Part 4 - Mama?

68 22 57
                                    

Budayakan vote dan comment!
Sedikit paksaan. Wkwk
.
.
.
.
.
.
.
.

Pukul 19.30 WIB, Gladys masih berkutat dengan angka-angka dikomputernya.

"Kalau bukan besok ada meeting dadakan sama Pak Direk gak bakal aku bela-belain lembur kaya gini." Ucap Gladys, entah pada siapa karena di ruangan ini hanya ada Gladys.

Huft!!!

Gladys hanya bisa pasrah dengan nasibnya.

"Bang Erik  lama bener dah beli makanannya." Dumel Gladys.

Sebenarnya Gladys tidak sendirian. Ada Erik yang menemaninya lembur malam ini. Tapi 10 menit yang lalu Erik pergi keluar membeli makanan untuk Gladys dan dirinya.

Kalau yang lainnya mungkin sudah ongkang-ongkang kaki di atas kasur. Maklum, rekan kerja Gladys semuanya sudah berumah tangga kecuali Erik.

Saat sedang seriusnya Gladys mengutak-ngutik anggaran dana yang harus dia laporankan besok, indera pendengaran Gladys merasa tergelitik dengan suara rintihan perempuan.

Gladys merasa iba dengan suara itu.

Semakin lama suara itu terganti dengan suara tangisan yang menyayat hati.

Gladys menepis rasa takut yang hinggap di dirinya, lalu bangun dari kursinya untuk mencari sumber suara itu.

Gladys mencari di setiap ruangan yang ada di lantai 8 bahkan toilet perempuan tidak luput dari pantauan Gladys.

Tetap tidak ada!

Gladys memutuskan untuk kembali keruangannya.

Belum sempat Gladys melangkahkan kakinya, suara itu kembali terdengar bahkan lebih jelas.

"Oh, shitt." Umpat Gladys dalam hati.

Gladys memegang tengkuknya yang terasa hangat, belum pernah Gladys merasakan seperti ini.

Brak!!!

"Ahggg!!!" Gladys terpekik kaget.

Salah satu pintu toilet tertutup keras dengan sendirinya.

Buru-buru Gladys melepas high heels yang melekat dikaki jenjangnya, lalu berlari menuju ruangannya berada.

Gladys menyimpan hasil pekerjaannya di Flashdisk dan memutuskan untuk meneruskannya di rumah.

Bodoamat dengan Abangnya, Erik. Jika tidak menemukan keberadaan Gladys di ruangan ini.

Kini Gladys bimbang harus turun ke lobi menggunakan lift atau tangga darurat.

Gladys jadi was-was di dalam lift sendirian. Bagaimana kalau hantu itu ada di dalam lift.

Oh! Gladys bisa mati berdiri di dalam sana.

Jika menggunakan opsi kedua, Gladys bisa kehabisan napas. Oh ayolah ruangan Gladys ada di lantai 8. Apakah dia sanggup menggunakan tangga darurat dengan keadaan yang sudah ngos-ngosan sehabis lari maraton tadi.

Dengan sedikit keberanian yang masih tersisa Gladys melangkah masuk ke dalam lift.

Gladys merasakan dinginnya lantai lift, memang Gladys tidak memakai alas kaki untuk jaga-jaga kalau ada keadaan darurat yang mengharuskan Gladys berlari. High heelsnya masih dia tenteng dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menenteng tas kerja.

Ayat kursi terus Gladys lantunkan dengan bibir begetar dan mata tertutup.

Terdengar bisik-bisikan halus yang membuat tengkuk Gladys semakin meremang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GLADYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang