Ni.

11 5 4
                                    

"Memalukan! Benar-benar memalukan, Sohyun!" Kini Hyerim mengacak-acak rambutnya yang terikat dengan karet pita dan sekarang terlihat kacau karena rasa malunya yang begitu besar.

Hyerim dan Sohyun sedang berada di toilet dengan tangan Sohyun yang memegang bungkusan pembalut yang telah Hyerim pakai.

"Hyerim, ini sudah membuktikan, kalau aku adalah-teman-yang-sangat-baik. Aku begitu perhatian padamu," ucap Sohyun sambil melempar bungkusan pembalut itu ke tempat sampah.

Hyerim memutar bola matanya, merasa jengah. Kemudian tangannya mengadah pada Sohyun. "Pinjamkan aku blazer mu,"

"Apa? Enak saja! Tidak bisa!"

Hyerim berdecak, "Pinjamkan! Tidak lama, sebentar lagi kelas bahasa asing akan dimulai. Tidak mungkin, kan kalau aku masuk dengan tampilan yang bisa membuat mereka tertawa?"

"Dan, katamu kau adalah teman yang perhatian, Kim Sohyun." Tambah Hyerim dan mengerlingkan sebelah matanya jenaka.

"Ah! Cukup sudah, aku akan meminjamkanmu!" Sohyun lantas membuka blazer hitamnya dan memberikannya pada Hyerim. "Tapi sebelum ituー" Sohyun kembali menarik tangannya, "ーCuci blazer ku hingga hilang nodanya dan wangi seperti biasa. Mengerti?" Dan menyodorkan Hyerim black blazer nya.

Hyerim tersenyum manis dan menerima blazer itu dengan gerakan yang dilebih-lebihkan. "Terimakasih, Sohyun. You're the best!"

Sohyun menggeram melihatnya, kemudian tangannya mengibas didepan Hyerim. "Sudah, sudah! Satu kelas lagi, lalu pulang."

...

Malam ini angin berhembus begitu kencang, membuat Hyerim terlihat aneh ketika ia berjalan sambil memegang blazer Sohyun yang dipakaikan pada skirt nya yang tembus.

Namun Hyerim persetan dengan semua itu dan lebih tenang untuk cepat sampai ke halte bus sebelum angin semakin kencang. Kaki jenjangnya telah sampai di halte bus dan tidak ada satu pun penumpang yang menunggu malam ini.

Dan dengan perasaan yang berat, Hyerim duduk dan menunggu bus datang menjemputnya. Tangannya bergerak mengetuk-ngetuk tempat duduk dan kakinya tak bisa berhenti bergesekan dengan lapisan aspal.

Pikiran Hyerim nampak khawatir karena malam ini tak seperti biasanyaーakan ada banyak orang yang menunggu di jam seperti ini. Tapi, kali ini hanya ia yang duduk seperti pengemis.

Lama.

Sangat lama.

Sudah setengah jam menunggu, belum ada bis yang datang menjemput. Ini semakin membuat Hyerim takut. Pasalnya, ini sudah pukul 8:20. Sepuluh menit lagi tidak akan ada bis yang mendatangi halte bus.

Memikirkannya membuat Hyerim merasa gelisah. Karena beberapa hari ini, televisi dan acara yang ditayangkan kebanyakan tentang penculikan dan pemerkosaan dimalam hari. Hyerim semakin gelisah, kakinya bergetar tak karuan.

Bola mata hazel-nya bergerak liar untuk memantau keadaan sekitarーsepi. Tidak ada orang atau kendaraan yang biasanya berlalu-lalang sekitar sini.

Napasnya berderu berkali-kali. Hyerim harus meminum obat penenangnya. Pun Hyerim merogoh isi tas ranselnya dan mencari-cari tempat silinder yang berisi kapsul penenang yang pernah ia dapat ketika Hyerim merasa selalu disakiti.

Setelah menemukannya, Hyerim dengan cepat langsung menelan kapsul itu dan meminum air hingga mengalir ke pipinyaーsangat takut batinnya.

Namun, ketika jantungnya sudah memompa darah dengan normal, suara tapakan sepatu membuatnya kembali merasa takut, sangat takut. Keringat dingin bercucuran pada keningnya, telapak tangannya sudah basah. Anak rambutnya lepek karena keringat.

SatisfactoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang