22 ; asing

1.8K 340 25
                                    

Hujan kembali turun setelah beberapa hari belakang tak terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan kembali turun setelah beberapa hari belakang tak terlihat. Dengan deras ia membasahi seisi bumi. Membuat jalanan menjadi becek.

Jennie menggosok lengannya pelan. Mencoba menghangatkan tubuh yang kedinginan saat angin berderu kencang. Ia tengah menunggu bus pulang. Berharap kendaraan tersebut segera datang karena halte tempatnya duduk kini mulai sepi.

Daniel tadi berulang kali memaksanya untuk pulang bersama. Namun Jennie adalah batu. Sebagaimana pun Daniel membujuk, ia tetap pada pendirian. Menolak setiap ajakan. Apalagi sekarang Jennie sedang berada di titik puncak amarahnya pada lelaki itu.

Sebuah motor besar menepi. Setelahnya seseorang turun tergesa - gesa dari motor karena tak ingin basah kuyup.

Jennie berdecak. Saat mengetahui bahwa dirinya kini berduaan bersama Taeyong di halte. Lagi.

Gadis itu memasang wajah jutek. Mempersiapkan diri untuk menolak tawaran yang akan Taeyong berikan. Entah berupa tumpangan untuk pulang kerumah. Atau pun sebuah jaket untuk menghangatkan tubuh. Dugaan Jennie sih seperti itu.

Katakanlah dia terlalu percaya diri. Tapi memang seperti itu kan tingkah Taeyong kepada Jennie.

Kenyataan tak sejalan dengan ramalan. Hingga menit ke sepuluh mereka berduaan di halte, hanya suara hujan yang mengisi keheningan.

Taeyong masih pada posisi. Berada di pinggir halte sambil memeluk tubuhnya kedinginan. Padahal ia sudah memakai jaket.

Melihat itu, Jennie menyadari satu hal. Tidak ada lagi sosok Taeyong beberapa waktu belakang. Hanya Taeyong yang sejak awal Jennie kenal. Asing.

Taeyong kini benar - benar tidak peduli lagi dengan segala hal menyangkut Jennie.

Suatu pernyataan yang membuat Jennie... Entahlah. Ada rasa tak enak di lubuk hatinya. Tapi egonya terlalu tinggi untuk mengakui itu.

Hening. Itu yang mengambarkan keadaan mereka belasan menit saat menunggu hujan. Keduanya sama - sama diam. Taeyong yang menunggu hujan berhenti dan Jennie yang menunggu bus terakhir datang.

Beberapa kali gadis itu mencuri pandang ke arah Taeyong. Mengantisipasi pergerakan yang akan lelaki itu lakukan.

Sampai hujan mereda, Taeyong kembali naik ke atas motor. Hendak segera meninggalkan lingkungan sekolah yang mulai sepi. Tanpa susah - susah menawarkan tumpangan pada Jennie yang kini tercenung. Memikirkan segala hal yang kini berkecamuk di kepala.

🌧️

Jennie menggusal hidungnya yang gatal dan kini memerah. Sepertinya ia terkena flu sekarang. Tadi saat pulang sekolah Jennie kehujanan begitu menginjakkan kaki di halte depan perumahan.

Ia kira hujan sudah reda. Ternyata kembali turun saat berada di area rumahnya.

Gadis itu mengeratkan selimut. Badannya kini menggigil. Selain terkena flu, sepertinya ia juga demam.

"Masih panas badan kamu?" Mama Jennie bertanya dari balik pintu. Ia kembali setelah tadi mengambil obat di dapur.

Jennie merubah posisi menjadi duduk. Walaupun sulit karena pusing yang terus menganggu.

"Masih ma." Balas Jennie lemah.

Wanita tua itu mendekat. Membawa nampan berisi obat juga makanan untuk Jennie.

"Kalau besok masih panas, ga usah sekolah."

Jennie mengangguk mengerti. Ia rasa memang demamnya tak akan surut dalam waktu cepat.

"Makan dulu buburnya. Abis itu makan obat."

"Ga nafsu makan. Nanti aja."

"Kamu harus makan, Jennie. Beberapa suap aja."

"Ga mau ma." Tolak Jennie. Mulutnya terasa pahit sekarang. Sangat enggan memasukkan apapun ke dalam mulut.

Mama Jennie masih ngotot. Ia terus memajukan sesendok bubur ke mulut anaknya. Mau tak mau gadis itu pun menurut. Memakan beberapa suap bubur ayam yang di hari biasa Jennie sangat doyan, namun pengecualian di hari ini.

Selesai memakan bubur tiga sendok dan obat, Jennie kembali berbaring. Ingin mengistirahatkan diri dengan tidur. Ia sedikit mengantuk. Sepertinya obat yang Jennie makan mulai bereaksi.

Ibunya juga bergegas keluar. Meninggalkan putri semata wayangnya untuk beristirahat dengan tenang.


Baru lima belas menit gadis itu memejamkan mata, getaran dari ponselnya membuat Jennie terjaga. Getaran itu terus berulang pertanda bahwa ada seseorang yang sedang menghubunginya.

Ia pun memiringkan badan. Mengambil ponsel di nakas.

Sebanyak lima kali pacarnya menelpon. Bahkan terdapat puluhan pesan masuk yang belum ia baca. Semuanya berasal dari satu orang. Daniel, pacarnya.

Jennie buka pesan tersebut lalu membacanya satu persatu. Keseluruhan dari isi pesan adalah tentang Daniel yang mengajaknya untuk menonton lelaki itu bertanding basket besok sore.

Pada pesan terakhir, Jennie tertegun. Hanya sebuah pesan singkat yang berisi permintaan maaf Daniel pada Jennie. Dan juga sebuah kalimat manis di ujung yang membuat Jennie menarik sedikit sudut bibir.

"Jennie."

Yang di panggil menoleh. Melihat kepala ibunya yang kembali menimbul dari balik pintu.

"Ada kiriman buat kamu. Katanya dari Daniel."

Jennie menerima sekotak berukuran sedang dari ibunya. Ia cukup kaget atas apa yang Daniel lakukan. Juga cukup tersanjung.

Di bukanya kotak tersebut. Lalu tersenyum senang saat melihat apa yang ada di hadapannya sekarang.

Beberapa batang coklat kesukaan Jennie juga setangkai bunga.

Di batang bunga tersebut terdapat kartu ucapan kecil. Berisikan deretan kata yang dapat membuat Jennie tersenyum lebar.

Kalau seperti ini bagaimana Jennie bisa berlama - lama marahan dengan Daniel.

Jennie mengambil ponsel di atas meja samping tempat tidur. Membuka aplikasi chatting lalu membalas pesan pacarnya.


Sorry, aku lagi sakit. Ga bisa nonton kamu besok sore :(

🌧️

Mon maap updatenya agak lama 😢
Kuliah menyita waktuku
















See you
Next part

petrikor •• taeyong x jennie [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang