Go

31 10 3
                                    

"Bagaimana kau dengan doyoung nanda? " Aku mengutuk dalam hatiku begitu appa bertanya hal itu kepadaku. "Biasa saja. Lagipula aku sudah bilang kepada appa, aku tak tertarik ataupun suka padanya." Jelasku kepada appa sambil melanjutkan makanku.

"Bukankah dia tampan dan idaman? Kudengar banyak teman sekolahmu menyukainya"

itukan mereka bukan aku

Aku kemudian melanjutkan makanku tanpa menjawab appa. "Apa ini tentang anak dari jepang itu?" aku berhenti mengunyah dan menatap lurus kedepanku persis dimana Kino duduk. Terlihat Kino juga sama terkejutnya.

"Ini bukan tentang dia appa." Tuturku
"Lalu siap lag—"

"Berhenti membuatku bersikap seperti ini ketika kita membahas hal ini appa"

Keheningan berlangsung. Tak ada yang berani membuat suara. "Terimakasih makanannya" aku langsung berdiri dan pergi kekamarku. Semua orang masih terdiam dan menatap kepergianku.

Kino pov
"Appa keterlaluan tentang hal itu" Aku menatap appa tak suka dan kecewa. "Terimakasih makanannya" Aku kemudian mengikuti langkah adikku itu.

Tepat ketika aku sudah berada didepan pintu kamarnya aku menempelkan daun telingaku dan dapat kudengar suara isakan tangisnya. Aku tau dia sakit mengingat hal itu, tapi aku juga tak bisa berbuat banyak. "kenapa kau harus pergi junkyu oppa? Kenapa? Bogoshipda "

Hatiku teriris mendengar isakannya yang semakin terdengar dan keluh kesahnya. "Junkyu oppa, apa kau tak rindu padaku? Apa hanya aku yang rindu padamu? Kau janji untuk selalu ada kan?" tepat saay itu aku merasa kakiku lemas. Adikku. Adikku Satu-satunya masih mencintai masa lalunya.

Kim Junkyu. Tepatnya 3 tahun yang lalu mereka bertemu dan seakan takdir berkata demikian, junkyu mengalami kecelakaan mobil ketika pulang dari rumah neneknya.

Sayangnya junkyu tak terselamatkan dan semenjak saat itu, nanda tak pernah lagi terlihat dekat dengan namja ataupun memiliki hubungan khusus. Dia sendiri tak banyak berubah hanya lebih sering melamun dan emosional. Jujur aku sendiri merasa terpukul melihat perubahan adikku ini. Dan dengan segala kekuatanku, aku melindunginya. Tapi saat ini aku kembali meluhatnya sakit.

Aku berjalan lemas kekamarku dan terdengar suara dering hp nanda. Detik berikutnya kudengar nanda menjawavnya dengan suara cerianya.

"Lihat sudah seberapa pandai kau berakting nanda"

Nanda pov

Kulihat layar hpku lalu mengusap air mataku da. Berdeham menghilangkan isak tangisku.

"Yeoboseyo?"

"Yeoboseyo nanda. Kau sedang apa?"

"Aku memikirkan mu ㅋㅋ"

"Berhenti menggodaku nona kang"

"Aku jujur kok. Oh iya, darimana kau dapat nomorku? Kau saja tidak meminta padaku"

"rahasia "

Entah kenapa aku suka mendengar orang ini menelponku.

"Terserah. Ada apa menelponku?"

"Aku..  Ingin bertanya jadwal pelajaran besok"

Aku mengernyit "Bukannya kau sudah mencatatnya tadi?"

"Iya tapi catatanya hilang"

"Dasar ceroboh." Aku kemudian berjalan menuju meja belajarku dan membacakan untuknya.
"Sudah?"

"Gomawoyo nanda. Aku juga belum sempat mengucapkan terimakasih untuk yang tadi"

Aku kemudian duduk di kursi belajar ku dan membuka buku notesku. "Tak apa tak perlu berterima kasih"

Dan tiba-tiba pintu kamarku terbuka, akupun langsung me-mutekan suara haruto. "Ada apa kau datang kekamarku?" Kino mendekat dan memelukku sangat erat. Akupun membalas pelukannya

"Ada apa? Apa kau putus dengan pacarmu? Kau sakit gigi? Ada apa jangan buat aku cemas?" punggung kino naik turun, tanda dia menangis.

"Jeongmal mianhae nanda"

"Kau kenapa sih?"

"Ayo temui Junkyu"



すべてのもの

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 HARUTO : Subete No MonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang