Three

351 54 23
                                    

Sebuah topeng untuk bertahan

_____________



Joon Myeon dan orang asing itu masih bertukar pandang dengan bibir yang terkatup rapat. Mata hazelnut milik Joon Myeon mengamati wajah stoic dihadapan. Asing, namun entah mengapa ia seperti mengenal sosok tersebut.

"Kau bisu?" Anak itu bertanya dengan bibir yang menyeringai. "Tidak usah berpura-pura, akting mu cukup bagus. Mereka saja yang dengan bodohnya tidak menyadari."

Joon Myeon menyengit tak suka. Tentu ia masih ingat bagaimana wajah dihadapnnya ini tampak menyedihkan beberapa jam yang lalu, namun kini anak itu berusaha terlihat mengintimidas. Terlalu banyak manusia dengan topeng busuk yang muncul dikehidupan Joon Myeon, membuatnya terkekeh muak.

Anak dihadapannya melangkah lebih dekat pada Joon Myeon. Sebuah seringaian muncul pada bibir yang luka. Tanpa menunggu respon ia pun menyodorkan tangan, "Perkenalkan, Oh Sehun."

Joon Myeon hanya menatap uluran tangan yang menggantung di udara. Tak ada minat sedikit pun untuk menyentuh tangan tersebut. Hampir dua menit Sehun menunggu uluran tangan Joon Myeon. Ia berdeham, kembali menarik tangannya dan menyimpan dalam saku celana.

Joon Myeon mengakui jika aura dari anak dihadapannya cukup kuat. Ia seperti mengenal aura ini namun dengan cepat melenyapkan pikiran tersebut. Manik matanya bergulir, mengamati dari ujung kepala hingga kaki siswa bernama Sehun. Ia menyeringai begitu menatap kembali wajah dihadapannya.

"Bisakah kau enyah dari pandanganku?" Tanya Joon Myeon sarkas. Ia cukup muak melihat wajah dihapannya. "Jika kau hanya ingin mengucapkan terima kasih, maka tak perlu repot. Kau hanya pecundang yang tak bisa mengurus diri sendiri."

Sehun cukup tersinggung dengan perkataan Joon Myeon. Dalam hati ia membenarkan ucapan itu. Sejenak ia melempar pandang pada sekeliling sebelum kembali menatap manik hazelnut dihadapannya.

"Urus dirimu dan berhenti berpura-pura!" Ujar Joon Myeon dengan tegas. Matanya menatap tajam tepat pada manik kelam milik Sehun. Ia berbalik dan kembali menyusuri lorong. Suatu kesialan baginya harus bertemu dengan para munafik lainnya.

"Senang bertemu kembali denganmu, Kim Joon Myeon." Teriak Sehun. Sebuah seringaian lolos pada bibir. Ia balik menatap tajam pada sosok yang hampir hilang diujung lorong.

_____________

Semilir angin yang menerpa bermain dengan dedaunan yang gugur. Sang mentari memilih bersembunyi dibalik gumpalan awan, teduh dalam sunyi. Joon Myeon berada diatas gedung, menantang angin yang berhembus menerpa rambut kecoklatan miliknya. Wajah tegas dengan tatapan seangkuh elang tak pernah luput.

Sejenak Joon Myeon melupakan beban yang terus bergelayut. Setidaknya ia harus bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menghirup udara. Joon Myeon tetap manusia dengan segala ekspektasi dan harapan yang tinggi.

Satu menit berharganya kini harus ditelan mentah, pintu atap yang terbanting keras membuatnya berdesis tak suka. Ia menangkap sosok tinggi dengan senyum konyol yang mendekat

"Tumben kau disini?" Tanya Minho yang kini berdiri disamping Joon Myeon. "Tidak biasanya kau bolos kelas." Ucapnya kembali dan mulai sibuk mencari sesuatu dalam saku.

Joon Myeon memilih diam. Ia tak se-vocal Suho saat bersama orang asing. Semua pikiran negatif seakan terus menyelimuti setiap orang yang ia pandang. Lagi pula energinya terlalu berharga jika harus ia buang karena menanggapi pembicaraan tak penting.

Half of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang