rolling action...
Kedua kakinya berdiri rapat. Semilir angin berterbangan mengenai helaian rambut Jira. Mulai sekarang ia akan meninggalkan tempat itu sebagaimana keputusannya kemarin malam. Semua itu sudah dalam tahap diskusi dengan ibunya.
Bagaimanapun, kesempatan ini sangat yang ia nantikan dan tidak boleh dilewatkan, Jira memegang erat tas koper yang sedari tadi ia tarik.
Email yang ia dapat satu Minggu yang lalu justru membuat dirinya dilema 7 hari 7 malam itu. Itu adalah sebuah pesan dimana salah satu perusahan diseoul menerima lamaran kerjanya beberapa bulan lalu.
Bahkan Jira tidak pernah menduga bila waktu selama itu akan benar-benar terjadi meski harus menunggu waktu yang sangat lama.
Diajuan lamaran tertera, bahwa ia seorang sarjana ekonomi tingkat satu yang pernah mengikuti olimpiade matematika saat SMA. Juara harapan 1 , kemudian diteruskan lagi lewat beberapa event dan organisasi yang pernah ia lewati dimasa perkuliahannya. Jira tidak peduli apapun jenis pekerjaan yang ia dapatkan saat ini.
Tanggal tanpa deksripsi dikalender semalam adalah dimana saat ini ia akan meninggalkan Daegu, setelah sekian lama ia menetap disana.
Karena sepertinya mulai hari ini akan menjadi sejarah dimana ia akan memulai kehidupannya barunya di suatu tempat yang sangat terkenal.
Seoul.
Menurut sumber informasi dari email yang ia dapatkan, sebuah perusahan di Seoul memintanya untuk datang dan melakukan interview dikantornya.
Bahkan Jira sudah mengisi sebagian berawan surat lamaran dan biodata dirinya sebagai sarjana tingkat satu di Daegu. Tentu saja, mendapatkan berita dan tawaran tersebut bukan main-main, malah inilah yang ditunggu-tunggu oleh Jira.
Jira ingin mempunyai pekerjaan, yang bisa menghasilkan banyak uang dalam sebulan.
Dirinya sudah sangat menyusahkan sejak masa perkuliahannya. Han Minji, ibu Jira sudah banyak mengeluarkan biaya demi meneruskan sekolah putrinya. Maka dari itu, Jira merasa sangat tidak berguna jika dirinya harus menatap di Daegu dengan keadaan yang masih sama dan semakin mengkhawatirkan.
" Sudah kubilang, jangan gegabah mengambil keputusan Jira-ya.. "
Itu ucapan Yoo Raejin, teman seangkatan dimasa SMA yang masih setia bersamanya hingga saat ini. Sedari tadi, Jira dan Raejin saling bertelepon untuk memberi kabar satu sama lain.
" Aku sudah mengeceknya lewat internet. Itu perusahaan furniture yang cukup terkenal di Seoul . Aku bahkan membuka websitenya. " Jira tak kalahnya membantah ucapan Raejin.
Memang benar, sejak beberapa hari yang lalu, Jira rajin membuka situs internet, mencari tahu seluk-beluk status perusahaan yang menerima lamaran pekerjaannya.
" Terderah padamu, aku kan sudah bilang, pamanku yang di Seoul saja memberitahuku bahwa perusahan furniture jjang itu tidak ada disana. "
" Mungkin itu perusahaan baru. Dan aku akan tetap kesana. "
Jira bisa mendengar keluh nafas Raejin disebrang sana. " Kau sungguh keras kepala. "
" Akan ku matikan, keretaku sudah datang. Annyeong. " Lalu, Jira memutuskan sambungan telepon tersebut.
Jira melirik kanan dan kiri. Memastikan gerbong kereta selanjutnya adalah tujuannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENERY
FanfictionTujuan Han Jira yang sebenarnya adalah menjadi orang yang bisa meneruskan hidupnya dengan bahagia. Tapi bagaimana jika justru, proses pencapaiannya tersebut harus ia lalui dengan bertemunya ia dengan sosok lima tahun yang bahkan sudah sangat asing b...