A Hinata Fanfiction
Naruto @MashashiKishimoto
Paradoks @cinnamon066
Jika kau tak suka dengan tingkah laku manusia padamu, maka katakanlah. Karena mereka bukan Tuhan yang akan memahami dirimu dalam diammu.
.
.
.
Keheningan masih menyelimuti keadaan didalam mobil sejak kami meninggalkan apartement Uchiha Sasuke. Pria disampingku masih senantiasa mengeratkan kemudinya, rahanganya juga masih mengeras, begitu juga sorot mata tajam yang masih ia tampangkan. Mengembuskan napas lelah aku mencoba bersandar pada sanadaran kursi penumpang di sampingnya. Mebgalihkan pandanganku keluar jendela mobil, meski aku tahu itu percuma karena bayang-bayang lelaki di sampingku masih terpantul dalam samar-samar di balik kaca sampingku.
Uchiha Itachi, seorang lelaki ningrat keturunan Uchiha, kakak dari Uchiha Sasuke. Uchiha Itachi merupakan seorang Prodigy Uchiha yang paling berpengaruh di Konoha dan hampir seluruh Negara Api mengetahui tentang kejeniusannya. Kalian pasti berpikir beruntungnya diriku dapat menjadi seorang istri dari pengusaha tampan, sukses, dan di idamkan banyak wanita. Aku memang bahagia pada awalnya, tetapi semua itu berubah sejak aku tahu siapa dia yang sebenarnya, dan itu menghancurkanku hingga rasanya matipun akan lebih baik untukku.
Awal pertemuan kami begitu baik, ia memberikan segala perhatian dan kasih sayang yang tak pernah kurasakan sebelumnya, bahkan dari keluargaku. Ia memberiku harapan akan cinta yang tak pernah aku tahu. Ia menghadirkan rasa mendalam bagiku hingga aku ingin memberikan hidup dan seluruh jiwaku padanya. Namun nyatanya itu semua hanya kebohongan besar yang ia lakukan untuk menebus kesalahannya di masa lalu, dan sialnya aku bahwa aku satu-satunya peningggalan dari masa lalunya.
"Jadi ... kau sudah kembali dari Belanda?" tanyaku tanpa sedikitpun menoleh padanya.
"seperti yang kau lihat, aku disini dan mendapat kejutan dari isteriku yang baru saja melepas keperawanannya dengan adikku." Jawabnya dengan nada meremehkan.
"Itu bukan urusanmu." Jawabku seraya menatap bengis padanya.
"Ya ... itu memang bukan urusanku, tapi akan menjadi urusanku kalau media mengetahui apa yang telah terjadi anatara kau dan adikku." Balasnya seraya membelokkan kemudi ke arah kompleks perumahan Uchiha.
"Kenapa itu jadi masalah buatmu? Bukankah kalian para Uchiha bisa dengan mudah menutup mulut para awak media itu." Ucapku seraya memutar bola mata malas kearahnya.
"Memang benar ... tapi aku lebih suka bila tak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk hal bodoh semacam itu." Aku hanya mendengus mendengar jawaban darinya, dasar pelit.
"Terserah." Balasku seraya merapikan penampilanku saat kami mendekati gerbang sebuah rumah bergaya Jepang kuno.
"Aku kira kau akan melepas keperawananmu pada kekasih pirang Uzumaki itu__" katanya dengan seringai memuakkannya itu "__tapi aku benar-benar tak menyangka bahwa seleramu masih tetap pada seorang Uchiha." Terdengar tawa meremehkan diakhir kalimatnya yang membuatku mengepalkan tangan erat dan berdoa agar tak melakukan hal bodoh dengan melompat dari mobil yang sekarang berjalan pelan memasuki pelataran rumah kami.
"Tutup mulutmu Uchiha." Balasku menahan geram padanya.
"Hmmm ... apakah perlu kuingatkan padamu sayang, kalau saat ini kau juga seorang Uchiha." Jawabnya seraya menghadapku setelah memberhentikan mobil tepat di depan rumah bergaya khas Jepang.
"Aku tak pernah menganggap diriku bagian dari kalian." Ucapku dengan nada dingin seraya memandang lekat kearah manik hitamnya.
"Kau menikah dengan Uchiha, melepaskan keperawananmu dengan Uchiha, bukankah itu sudah cukup membuktikan kalau kau bagian dari kami sekarang. Apa perlu aku menghamilimu dulu baru kau akan menerima bila dirimu adalah seorang Uchiha." Ucapannya yang terakhir membuatku mendapatkan kembali pengendalian diriku dan tersenyum remeh padanya.
"Ya ... itu kalau kau bisa saja." Ejekku seraya keluar dari mobil dan menutup pintu mobil dengan keras meninggalkan ia yang mengepalkan tangan erat pada kemudi mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paradoks
Fanfiction"... saya bersedia ..." "Kau milikku sejak kau mengucapkan ketersediaanmu di hadapaj Tuhan saat itu" -I.U "Akan kupastikan kau akan menjadi milikku, meski harus menentang Tuhan sekalipun" -S.U "Silahkan kalian semua berharap dalam fantasi terdalam k...