"Sudah kubilang oppa. Aku jujur lagi pula jika aku didekati seorang namja akan bercerita padamu, kan?" Ucapku frustasi melihat sikap abangku yang tiba-tiba berubah 180° menjadi sangat protektif. "Aku tahu. Tapi aku juga tidak 100% yakin denganmu nona muda" Aku memutar bola mataku malas."Selalu saja seperti itu"
すべてのもの
"Nanda! Kau dengar tidak? "aku mengendus sebal. "Suaramu sudah terdengar dari ujung lorong gedung" rutukku kepada Yena. Dia langsung duduk didepanku dan menghadap kearahku.
"kursi ini," Tunjukknya dan aku melemparkan tatapan trus? "Akan diisi orang" Aku menghela nafas lalu kembali menenggelamkan wajahku dan kembali tidur. Aku tak memperdulikan ocehan Yena. "Awas kau peduli dengannya" celoteh Yena diujung ucapannya
"Itu masalahku bukan masalahmu Yena"
Pintu kelas tiba-tiba terbuka dan menampilkan wakil kepala sekolah dengan tiga orang murid baru. Jujur saja, aku terlalu lapar untuk memikirkan mereka. Aku menyesal tidak ikut makan dengan minju tadi. Hingga akhirnya aku menyadari seseorang duduk didepanku dan sebelah kananku.
Setelah wakil kepala sekolah pergi, aku pergi untuk membeli makanan. Setelah sampai kantin aku membeli sandwich dan melahapnya diperjalanan kembali ke kelas. Aku kebingungan melihat kelas yang ramai.
"Ya! Apa kalian tak punya guru? Apa kalian tak punya kerjaan?" Semua orang tadi otomatis berhamburan pergi. "Dasar orang yang tidak punya kerjaan" Akupun membuka pintu kelas. Terlihat beberapa perempuan berkumpul didepanku lalu beberapa laki-laki juga berkumpul di meja sebelahnya. Aku yang muak melihat kelas seperti ini langsung berjalan ke podium
"Ya! Kembali ke tempat kalian" seketika semua orang berlari ketempat masing-masing. Aku menatap tajam beberapa orang yang tadi tertangkap basah mengerubuni meja-meja itu.
"Kemana pergi Park saem, Seonho?" mendengar namanya kusebut, seonho menegapkan duduknya "Park saem sedang ada rapat, ketua kelas" Lalu keheningan berlanjut.
"Pelajaran apa kita sekarang, Jeongin?" jeongin menatap orang sebelahnya lalu menatapku. "Pelajaran matematika, ketua kelas" Aku kemudian mengedarkan pandanganku dan seketika semua orang enggan membuat kontak mata denganku. "Halaman berapa terakhir dibahas Yujin? "
Semua orang langsung membuka bukunya. "Halaman 195 ketua kelas" balas yujin. "Baiklah kerjakan tugas selanjutnya dan dikumpul sebelum bel, mengerti?!" teriakku. "Nde! " aku kemudian kembali ke tempatku lalu membuka buku dan mulai mengerjakannya.
Hingga orang yang ada didepanku berbalik "Boleh aku bergabung dengamu ketua kelas?" aku mebgangkat kepalaku. "Haruto? " Dia tersenyum cerah.
すべてのもの
Aku melihat orang-orang mengumpulkan tugas mereka tepat sebelum bel istirahat berbunyi. Semua orang dikelase langsung pergi sementara aku mengantar buku-buku ini kemeja park saem. Ketika aku mengangkat semua buku itu, sepasang tangan mengambil sebagian bukunya. Akupun refleks menatap sang empunya
"Kau seharusnya istirahat Haruto" haruto tak mengindahkan ucapanku itu dan merapikan buku yang ia bawa. "Sudah ayo kita antar buku ini" Aku hanya menghela nafas "Ayo"
Kamipun berjalan bersama sepanjang lorong. Setelah menghantar buku itu aku berencana meneraktirnya makanan. "Kau mau apa?" Tanya ku begitu kami sampai di kantin. Dia hanya menatapku bingung. Aku berdecak dan membelikannya dua bungkus kebab dan sebotol soda lalu meninggalkannya.
Dia mengejarku "Bagaimana denganmu?" Aku menoleh dan tersenyum
"Sudahlah. Makan saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUTO : Subete No Mono
FanfictionDia adalah udaraku Dia adalah matahariku Dia adalah bintangku Dia adalah bulanku Dia adalah bungaku Segalanya untukku