Prolog

40 5 3
                                    

Brukkk

"Awwww" ringis seorang gadis kecil ketika tiba-tiba ada beberapa anak laki-laki yang mendorongnya dari belakang sehingga es krim yang di pegang nya terjatuh dan mengenai baju kesayangannya yang baru saja dibelikan oleh ayahnya.

"Hiks, sakit." tanya gadis itu.

"Apa kamu tak melihat, kamu udah menghalangi jalan kami! Kamu harusnya minggir." kata salah satu anak laki-laki.

"Tidak bisa begitu, ini jalanan umum siapa saja boleh melewatinya! Es krim ku telah terjatuh mengenai baju baruku. Pokoknya kalian harus tanggung jawab!" ucapnya sambil menggebu-ngebu.

"Ogah lah! Itu bukan salahku. Ayo teman-teman kita pergi dari sini." ajak anak laki-laki itu pergi meninggalkannya.

Hiks, hiks.

Gadis itu menangis sambil memegangi lutut nya yang sakit karena terbentur oleh aspal jalan.

Tiba-tiba ada anak laki-laki yang datang menghampirinya.

"Haiii gadis manis, ada apa denganmu? Kenapa kamu nangis sendirian disini?"

Kemudian gadis itu menceritakan semuanya kepada anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu hanya menganggut-anggutkan kepalanya sambil mendengarkan gadis itu bercerita.

"Owh jadi gitu, udah yaa ngak usah nangis terus, nanti  ngak cantik lagi dong.Kalo  kamu diganggu mereka lagi panggil aku aja. Rumahku dekat sini kok. Kita beli es krim yang lebih besar lagi, mau?" ajaknya dan diangguki gadis itu.

Setelah itu mereka membeli es krim dan mulai bercerita-cerita.

"Oh iyaa, siapa namamu? Namaku Elvan Sareza Pradipa, kamu bisa memangilku Reza. " katanya sambil menjulurkan tangan.

"Namaku Vania Keisya Mahardika." katanya menerima uluran tangan itu.

"Kalau gitu, aku boleh panggil kamu Vania?"

"Hmmm? Vania? Semua orang memanggilku Kesya tapi kamu boleh kok memanggilku Vania. Kalo gitu aku juga mau memangilmu Elvan. Boleh?" tanya nya.

"Ya, aku senang kamu memanggilku Elvan. Kalo gitu mulai sekarang kita temenan yaa??"

"Yaa, kita adalah teman. Jadi kamu nggak boleh ninggalin aku yaa??"

"Yaa, aku akan selalu menjadi temanmu dan selalu menemani mu."

"Janji yaa Van?" kata Vani a sambil mengacungkan jari kelingkingnya, dan dibalas oleh Elvan.

"Aku janji Van."

Semenjak saat itu Vania yang baru berusia 7 tahun dan Elvan yang berusia 10 tahun selalu bermain bersama di taman itu setiap sorenya.

Namun, suatu sore Vania lebih dulu datang ke taman itu, tetapi tak kunjung menemukan keberadaan Elvan, hingga hari menjelang petang, Elvan pun tak kunjung datang. Akhirnya Vania memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Sore berikutnya Vania kembali ke taman itu, tapi lagi-lagi dia tak menemukan keberadaan Elvan. Di sore-sore berikutnya Elvan juga tidak datang dan itu membuat Vania kecewa dan bingung harus mencari Elvan dimana. Sejak saat itu dia tidak lagi kembali ke taman.

Vania tidak tau kemana perginya Elvan. Dia berfikir kalau Elvan telah melupakan janji itu kepadanya. Vania sangat kecewa kepada Elvan, tapi dia hanya bisa berdoa agar bisa dipertemukan lagi dengan dia.

Akankah mereka kembali dipertemukan??

ElvaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang