(1) Pertemuan Pertama Kita

22 3 7
                                    

Kenalkan namaku, Alyssa Marvaneena. Tetapi aku kerap dipanggil Chaca, tidak tau mengapa tetapi kata mama "supaya gampang dipanggilnya" katanya.

Aku membaca lagi buku harianku yang setiap ada momen yang berkesan pasti selalu ku tulis di sana.

Buku harianku ini sebenarnya tidak ku beli dengan uangku sendiri, melainkan dari hadiah tukar kado kelas saat SMP. Terdengar sangat murahan dan tidak berharga, tetapi menurutku ini sangatlah berharga mungkin tanpa buku harianku ini, aku tidak bisa mengingat kejadian berkesan sedetil ini. Hahahah.

Aku membuka dan membaca buku harianku mulai dari bagian saat hari pertama masuk SMA.

Pada saat itu aku sangat senang karna  aku bisa diterima di salah satu SMA favorit di jakarta, yaitu SMA 28 Jakarta. Tetapi sayangnya teman-temanku yang tes bersamaku tidak ada yang diterima di SMA tersebut. Sedih? Iya tetapi aku berpikir Its time to start something new.

Bel pun berbunyi semua anak berbondong-bondong masuk ke kelasnya masing-masing. Kebetulan kelasku 10-IPA A, yang letaknya tidak jauh dari tangga. Satu kelas ada 32 anak dan aku memilih untuk duduk di posisi 2 dari kiri dan mengambil posisi meja di tengah. Tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang. Tempat ter PWku waktu kelas 10 heheheh.

Saat aku duduk di kursiku, semua orang langsung berkenalan dan bertukar instagram satu sama lainnya. Aku pun ikut bercengkrama dengan orang-orang yang sebagian besar belum ku kenal.

Entah kenapa aku sangat klop dan satu pendapat dengan dua orang ini, namanya Shifa dan Fara. Kita bertiga sama-sama berisik dan Freak lah bahasanya.

Jadilah aku berteman dengan dua orang ini, kemana mana selalu bertiga layaknya sahabat yang sudah kenal lama. Padahal kita baru saja seminggu disini.

Aku orang yang gampang beradaptasi di lingkungan baru, gampang berkenalan and easy to make friends.

Mungkin karna suaraku yang lantang dan nyaring seperti bicara menggunakan toa, aku dipercaya untuk menjadi ketua kelas, dan wakilnya adalah Reza, yaa gaperlu dijelasin lah ya siapa dia.

Lalu aku mendengar suara lelaki yang asing di kelas, dia datang dengan gaya sok cool dan gaya tebar pesonanya.

"WEYYYYY WATS AP BRO, KOK LAU DISINI SIH?" Ucap Rizki dari kursi depan.

"Kaga ape ape anjir gue ngegantiin Firza disini" ucap lelaki itu.

Firza adalah teman sekelasku yang selama seminggu ini tidak masuk, dan dikabarkan mengundurkan diri dari SMA 28 ini, mungkin lelaki baru itu cadangan murid makanya dia dipanggil untuk mengisi kursi kosong di kelas ini yang seharusnya diduduki oleh Firza.

Aku pun menghampiri lelaki itu untuk meminta nama dan ID Line supaya bisa aku masukkan ke grup kelas.

"Sorry, bukan modus tapi gue ketua kelas disini. Boleh minta nama sama ID Line lo gak? Biar langsung gue masukin ke grup kelas" ucapku panjang lebar.

"Eeeeet si Chaca ngapain tuuch beduaan dibelakang" Ucap Shifa dari kursi depan.

"Jantung ber debar debar, rasanya tak menentuuuu" kata Daffa yang diiringi dengan nyanyian.

"Ryan Putra Nalara, ID linenya Ryanputra, dan lo?" Jawab lelaki berkacamata itu.

"Alyssa Marvaneena, panggil aja Chaca, by the way lo udah gue masukin ya ke grup kelas. Trus ini cek lagi ya nama lo bener apa engga" jawabku sambil menyodorkan buku absen.

Dia tersenyum dan mengatakan "iya bener".

Bel pun berbunyi, pelajaran pertama adalah Matematika. Pelajaran yang paling ku suka, entah mengapa. Mungkin karena guru yang mengajar adalah Pak Tomo. Guru kesayangan para murid yang tidak menerapkan ulangan harian.

"Anjir gue ga keliatan papan tulis nih" ucap Ryan.

Akupun tidak tau mengapa tetapi pada saat itu instingku mengatakan aku harus membantunya dan akupun menuruti insting bodoh ini.

"Mau tukeran tempat duduk sama gue?" Ucapku menawarkan kursiku.

"Gakpapa nih?" Katanya

Aku pun menjawabnya dengan anggukan pasti.

Akupun bertukar tempat duduk dengannya. Jarak kita hanya terbatas oleh satu kursi didepan ku yaitu kursi Rizal. Tetapi entah apa yang ada di pikiran Ryan, dia malah bertukar tempat duduk dengan Rizal dan sekarang tidak ada lagi meja yang menghalangi kita berdua.

"Thanks for the seat" katanya, lalu dia merampas hapeku dengan seenaknya dan mengambil tanganku untuk membuka hapeku menggunakan sidik jari jempolku.

Lalu dia mengetikkan sesuatu di hapeku, entah apa yang terbesit dipikiranku untuk tidak merampas balik hapeku. Tetapi ku biarkan saja jarinya menari nari diatas layar hapeku.

"Nih, udah gue follow instagram lu, dan mungkin mulai sekarang kita bakalan deket?? We'll see" kata lelaki berkacamata itu lalu dia memperbaiki duduknya menjadi hadap depan.


More Than Just A FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang