"Mamak baru pulang... hari ini Mamak kok telat pulangnya?," tanya Arfi yang heran karena biasanya Mamak tidak pernah pulang lama.
"Majikan Mamak, meminta untuk membersihkan rumahnya," jawab Mamak yang terlihat lelah di raut wajahnya.
"Arfi main bersama Deri dan Nurul ya mak," pinta Arfi, meminta izin pada Mamak.
"Ya sudah, hati-hati, jangan bermain di tengah rel. Kalau kereta lewat menghindar jauh ya nak," ucap Mamak menasehati Arfi. Tinggal di pinggir rel emang harus hati-hati, sebab kereta akan melintas kapan saja.
Dengan membawa koran bekas dan pensil, Arfi bergegas pergi menemui Deri dan Nurul yang sudah bertemu dengan kak Risky di gerbong tua. Kedua sahabatnya sudah terlihat membuka koran bekas masing-masing.
"Maaf kak. Arfi terlambat. Menunggu Mamak pulang dari kerjaannya dulu, baru bisa ke sini," ucap Arfi yang telah berdiri di depan pintu gerbong tua itu.
"Gak apa apa, sini masuk," ajak kak Risky.
Kak Risky seorang wanita bercadar dan merupakan mahasiswi pendidikan bahasa Indonesia yang memilih gerbong tua sebagai tempat pengabdiannya. Mambantu anak-anak pinggiran rel kereta yang tak bersekolah. Ia mengajarkan banyak hal mulai dari membaca, menulis dan berhitung. Sayang niat baiknya tak mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Hanya tiga sekawan pemilik mimpi besar itu yang rutin belajar bersama kak Risky.
Tak pernah sebelumnya mereka lihat wanita bercadar. Arfi, Deri dan Nurul semula juga merasa canggung dengan wanita bercadar yang tak kunjung terlihat wajahnya. Namun, awal pertemuan, wanita itu mengajarkan dan mengenalkan ilmu Agama terlebih khusus pada Nurul. Betapa pentingnya menutup aurat bagi seorang muslimah, dengan memulainya sejak dini. Dan memberikan Nurul kain penutup kepala. Hingga kini gadis cilik yang paling cantik diantara Arfi dan Deri itu berkerudung meskipun harus berjualan koran.

YOU ARE READING
Gerbong Mimpi
ContoKisah anak pinggir rel kereta yang memiliki cita-cita yang besar untuk masa depannya.