Prolog

25 8 3
                                    

"Siapa kau ?" teriakku.

Seorang bertudung hitam menghampiri ku, perawakannya tinggi dengan tangan kekarnya membawa pisau dan aromanya sangat tak asing di penciuman ku seperti bau amis darah.

Darah? Astaga apakah dia akan membunuhku, batinku.

Suara derap kakinya mengema di sepanjang lorong mata tajamnya menatap ku seakan akulah mangsa yang sangat di incarnya, aku melangkah mundur menghindarinya dan pandangan ku terus memperhatikan setiap pergerakannya.

"Lari bodoh!! Sekarang." gumamku sendiri.

Secepat kilat aku berbalik dan bersiap melangkahkan kaki, tapi niat ku leyap begitu saja setelah melihat keadaan seseorang di belakangku. Orang itu tergeletak dengan pisau mengkilap dengan gagang emas menancap sempurna di dahinya seketika itu pun darah mengalir memenuhi wajahnya.

"Siapa yang membunuhnya?"

Pikiran ku langsung mengarah kesosok yang bertudung tadi, aku berbalik dan telihat orang itu masih sama manatapku seperti mangsanya. Hanya saja kini tangan kekar yang sempat memegang pisau telah berganti memegang leher seseorang yang lain dan pastinya takku kenal, kepala ku kini mulai terasa berdenyut setelah melihat genangan darah disana.

"Argghh!!" seseorang di depanku kini tengah meringis kesakitan dalam dekapan pria bertudung itu.

"Sebenarnya siapa kau? D-dia ke..sakitan lepaskan dia tuan?" ucapku berani seraya gemetar.

Tak ada sahutan dari pria itu sepertinya ucapan ku hanya dianggap angin lalu olehnya, bukannya melepas cekikannya pria itu justru melakukan hal yang membuatku mual seketika. Bagaimana tidak pria itu tiba-tiba mengelurkan pisau kecil lainnya dengan bagian ujungnya mengkilat menandakan bahwa pisau itu sangat tajam, dan tanpa perhitungan dia langsung mendaratkan ujung pisaunya itu tepat di leher sasarannya.Pisau itu terus melukis luka-luka dengan semburan warna merah, sasarannya terus berteriak tiada henti dan aku hanya bisa memandang gemetar.

"Arghhh!! HENTIKAN!!" si korban histeris.

"Apakah dia tuli? Hiks...hiks...orang itu memintanya berhenti "
pandanganku mulai memburam.

Tangan kokoknya terus bergerak tiada jeda pertanda dirinya memang menginginkan korbannya itu pergi bersama malaikat maut,kondisi korbannya sudah sangat membuatku mual dengan ujung mulutnya sobek karna sayatan di setiap ujung bibir begitu pun dengan matanya seakan- akan keluar karna sayatan dalam cukup parah di setiap kelopak mata. Darah merembes keluar hingga memenuhi setiap inci wajah korban itu, oh tidak ! pisau itu kini tengah berada tepat di dada sebelah kiri sasarannya dan tak lama benda itu menancap tepat di jantung sasarannya.

"AHHH!! K-ke... hikss kenapa k-kau bunuh...hiks... hikss dia" ketakutanku kini bertambah karna pria itu berjalan mendekat ke arah ku.

"Ssshhtt.. jangan menangis, Princess." Pria itu bersuara, badan ku semakin berinsut mundur dengan gemetaran hebat.

Pria itu terus berjalan kearah ku, sedangkan aku semakin ketakutan melihat kilatan tajam sepasang mata milik pria itu. Kepalaku mulai terasa pening pandangan ku pun sudah semakin mengabur, tapi masih cukup jelas untuk melihat pria yang masih berjalan menghampiriku. Bau anyir darah semakin tercium jelas di penciumanku dan itu membuat kepalaku semakin pusing, hingga tiba-tiba semua menjadi gelap.

see u di next part

The Cassiopeia (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang