Lose

14 3 1
                                    

Suara gerumuh tetesan air membuat Vony terbangun dari tidurnya.

Vony mulai teringat tentang kegiatan yang akan dia lakukan di hari ini untuk mencari keberadaan keluarga kandung adiknya, Vera.

Vony mulai membersihkan badannya dan mulai merias wajahnya dengan make up natural.

Setelah mempersiapkan diri, Vony langsung menuju ke kamar Vera. Kamar yang di penuhi karakter helokitty.

"Vera, kakak masuk ya?"

Setelah menunggu beberapa menit, Vony tetap saja belum mendapatkan jawaban dari Vera.

Vony mulai membuka pintu kamar Vera. Vony kaget saat dirinya tidak mendapati adik angkatnya itu. Namun setelah itu , Vony mendengar samar-samar suara tangisan dari arah balkon kamar itu.

Vony mulai melangkah menuju balkon tersebut, Vony melihat adiknya tengah menangis di pojokan. Dan dengan gerakan cepat Vony langsung mendekati Vera dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa kamu menangis?" Jari lentik Vony mulai bergerak menghapus cairan bening yang menetes dari mata adik angkatnya itu.

"Kak, jadi, kan, nyari keluarga kandungku?" Tanya Vera sendu.

"Jadi, ayo kamu dandan dulu."

"Tapi hujan kak. Seolah-olah aku dilarang oleh alam untuk mencari orang tua kandungku."

"Kan ada jas hujan, Ver. Ayo, jangan nangis lagi."

"Jadi, kakak mau meskipun hujan sedang turun seperti ini?"

"Maulah. Cepat dandan sana, kakak tunggu di ruang depan."

"Tapi jangan bilang mama papa ya kak kalau Vera mau nyari orangtua kandung Vera."

"Siap."

Vony bangun bergegas turun kelantai satu.

Tak lama kemudian,.Vera datang dengan celana jins panjang yang melekat pas di tubuhnya.

"Yuk kak! Ini jas hujan kakak."

"Kita nyarinya jalan kaki aja ya soalnya kakak rindu main hujan-hujanan"

"Siap kak, pertama kita kerumah bibi kandung aku yang di sini ya kak, dulu Vera pernah nguping pembicaraan papa mama kalau bibi kandung aku ada di Yogyakarta dan rumahnya nggak terlalu jauh dari rumah kita. Nanti aku tunjukin."

"Pakai jas hujanmu dulu baru kita keluar rumah."

Dengan secepat kilat, Vera mengenakan jas hujan miliknya.

Setelah mengenakan jas hujan miliknya, Vera menggandeng tangan kakanya seraya melangkah keluar rumah.

Di tengah hujan begitu deras ini Vony mulai mengingat masa lalunya di Bandung. Di mana dia masih bermain hujan-hujanan dengan pria berambut coklat itu. Dikala itu Vony masih kelas 6 SD sedangkan pria itu sudah menduduki kelas 2 SMA. Mereka terpaut usia yang cukup jauh bagi Vony, namun di umur Vony yang masih belia, ia sudah merasakan jatuh cinta kepada pria itu. Pria yang telah memberikan kalung yang Vony pakai sekarang ini.

"Kak, kenapa ngelamun? Ini sudah mau sampai."

"Nggak papa kok. Di mana rumahnya?"

"Itu kak!" Seru Vera menunjuk rumah bibinya girang.

"Ayo!"

TOK TOK

Vera mengetuk pintu yang terbuat dari kayu kuno tersebut. Terlihat kalau rumah itu sudah berumur tua.

Dan seorang perempuan paruh baya muncul dari balik pintu lalu menyuruh Vera dan Vony untuk masuk.

"Ada apa kalian kemari?"

"Maaf sebelumnya. Apa bibi mengenal seseorang yang bernama Alex Julian dan istrinya?"

"Kenapa? dia adikku."

"Bi, ini Vera putri kandung mereka." sahut Vony yang mulai menenangkan adeknya itu karena badannya terlihat bergetar hebat.

Wanita paruh baya tersebut memeluk Vera dengan erat.

"Bi, kemana mama papa aku bi?"

Dengan nada berat nenek itu berkata;

"Mungkin, udah saatnya kamu tahu semuanya. Mama papa kamu meninggal pada kecelakan saat kamu masih berumur 4 tahun dan kamu mulai di adopsi sama keluarga Jensen karena bibimu ini tidak selama mungkin hidup bibi mu ini terkena penyakit yang susah di jelaskan. Bibi takut kalau kamu tinggal bersama bibi kamu nggak bisa ngerasain apa yang di rasain anak anak pada umumnya dan bibi takut kalau bibimu ini harus meninggalkan mu."

Tangis Vera pecah dalam pelukan wanita paruh baya tersebut.

Vony yang melihatnya pun ikut mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.

Vony salah jika selama ini ia merasa iri dengan adiknya itu. Vony harus bersyukur mempunyai keluarga yang lengkap walaupun hubungan papa mamanya sedang di ujung tanduk.

---

Setelah pulang dari rumah bibiny, air bening dari mata Vera masih belum bisa dibendung oleh gadis itu.

Vony melangkah mendekati adiknya yang menangis itu.

"Sudah jangan nangis. Yuk temenin kakak potong rambut nanti kakak beliin boneka hello kitty."

Perlahan tangan mungil vera mengusap sisa air matanya.

"Benerankan kak?"

"Iya. Kamu siap-siap dulu gih."

-vnd-

PRIMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang