3 bulan yang lalu
aku melangkahkan kaki menyusuri koridor berbau etanol ini, di temani bucket bunga yang cukup besar, senyum di bibir ku selalu mengiringi jalan menuju ruang rawat yang menjadi tujuan ku, aku sedikit berlari agar cepat sampai pada tempat yang menuntun ku untuk bertemu kekasih ku .
"astaga mengapa koridor nya terasa sangat jauh"
Beberapa meter di depan ruang rawat, aku mengubah tempo lari ku menjadi jalan.
"abeonim, ommonim" aku membungkuk saat melihat kedua orang tua soyeon yang sedang duduk di kursi panjang depan ruang kekasih ku.
"mengapa tidak masuk?" tanya ku sedikit gugup
"ah kami sudah masuk tadi, kau masuk lah soyeon sudah menunggu"
Aku mengangguk mengerti dan melanjutkan langkah ku
"kalau begitu aku masuk ommonim"
Didalam ruangan aku menemukan kekasih ku terbaring di kasur nya menatap kedatangan ku, dia tersenyum kecil saat melihat aku datang dan jalan mendekati nya.
"kau datang oppa" ucap nya pelan.
"tentu saja aku datang sayang" aku menghampiri kasur nya dan mengecup tipis kening nya.
"kau membawa bunga lagi oppa" soyeon merenggut sebal saat melihat aku menaruh bucket di atas perut nya.
"tentu saja. Kau menyukai nya bukan?"
"ya aku memang menyukai bunga tapi bukan berarti aku menginginkan bunga setiap hari!"
Aku tertawa saat mendengar ocehan yang keluar dari mulut soyeon."ah oppa bantu aku berdiri aku ingin memeluk mu"
"setan apa yang merasuki mu hari ini huh?"
"cepatlah" soyeon merentangkan tangan nya lebar di hadapan ku sambil memegang bucket di tangan kiri nya
"baiklah baiklah" aku segera meraih kedua tangan soyeon hingga akhirnya ia berhasil memeluk leher ku, aku pun melingkarkan kedua tangan ku di pinggang ramping nya yang ku rasa makin kurus.
"berdiri saja aku sudah tak mampu, apalagi jika harus membahagiakan mu" terdengar dari nada bicara nya, soyeon menyerah.
"kau ini, melantur?" candaku
Soyeon menggeleng, "aku sungguh sungguh, oppa kau tidak berfikir bahwa aku sudah setengah tahun berada disini, tapi keadaan ku tidak ada perubahan sedikit pun"
"tuhan sedang menguji mu soyeon, berhenti menyerah seperti itu"
"aku merasa iba pada eomma, appa bahkan kau pasti kalian lelah merawat ku"
"tidak sayang, aku akan selalu hadir disaat apapun, saat kau senang maupun saat kau berada di titik paling bawah"
Aku berusaha mati matian agar tetap tenang, mengelus punggung nya, dan mengatur nada bicara ku walaupun hati ku sudah berkecamuk menahan amarah karena pembicaraan soyeon yang mulai merujuk pada hal hal yang enggan aku bayangkan.
"oppa berjanji lah satu hal padaku"
"apa itu?"
"kau harus selalu bahagia, kau harus selalu tersenyum di keadaan apapun, bahkan jika kau sedang merasa kecewa tersenyum lah, karena senyum mu sumber kebahagiaan untuk orang orang yang menyayangi mu"
"a-aku berjanji"
"soyeon-ah ada apa denganmu?""tugas ku sudah selesai disini, lanjutkan hidupmu tanpa ku, kau harus selalu bahagia denganku maupun tanpaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheated | Jeon Jungkook
FanfictionBersamamu, aku merasa bahwa kita memang seharusnya menjadi kita. Namun lagi lagi ku enyahkan semua fikiran ku kala dia berada di antara kita, kata kita tidak akan ditujukan lagi untuk kau dan aku , maaf aku masih menyayangi nya saat aku mulai mencin...