Dunia Gemerlap Yang Gelap

106 1 0
                                    

"Panggil saja Mami Nita" ucap wanita didepanku ini, pasti dia berumur sekitar 35-40 tahun an. Ada sedikit kerut di sudut mata dan garis seyumnya terlihat jelas walaupun ditutupi dengan foundation dan bedak yang sangat tebal berlapis-lapis.

Bibirnya yang penuh, memakai lipstick berwarna maroon yang senada dengan dress ketat dan high heels di kaki jenjangnya yang terlihat menyilang dengan gaya elegan. Pandanganku beralih ke hidung mancungnya yang terlihat sempurna berkat filler yang pastinya bukan dibentuk di klinik kecantikan murah.

"Anggita Dinar Airin..." Mami Nita bergumam sambil memandang e-ktp ku ditangannya. "Kemarin Angel sudah telepon saya, sudah jelaskan tentang kamu. Dia sekarang sudah sukses ya di Bali? Saya dengar cabang restoran nya sudah 10 tempat dan mau buka butik juga ya? Hebat memang si Angel. Kamu nanti kalau lulus interview ini dan jadi kerja di sini juga harus rajin ya, yang pintar cari cara biar member balik lagi dan lagi. Bagus lagi bisa gaet member VVIP kaya si Angel dulu, sekarang dia kaya raya tuh jadi nyonya besar walaupun status nya istri simpanan gak pa pa toh, yang penting hidup terjamin."

Rentetan pertanyaan mami Nita mengenai Bu Angel mantan Boss ku dulu sewaktu aku bekerja sebagai waitress di Bali lebih seperti pernyataan, yang sepertinya memang tidak perlu jawaban dariku.

"Kamu yakin mau bekerja di sini? Angel sudah jelaskan bukan bahwa kerja club ini berbeda dengan yang pekerjaan kamu sebelumnya di Bali kan? "

Aku terdiam sejenak.. ragu. Apa aku benar sanggup bekerja disini? Di tempat yang banyak orang bilang tempat "Dugem" atau "Dunia Gemerlap".

Tapi kenapa saat aku memandang sekeliling yang ada hanyalah gelap??

Saat keluar dari lift mewah berpintu keemasan tadi, yang aku jumpai hanyalah kegelapan.. Setelah menyusuri lorong panjang yang juga gelap, dengan sangat sedikit penerangan oleh lampu dinding temaram berwarna kuning pucat, yang terbuat dari crystal ber-desain mewah, tampak disusun berderet secara rapi di kanan dan kiri.

Kemudian terlihat pintu berwarna coklat dengan gagang pintu keemasan di sebelah kanan dan kiri berjejer disepanjang lorong yang kulewati,  seorang pemuda yang cukup tampan dengan setelan kemeja putih dan dasi kupu-kupu berwarna hitam serta name tag bertuliskan Aldo-Greeters mengantarku hingga menuju sebuah pintu diujung lorong, tertempel tulisan berwarna emas Orchid Room.Dia kemudian dengan sangat sopan dan senyum ramah mempersilahkan aku untuk masuk dan menemui wanita yang disebut Mami Nita didalam ruangan tersebut..

Aku teringat kata - kata Bu Angel kemarin saat ditelpon.Waktu aku meminta tolong untuk kembali bekerja di restoran seafood nya Di Bali...

"Maaf Nggi, kalau untuk saat ini waitress saya di semua cabang sudah full, overload malah.. Saya ada rencana buka butik tapi masih progress, kemungkinan besar tahun depan baru running"

"Tapi saya sekarang sangat butuh pekerjaan Bu, bisakah Bu Angel bantu saya? Kerja apa saja bu, dimana saja.. Gaji berapa pun saya terima. Saya harus mencari nafkah untuk keluarga saya. Saya sudah mencoba melamar kesana kemari tapi belum ada panggilan kerja Bu..  Kasihan Ibu saya jika harus membanting tulang sendiri sebagai buruh tani untuk menghidupi kami." Aku memohon kepada bu Angel sambil terisak. Ijasah ku yang hanya tamatan SMA terasa sangat sulit untuk mencari pekerjaan saat ini. Apalagi aku sempat lama menganggur sejak menikah.

"Hmm.. Anggi.. Mungkin saya bisa bantu kamu jika kamu mau.. Ehmm.. Tapi.. Saya tidak yakin.. Hmm.. bagaimana ya.. "

"Kenapa Bu, tolong saya bu, pekerjaan apapun akan saya lakukan.. Saya mohon.. Saya akan berusaha keras. Saya sangat butuh bantuan Bu Angel. "

"Saya ada kenalan di Surabaya, mungkin dia bisa bantu kamu kerja.. Tapi.. "

"Tapi apa Bu..? " ucapku penasaran dan tak sabar

"Kerjannya bukan di restoran seperti tempat saya, tapi di club. Night Club. Dan bukan sebagai waitress tapi sebagai Lady Escort (LC), nggak susah kok cuma duduk - duduk dan temenin tamu nyanyi gitu... Dan gaji nya bisa 10x atau bahkan 50x lipat gajimu sebagai waitress di tempat saya dulu... Gimana?? Kalau kamu mau, saya kontak kenalan saya sekarang juga, biar besok kamu bisa ketemuan dan tanya - tanya dia untuk lebih jelasnya lagi... Mau??"

Dan disinilah aku saat ini. Dihadapan Mami Nita yang untuk kedua kali nya bertanya.

"Anggita Dinar Airin.. Apakah kamu yakin mau bekerja disini?? "

"Iya Mi, aku yakin..." ucapku lirih.. Hampir tak terdengar..

"Oke. Sekarang berdiri dan buka baju mu.. "

Ucapnya tiba - tiba sambil mengganti posisi silang kaki nya ke sisi sebaliknya.

Aku terhenyak kaget. Tapi tak bergeming...

"Kenapa??  Kamu ragu? Tadi kamu bilang sudah yakin kan?? " ucapnya dengan nada yang agak sinis.

Aku tertunduk, menatap kakiku yang bergetar... Kuat lah Anggita! Kamu bisa! Kamu pasti bisa...

Tanganku bertumpu pada kedua lutut untuk menyangga badan saat berusaha berdiri, aku takut jika tiba-tiba terjatuh lemas karena kakiku yang tak henti-hentinya bergetar saat ini. Sejenak aku melirik Mami Nita dihadapanku. Dia terlihat masih terduduk santai di posisinya tadi sembari menyulut sebatang Marlboro menthol di sudut bibirnya.

Aku berdiri.. Membuka kancing kemeja berwarna putih ini satu persatu.. Dan menanggalkan seluruh pakaian yang ku kenakan sampai tak tersisa sehelai benangpun di tubuhku.
Aku melihat mami Nita tersenyum puas awalnya saat memandangi bagian atas tubuhku yang padat berisi. Di usia 25 tahun ini, bisa dibilang saat keemasan untuk seorang wanita sepertiku. Kulit yang putih mulus bak mutiara yang berkilau, serta payudaraku yang montok-kenyal dan membusung dengan puting berwarna merah muda yang lembut...
Tapi raut mukanya mendadak berubah saat menatap garis luka horizontal yang membentang tepat dibagian bawah perutku.

"Kamu Cesar??"
"Iya.. "
"Waduuuhh... " ucapnya penuh sesal yang sangat tergambar di wajahnya. "Tapi kamu bisa minum kan? Neken gimana? bisa?"
"Bisa."
Jawab ku cepat, walaupun sebenarnya aku tak yakin apa arti dari rentetan pertanyaan mami Nita itu. Aku hanya ingin cepat menyelesaikan semua ini. Berdiri telanjang walaupun diruangan tertutup dan di hadapan orang asing yang baru kutemui sesaat tadi membuatku merasa sangat risih dan malu.

"Ok. Karena kamu titipan Angel saya akan kasi pengecualian. Tapi saya harap kamu tidak akan mengecewakan saya nantinya"

"Terimakasih, saya akan berusaha keras sekuat tenaga"

"Hahaha... Tidak perlu seperti itu" Mami Nita tertawa geli mendengar jawabanku yang terucap serius. "Jangan tegang, rilex saja... " timpalnya lagi. "Yang betul bukan kamu berusaha keras sekuat tenaga darling, tapi buat mereka keras dan kemudian lemas tak bertenaga setelah kamu berusaha... Hahahaha... "

Aku masih bingung dan berusaha mencerna kata-kata yang dia ucapkan saat dia kembali berkata

"Baiklah, besok kamu datang Jam empat sore ya. Dan mulai detik ini nama kamu bukan Anggi. Tapi Bella..."ucapnya sambil menyodorkan e-ktp di depan wajahku.

"Mengerti Bell...? Sekarang pakai bajumu dan kamu bisa pulang. See you tomorrow ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Besides MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang