"Nana bangun sayang udah siang nanti kamu terlambat sekolah, ayo cepet bangun! " ujar Sania sambil menggedor-gedor pintu kamar Nana
"Iya ma ini mau bangun" berjalan kekamar mandi
"Mama tunggu dimeja makan, cepet turun"
"Iya ma"
Dimeja makan papa Nana, Wilson sedang makan pagi ditemani Sania, istrinya.
"Nana mana ma?"
"Bentar lagi turun pa, papa berangkat dulu aja nanti biar nana bawa mobil"
"Yaudah papa berangkat ya ma"
"Hati-hati dijalan pa"
"Papa udah berangkat ya ma?" Berjalan menuruni tangga
"Baru berangkat sayang, kamu makan dulu baru berangkat"
"Nana makan di kantin sekolah aja ma nanti telat, Nana berangkat ya ma"
"Iya sayang hati-hati jangan ngebut bawa mobilnya"
"Iya ma"
Tiba di sekolah Nana melihat Defta dan Fani naik motor bersama, lagi-lagi Nana harus melihat pemandangan itu lagi, walau sakit dia tetap terlihat tegar.
Defta berjalan dengan Fani beriringan menatap tajam nana hingga tubuh mereka hilang di belokan koridor"Kapan kamu akan melihatku disini def, kapan kamu sadar bahwa aku disini sangat menyayangimu" dalam batin nana
"Eh na lo udah tau pengumuman pensi sekolah gk, setiap kelas ngeluarin perwakilan kelas"
"Eh aku malah baru denger dari kamu ini, kapan emang"
" 2 mingguan lagi, gimana kalo lo aja yg jadi perwakilan nya suara lo kan bagus "
"Gak lah Net aku malu"
"Malu sama siapa sih lo, sama Defta? "
"Iya net, aku malu kalo nanti aku gk bisa menangin pensi itu"
"Lo jangan pesimis dong na, lo pasti bisa, usaha aja dulu menang kalah gk masalah"
"Yaudah deh gak papa"
"Bener ya, gue daftarin dulu lo ke Osis" melangkah keruang osis
*
Ruang kelas 3 Managemen Bisnis sangat riuh
"Eh def kelas kita lo aja yg mewakili pensi" ujar Aldo
Defta hanya menatapnya sekilas lalu melanjutkan memainkan game diponselnya " ogah, males gue" ujarnya santai
"Ck, lo tuh suaranya bagus, bisa gitar, gk setiap hari sekolah ngadain pensi gini"
"Lo aja sono"