Tiga

12 0 0
                                    

Rafka

Sudah seminggu sejak pernikahanku dengan Dannisa. Gadis pilihan kedua orangtuaku.
Aku sudah tak peduli lagi dengan hidupku yang monoton. Pagi kerja lalu pulang saat malam.
Tak ada lagi wanita yang menggetarkan hatiku sejak kejadian 2tahun lalu.

Orangtuaku mengatakan akan meminang anak gadis dari teman mereka. Aku tak menolak. Bagiku menolak pun sia-sia, karena pernikahan ini pasti akan terjadi.

Pagi ini aku memperhatikan istriku yang sedang menyajikan sarapan. Dia gadis yang tangguh. Sejak ditinggal bunda terkadang aku melihatnya sesekali menangis. Namun dengan lihai menutupi dariku.
Dia tidak menyadari keberadaanku yang menyender dipintu ruang makan. Aku tersenyum sendiri melihat tingkahnya yang masih kikuk jika didepanku. Tak seperti para wanita dikantorku.

"Masak apa?" Aku bertanya saat sudah duduk dikursiku.

"Astaghfirullah.. mas, bikin kaget"
Aku hanya tersenyum.
"Ini nasi sama ikan goreng tambah capcay"tambahnya

Kami makan bersama. Hening tak ada suara, hanya suara sendok dan piring. Setelah selesai aku membantunya meletakkan piring kotor.
"Mas,sini biar aku aja, masa kamu yang ngerjain pekerjaan dapur?"
Dia protes, tapi aku menggeleng.

"Kamu siap-siap gih, hari ini mama minta kita datang kerumah."

"Gitu ya?, yaudah. Nisa siap-siap dulu"

####

"Ah... mantu cantik mama sudah datang!"
Suara mama terdengar sangat semangat. Mama tampak sangat menyayangi istriku ini.
"Malam ini nginap disini ya!"
Itu bukan permintaan, tapi sebuah pernyataan yang kalau tidak dituruti akan jadi drama.

"Hai kakak ipar, hai abang..,
Kak Nisa, sini deh aku mau nunjukin sesuatu!"
Adikku satu-satunya itu sudah menarik Nissa untuk duduk di sofa.

"Raf, kamu ditunggu papa diruang kerjanya." Mama memberitahuku.
Pasti ada sesuatu yang serius jika sudah harus diruang kerja.

Tok..tok..tok..

"Masuk Raf!"

"Ada apa pa?, sepertinya ada hal yang penting." Aku bertanya pada papa.

"Papa akan mengadakan acara untuk memperkenalkan Nisa. Papa sudah menuruti keinginan kamu untuk tak membuat resepsi yang besar." Papa menghela nafas. "Tapi Dannisa harus dikenal sebagai menantu papa!"

"Oke. Rafka gak keberatan. Kapan acaranya?"

"Nanti malam."
Aku kaget bukan main. Memang kami sudah menikah. Tapi papa dan mama malah mengadakan acara tanpa konfirmasi dariku.

###

"Kak, udah dong ngeliatin kakak iparnya.., tau kok kalo istrinya cantik."
Raisa menyadarkan ku dari kekagumanku.
Ternyata memang benar adanya kata-kata the power of make up itu.

"Gimana? Cantik kan mantu mama?"
Lagi-lagi mama menggodaku.
Istriku hanya tersenyum malu.

"Cantik sekali dan menakjubkan"
Aku membatin, meraih tangannya dan merangkul pinggangnya berjalan keluar rumah menuju mobil kami.

###

Diballroom hotel milik keluarga kamilah acara dilangsungkan.
Diatas panggung sudah berdiri papa dan mama. Aku menyapa beberapa rekan bisnis yang diundang sekalian mengenalkan istriku.
Sebagian mereka kaget karena tak tahu kalau aku sudah menikah seminggu lalu.

"Gimana sih bro, nikah gak pake undang kita?"
Ini si Reza, sahabatku. Masih ada Aldi dan Adam. Ketiganya adalah sahabatku. Kami tumbuh besar dilingkungan yang sama karena orang tua kami juga berteman.

"Biar kejutan lah..." sahutku. "Sekarang udah pada tau kan?"

"Terus gimana rasanya jadi suami?" Adam bertanya sambil menaik turunkan alisnya. Tentu saja aku tahu apa maksud pertanyaannya itu. Tapi aku hanya tersenyum saja. Karena memang tak terjadi apa apa selama seminggu pernikahan kami.
Aku melirik istriku yang berubah jadi kikuk dengan pertanyaan dari Adam.

"Hust, kamu ini mas!! Jangan digodaon gitu ah pengantin baru" gerutuan istri Adam merubah atmosfir disini. "Pinjam dulu ya Raf,istrinya?" Katanya sambil membawa Nisa menjauh dari kami.

"Gue sedang berusaha jadi suami yang baik buat dia"
Aku nemilih berkeluh kesah dengan sohib sohibku ini.

"Jangan bilang kalo lo belum sentuh istri lo itu!"
Adam langsung menyambar ucapanku. Aku mengangguk, dan menyugar rambutku.

"Gue gak mau buru buru, takut menyakiti dia nantinya"

"Denger Raf, dengan apa yang udah terjadi selama seminggu ini, lo udah nyakitin dia."
Adam mendominasi,  karena dari kami berempat baru Adam dan aku yang menikah.

"Adam bener Raf. Walau gue belum married tapi ini menurut gue juga salah." 

Aku terdiam. Ya, mungkin aku salah.
Sepertinya aku harus benar benar belajar menjadi suami yang sebenarnya. Dannisa adalah istri yang sempurna untukku. Hanya saja aku tak tahu apa yang hatiku inginkan. Aku masih dilema.

Cinta Tulus Untuk NissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang