Entah apa yang Josh pikirkan. Apa yang ia lakukan di Maryland? Ia berkata pada dirinya sendiri, bahwa keputusannya adalah yang terbaik.
Josh mengingat kembali selama bertahun-tahun, menghabiskan di Kapal Selam dan menjadi anggota Perang Khusus di Angkatan Laut. Josh meninggalkan semuanya dengan begitu saja, termasuk kondominium pantai dengan tiga kamar tidur yang indah. Sepenuhnya yang dimiliki pria itu, di Ocean Beach.
Pada usia 31 tahun ia merasa akan baik-baik saja untuk dirinya sendiri. Karier yang bagus, pekerjaan baru yang hebat, rumah dan juga istri. Nyatanya itu semua bagaikan mimpi. Sekejap menjadi tidak berarti apa-apa saat sang istri yang tengah mengandung buah cinta mereka meninggal dunia karena kecelakaan. Josh sangat terpukul atas kepergian wanita yang dicintainya dan juga calon anaknya. Merasa dirinya tidak berguna. Ia telah meninggalkan semuanya.
Kini Josh berusia 37 tahun dan hidup di sebuah peternakan milik keluarganya. Ia telah memutuskan untuk meneruskan usaha milik keluarga. Rasanya tidak sanggup tinggal di rumah dimana banyak kenangan yang akan membuat jiwanya runtuh dan hancur lebur.
"Josh, kau sudah sarapan?" tanya Gloria saat melihat putra pertamanya melamun di kursi teras rumah.
"Sudah, Ma." Josh memiliki pondok pribadi dekat peternakan. Padahal rumah orangtuanya ada namun ia lebih memilih hidup sendiri. Dan setiap pagi akan datang ke rumah orangtuanya untuk mengecek keadaan orangtuanya dan juga adiknya. Kini yang ia punya hanyalah keluarganya, yang harus dijaganya.
"Apa Ayah sudah selesai?" tanyanya.
"Ya, sebentar lagi Ayahmu turun." Gloria mengusap pundak putranya. Ia tahu betapa hancurnya perasaan Josh saat istrinya pergi bersama calon anak mereka. Gloria ikut merasakannya, namun tidak pernah menunjukkannya. Baik dengan raut wajah sedih atau mengorek lebih jauh tentang masa lalu Josh. Luka putranya masih basah dan cukup dalam.
Josh dan ayahnya, Henry Miller, akan ke peternakan karena mereka telah membeli beberapa sapi untuk peternakan mereka. Dan juga sapi unggulan. Henry menuruni tangga setelah selesai lalu berjalan keluar. Istri dan putranya sedang mengobrol.
"Josh kita berangkat," ucap Henry.
"Iya, Ayah." Ia beranjak dari kursi. Henry mencium pipi Gloria. Josh tersenyum dengan keromantisan orangtuanya meskipun sudah berusia senja. Dulu ia memimpikan seperti itu bersama Eve, istrinya. Namun Tuhan berkata lain. Siap atau tidak siap harus diterimanya, jika Eve telah pergi meninggalkannya di dunia ini sendirian.
Mereka menaiki mobil menuju peternakan. Peternakan dan perkebunan yang di warisi nenek dan kakeknya dulu masih dipertahankan. Bisa saja mereka menjualnya dan mempunyai usaha lain. Namun mereka tidak mau menyia-yiakan kerja keras orangtuanya dahulu. Yang membanting tulang demi peternakan itu maju.
"Josh, sudah hampir enam tahun apa kau belum berencana untuk menikah lagi?" tanya Henry.
Josh yang sedang menyetir terdiam. Hanya suara musik dari radio yang terdengar. "Aku belum bisa melupakan Eve, Ayah."
Henry menghela napas, "sampai kapan Josh, kau seperti ini, sendiri?"
"Aku tidak tahu."
Henry menghela napas, putranya mempunyai watak yang keras. Ia tidak bisa merubahnya. Padahal ingin yang terbaik untuk Josh. Memiliki istri kembali bukanlah hal buruk. Josh bisa mempunyai anak, memberinya cucu. Meskipun Henry sudah memiliki seorang cucu dari putrinya, Angelica. Namun intensitas pertemuan mereka terbatas. Angelica tinggal di Manhattan bersama suaminya. Jika sedang natal atau libur mereka akan berkunjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me (GOOGLE PLAY BOOK)
General FictionSudah di hapus sebagian. Hanya ada di Google Play Book . Angelica yang jatuh cinta pada sahabatnya. Namun nyatanya James tidak pernah menyadari itu. Wanita itu hanya bisa memendam perasaannya. Angelica hanya ingin dicintai. Sayangnya tidak ada yang...