[4]: Sebuah Alasan Yang Terungkap

296 67 12
                                    


Taeil menjadi canggung berada di dekat Youngho setelah insiden ciuman semalam. Setelah kejadian itu, Taeil buru-buru mengambil selimut bagian miliknya, dan berbaring dengan selimut yang menutupi seuruh tubuhnya. Sedang Youngho masih dalam keadaan sadar atau tidak.

Mengusap kembali bibir yang barusan Taeil kecup. Melihat tingkah Taeil yang kini lebih aneh darinya, Youngho tersenyum lebar.

Pagi hari, mereka harus mengejar kereta dengan diantar Minho menggunakan mobilnya ke stasiun. Melewati desa yang mereka maksud ternyata juga lebih dekat dengan stasiun.

"Terima kasih Minho-ssi." Youngho membungkukkan badannya dalam-dalam sedangkan Taeil seadanya saja. Youngho terlalu berlebihan.

"Hahaha, sama-sama. Asal jangan sampai menangis seperti kemarin ya, Youngho-ssi." tawa gelak Minho mengundang rasa kesal pada diri Youngho.

"Baiklah kereta kami akan–" mata Taeil membulat saat petugas yang berjaga melambaikan bendera kuning. Tanda bahwa kereta akan segera berangkat dalam hitungan detik. Tanpa bisa berkata apapun lagi, Taeil menarik lengan Youngho untuk segera mengejar kereta.

"Tunggu!! Kami adalah penumpang!!" Youngho berlari lebih dulu daripada Taeil.

"Huwahh!" Taeil terjatuh saat Youngho baru saja mencapai pintu masuk. Melihat Taeil yang terjatuh, Youngho berinisiatif kembali ke tempat Taeil.

"Ayo!!" Youngho menurunkan punggungnya untuk dinaiki Taeil. Dengan senyum yang tidak lepas dari wajah mereka.

Youngho menggendong Taeil hingga kereta membawa tubuh mereka kembali ke Seoul.


_________________________________________


Sepanjang perjalanan menuju Seoul, Taeil terus saja merona meskipun ia telah memikirkan hal lain agar rona di pipinya tersamarkan. Perempuan ini berdoa semoga saja Youngho tidak melihat wajahnya. Dan doanya memang terkabul. Karena ia melirik sekilas pada lelaki yang duduk dihadapannya tengah menatap hamparan persawahan selaju kereta mereka berjalan.

Ciuman yang semalam... Taeil terus saja memikirkannya hingga terlelap barang sejenak pun terasa singkat sekali. Pikirannya penuh perasaan menggebu sama seperti sepuluh tahun lalu ketika Oh Sehun menciumnya.

Benarkah perasaan ini hanya sekedar perasaan canggung? Ia lama menutup diri dari kaum Adam –maksudnya, tidak terlalu terbuka dan menunjukkan pesonanya agar memikat.

Baru kali ini.

Dan Seo Youngho lancang sekali mencuri ciuman keduanya. Lancang sekali hingga membuat jantungnya berdegup lebih hebat serta adrenalin baru yang membuat aliran darahnya semakin terpacu.

Taeil sibuk mengartikan degupan jantungnya sendiri hingga terlelap. Kelelahan dan juga kurangnya jam tidur.

Seo Youngho dari sana melirik Taeil yang terlelap dan hampir saja kepala perempuan itu membentur jendela kaca. Dengan sigap, telapak Youngho menahan kepala perempuan yang merupakan kliennya itu lalu perlahan mengambl posisi duduk di sebelahnya. Hati-hati ia sandarkan kepala Taeil pada pundak tegapnya.

Lalu mendesah pelan menatap langit-langit kereta.

Kecanggungan ini bukanlah rasa canggung biasa. Bagi Youngho, ada makna dan sentuhan rasa pada momen semalam.

Sungguh, diingat kembali keberanian Taeil untuk menciumnya itu suatu hal yang tak disangka. Bagi Youngho yang menyesap bibir ranum perempuan itu, bukanlah sebuah ciuman nafsu, bukan juga ciuman yang bermakna 'Aku kasihan padamu' setelah mereka mendengar ceritanya.

Finding Mr. DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang