Pertemuan pertama untuk kesan ke seribu
__________
Hujan yang jatuh semalam membuat genangan pada jalan. Titik airnya pun masih tertinggal pada dedaunan. Kabut tipis menjalar seperti tirai pada cakrawala. Warna kelabu bahkan mendominasi begitu kuat.
Seon Ho berdiri gagah didepan cermin, menatap pantulan diri yang berbalut setelan olahraga. Tatapan matanya tajam dengan rahang yang kokoh. Jemari besar itu menarik ritsleting keatas, setelahnya bergerak mengikat tali-tali pada sepatu.
Decit sepatu yang bergesekan dengan lantai marmer terdengar keras pada lorong. Mata itu menatap pada setiap sudut ruangan, memastikan jika semua masih pada posisi semula. Tidak ada yang boleh melebihi batas.
Langkah kakinya bergerak menuju taman belakang. Setiap pagi jadwalnya adalah menemani Joon Myeon berolahraga, namun sepertinya pagi ini si tuan masih bergelung di balik selimut. Ia melirik jam pada pergelangan, sudah pukul enam lewat limabelas. Terlalu terlambat untuk seorang Kim Joon Myeon. Ia pun memutuskan menyusul tuannya.
Ia mengetuk pintu eboni dihadapan namun hanya dibalas sunyi. "Tuan, apa anda sudah bangun?"
Lama ia berdiri didepan pintu yang masih membisu. Ia harus tahu batasan, tidak ada yang boleh masuk ke kamar si Sulung, termasuk ia yang notabennya adalah asisten pribadi keluarga Kim.
Sekali lagi pintu diketuk, karena tak kunjung mendapat jawaban ia melirik pada celah pintu dan hanya gelap yang ia tangkap. Sebelah alisnya menukik bingung. Lampu kamar yang padam adalah satu kejanggalan bagi Joon Myeon yang seorang nyctophobia.
Baru saja sebelah tangan ingin menyentuh kenop namun suara dibelakang menghentikan. "Bukankah sudah ada larangan untuk tidak masuk?"
Seon Ho berbalik. Wajah salah satu si kembar menjadi pemandangan. Tatapan angkuh dan dingin terpancar pada wajah stoic dihadapannya. Tak lupa ia membungkuk sopan. Dalam diam Seon Ho mengamati, menebak siapa pemilik wajah.
"Selamat pagi!" Wajah bocah itu seketika berubah. Aura dingin yang sebelumnya menguar seperti menguap begitu saja.
"Pagi_Suho!"
Suho tersenyum dan melongok pada pintu dibalik tubuh Seon Ho. "Belum bangun?"
"Sepertinya begitu."
"Biar aku yang membangunkannya, Hyung bisa menyiapkan yang lain!" Anak itu tersenyum ramah, kemudian berlalu masuk kedalam kamar tanpa berbalik menatap Seon Ho. Sejenak Seon Ho terdiam dengan wajah yang tak kalah datar, setelahnya berbalik dan menuju dapur.
Sesampainya di dapur ia disuguhkan dengan pemandangan meja makan yang sudah terisi dengan beberapa roti panggang dan gelas-gelas berisi susu. Seorang pemuda dibalik punggung tegapnya masih sibuk dengan wajan. Seon Ho pun mendekat, "Kau membuat apa?"
"Oh hyung, aku sedang membuat pancake. Suho agak kurang suka dengan roti panggang."
Seon Ho balas mengangguk. Ia berjalan mengitari dapur dan memperhatikan semua benda yang ada disana. "Tuan Jang kemana?"
"Ia di kamar. Ini masih terlalu pagi omong-omong." Sahut Chanyeol yang sibuk menuangkan adonan dalam wajan.
"Seharusnya ia tahu bekerja pada siapa." Ucapan Seon Ho dingin seiring meninggalkan ruangan. Chanyeol hanya tersenyum, ia yakin jika tak lama lagi posisi koki utama pasti akan diganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of Me
Fanfiction[19119] Kotak pandora akan kembali terbuka disaat yang tepat. Kenangan masa lalu timbul tenggelam dalam biduk ditengah ombak besar. "Jangan pernah percaya pada ku!"