[3]: Unexpected Feeling

307 66 30
                                    


Taeil meneguk air putih dari botol ukuran satu setengah liter langsung tandas olehnya. Matanya masih setengah terbuka dan pikirannya masih belum mencerna sempurna apa yang terjadi padanya semalam. Seingatnya, dia waktu itu mengajak Seo Youngho ke kedai bar dekat lokasi pencarian mereka.

Ada apa?

Tuan Moon dan Doyoung hanya memberikan tatapan datar dan sama sekali tidak berniat memberikan jawaban yang diminta Taeil.

"Ada dengan kalian? Apa yang terjadi padaku semalam?!" Doyoung yang bereaksi pertama kali. Gadis yang terpaut lima tahun lebih muda darinya itu berdiri dari kursinya lalu menatap jengah pada kakaknya -Taeil.

"Apa Unnie tahu, memuntahkan yang dicerna perut itu hal yang tidak baik. Apalagi sampai merepotkan orang lain." lalu Doyoung berlalu begitu saja.

Disusul Tuan Moon yang berhenti sebentar di depan Taeil. Berakting seperti anjing yang mengendus bau pelacak. "Kau bau alkohol. Lihat saja tampilanmu; tidak malu mabuk dengan seorang lelaki?" dan Tuan Moon berlalu begitu saja dari ruang makan meninggalkan Taeil sendirian.

Mabuk? Muntah? Bersama lelaki?

-oh, shit. Benar; semalam dia mabuk bersama Seo Youngho; si direktur Jasa Cinta Pertama itu.

"Sialan!" desis Taeil lalu segera menuju ke kamar mandi.


__________________________



Youngho membuka bungkus yang diberikan Tuan Moon padanya sebagai penambah informasi tentang si Cinta Pertama -Oh Sehun.

Youngho membuka halaman pertama, di balik sampulnya terselip foto Taeil yang merentangkan lengannya lebr-lebar sembari tersenyum lebar. Latar belakang langit biru cerah dengan bangunan Taj Mahal yang cantik. Tanpa sadar, Youngho ikut tersenyum lebar seperti Taeil dalam foto.

Halaman kedua diisi tulisan tangan Taeil -tentang jadwal dan tempat apa saja yang ingin dikunjungi di India. Halaman ketiga, ada sebuah tulisan yang memakan dua halaman kertas yang. Sebersit keinginan untuk membaca sebagai petunjuk, bukan bermaksud lancang.



'Ibu, sudah hampir sepuluh tahun kau berada di surga. Aku, ayah dan Doyoung-mu baik-baik saja. Bu, kau pernah bilang padaku kalau India adalah tempat yang baik untuk mendapatkan ketenangan jiwa lewat spiritual. Dan tiga hari lagi aku akan kesana. Membuat harapan kecilmu mengunjuni India terwujud olehku.

Sebenarnya, aku ke India juga ingin mendapat ketenangan jiwa. Lagu yang kubuat dituduh menjiplak dan agensi yang menanungiku menyuruhku berhenti bekerja. Padahal, itu pekerjaan pertama setelah tiga tahun aku menjadi asisten komposer lagu. Aku tidak berbohong, itu memang lagu buatanku sendiri. Seseorang tengah mencelakaiku. Ibu, tenang saja, aku tidak punya dendam karena Ibu yang mengatakan untuk tidak boleh punya dendam jahat pada orang lain. Aku menganggap sebuah pelajaran berharga dalam hidup.

Ibu, apa ibu melihatku dari surga ketika menulis ini? Aku menangis, walaupun lebih seperti mataku kelilipan. Terakhir kali aku menangis adalah saat hari kau dimakamkan. Aku sudah 24 tetapi masih saja cengeng seperti ini. Ibu, aku harus bagaimana?

Biarkan aku mengunjungi kota harapanmu. Akan kuceritakan semuanya setelah sampai disana.

27 Januari 2005

Finding Mr. DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang