang memiliki perasaan lebih yaitu cinta. Dan itu yang kini Angelica rasakan. Bertahun-tahun menyimpan perasaannya, bagaikan bayangan James.

"James.." lirihnya sebelum masuk ke kamar mandi.

Setengah jam berlalu, Angelica sudah siap berangkat kerja. Ia mengenakan mantel karena udara cukup dingin jika diluar rumah. Tak lupa mengambil hasil gambar untuk di bawa ke butik. Dimasukannya ke dalam tas. Angelica keluar kamar, dan James sedang menonton TV. "Kita berangkat, James."

"Katakan iya dulu untuk nanti malam, Angel.. Please.." ucap James dengan wajah memohon.

"Baiklah, cepat nanti kau terlambat kerja." Angelica pasrah. James segera berdiri dengan senyuman lebar. Dan itu meluluhkan hati Angelica. Meskipun hatinya merasa sakit tapi saat melihat senyum itu terselip kebahagiaan. "Aku matikan dulu TV nya. Setelah menaruh remote TV di atas meja. Angelica mengunci apartemennya. Kau mau sarapan?" tanya James. Mereka berjalan beriringan keluar dari apartemen.

"Di butik saja nanti." Angelica tidak mau James telat masuk kantor.

"Oke, aku juga sarapan di kantor saja."

"Jangan sampai telat," Angelica menasehatinya.

"Yes, Madam." Lagi-lagi pria itu membuat Angelica tertawa. James membukakan pintu mobil untuk sahabatnya. Tanpa lupa memberi hormat dengan tangan menempel di dadanya.

"Terimakasih,"

"Sama-sama," James berjalan memutar menuju kemudinya. "Siap?" Angelica mengangguk. Ia langsung menyalakan mesin mobil dan melesat ke jalan raya. Bergabung dengan kendaraan lainnya. Di temani musik kesukaan mereka. Keduanya tertawa dengan bahagia.

Love Me (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang