Rabu, 16 Januari 2009
"Hyerim, bantu ibu. Keluarga Jungkook akan pindah,"
Hyerim masih terdiam duduk disofa dengan pandangan lurus kearah pintu utama rumahnya dengan tatapan kosong.
Siang ini, setelah ia baru saja memberi makan kelincinya dihalaman belakang rumahnya, ibunya tiba-tiba datang dengan banyak kotak menumpuk ditangan keriputnya. Awalnya Hyerim terlihat bingung karena ibunya tidak pernah terburu-buru dalam mengerjakan sesuatuーkecuali diberitahu dengan mendadak.
Ia hampir keluar rumah setelah melihat truk pengangkut barang didepan rumah Jungkookーtetangga aneh yang sudah bersandang dengan keluarganya selama sepuluh tahun lebih. Dan Hyerim harus menahan rasa sedih dan marahnya diwaktu yang sama.
Pasalnya, Jungkook adalah satu-satunya orang yang ia kenal, walaupun sikapnya yang terkadang membuat Hyerim jengkel setengah mati. Dan hanya Jungkook yang bisa memahami bagaimana setiap masalah yang Hyerim alami.
Hanya Jungkook, tidak ada yang lain.
Tak berniat membantu, Hyerim hanya bisa duduk disofa sambil mengintip sedikit kearah rumah Jungkook melalui lubang jendela.
Ia dapat melihat Paman dan Bibi Jeon membantu pengangkut barang untuk membawa barang dan dimasukan kedalam bagasi truk. Tapi itu bukanlah hal yang membuat Hyerim sedih. Ada satu presepsi yang tengah berdiri di teras rumah sambil menatap lurus ke baratーHyerim tahu kalau Jungkook sedang memandangi kamarnya yang ada dilantai dua.
Dua tempat dimana masing-masing menjadi saksi perdebatan mereka setiap malam yang topiknya tak pernah berubah. Cita-cita dan masa depan.
Mengingat semua kenangan mereka sejak lama membuat Hyerim menahan napasnya agar tidak menangis. Sebenarnya setelah ibunya keluar dari gudang dan mengatakan kalau Jungkook akan pindah, ia sudah menahan bendungan pada pelupuk matanya.
Tapi menit demi menit, setelah ia melihat Jungkook sudah berdiri didepan pintu gerbang rumahnya, Hyerim dengan hati terluka langsung beranjak dari sofa dan keluar rumah.
Mengabaikan ibunya yang meneriaki namanya dari kejauhan. Saat ini Hyerim hanya ingin memeluk tubuh Jungkook yang ringkih, kurus, dan pucat sama sepertinya. Dulu mereka pernah dikatakan anak kembar kalau mereka tidak pulang kerumah masing-masing.
Kaki panjangnya berlari sekuat tenaga, napasnya benar-benar memburu. Namun pergerakannya mendadak berhenti ketika Jungkook sudah masuk kedalam mobil dan mobilnya sudah melesat jauh meninggalkan pekarangan rumah.
Sudah terlambat.
Tidak ada waktu lagi.
Terlalu jauh untuk merengkuhnya.
Juga terlalu jauh untuk bisa mengucapkan selamat tinggal baginya.
Hyerim mematung. Namun pandangannya tetap pada mobil hitam yang sudah hilang dikelokan jalan. Semuanya sudah terlambat.
Seharusnya ia langsung keluar rumah setelah ibunya mengatakan hal itu tadi. Seharusnya ia langsung berlari kekamar Jungkook dan memukul tubuh kurusnya diteras rumah. Seharusnyaー
ーHyerim bergerak cepat agar tak merasa bersalah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Satisfactory
FanfictionAda dua pilihan. Lebih memilih pemuda inosen tapi penuh akan kemisteriusan.. Atau Lebih memilih pemuda yang sudah terbuka dan sering meluapkan amarah dengan fisik? ----- Hyerim belum sadar kalau ternyata hidupnya ditentukan oleh dua pria yang tingal...