München Mag Dich (München Menyukai Anda)[1]
Katryn check in Schaarbeek Station, Brussels.
Kurapatkan jaketku sebelum kunaikkan resletingnya sampai ke dagu. Aku menggigil menahan dingin angin akhir musim gugur sebelum duduk di salah satu kursi stasiun Schaerbeek dengan dinding yang didominasi warna bata. Stasiun tempat Mario, kekasihku yang berdarah Spanyol berjanji untuk kembali padaku setelah ia meraih impiannya menjadi pemain sepak bola di kota Munchen. Meski ia tak pernah kembali setelah berhasil menjadi pemain sepak bola.
Aku menarik nafas panjang. Munchen.
Kota indah Bavaria itu membawa ingatanku kembali pada pria bernama Manuel. Pria berwajah tegas dengan rahang kokoh dan mata teduh dan biru . Manuel telah membawa Mario kembali padaku. Namun di saat yang sama aku harus kehilangan pria itu.
Manuel adalah seorang pemain sepak bola tenar di klub Munchen. Orang lebih mengenalnya daripada Mario . Setelah ia berhasil menjadi kiper terbaik di tahun itu, pemilik klub ingin menuliskan biografinya. Dan tak kuduga kalau manajemen klub itu menghubungiku karena aku pernah menulis biografi seorang atlit renang Belgia.
Aku langsung berangkat menuju Munchen segera setelah aku mengiyakan tawaran menulis tentang Manuel meskipun sebenarnya aku tidak begitu tahu tentang sepak bola. Yang membuat kelewat senang adalah kemungkinan bertemu dengan Mario. Pastinya aku akan diijinkan keluar-masuk ruang pemain jika mereka ingin aku menulis biografi tentang Manuel ini.
"Halo, saya Manuel! Apa kabar?" sapa Manuel ketika pertama kali bertemu denganku. Kesan pertama tentang dirinya adalah ia orang yang ramah dan menyenangkan. Ia gampang diajak bekerja sama dan hangat meskipun orang Jerman dikenal dengan pribadi yang tertutup.
Manuel memiliki hobi makan. Mungkin dengan pilihan karirnya sebagai kiper, ia perlu asupan banyak makanan untuk tubuhnya. Beberapa kali ia mengajakku makan malam bersama dalam rangka pekerjaan dan sering juga ia mengajakku menikmati kuliner khas Munchen seperti Weisswurst[2].Meski menurutku hubungan kami hanyalah bisnis tapi Manu selalu bersikap gentle, melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pria yang sedang berkencan dengan kekasihnya seperti membukakan pintu mobil, menarik kursi, membantuku memotong daging steak, dan bertanya apakah aku nyaman bersamanya.
Ya, tentu saja aku nyaman bersama dengan pria bermata biru itu. Ia adalah tipe pria yang membuat hati wanita tenang ketika bersamanya.
Manu juga sering mengajakku melihatnya latihan di kamp Bayern Munchen Headquartersdan aku tentu saja bertemu dengan uhm, Mario. Aku tahu pasti kalau Mario pastilah sudah tahu kalau aku akan menulis biografi tentang Manuel tapi tetap saja pertemuan kami berlangsung canggung.
"Hai, apa kabar?" sapa Mario saat itu.
"Baik. Kau?"
"Sudah sangat lama." Ya, dua tahun. Tapi aku tak menjawab. Mario ingin mengajakku makan malam sebagai perayaan atas pertemuan kami lagi tetapi belum sempat kujawab, suara berat itu mencegahku mengatakan ya.
"Maaf, Mario," potong Manuel sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.
"Kat milikku malam ini. Kau pasti tak ingin menghambat pekerjaannya kan?" tanya Manuel sambil memamerkan senyum jailnya padaku. Mario hanya bisa menerima ketika aku mengiyakan kalau malam itu aku harus pergi bersama Manuel.
Malam itu Manuel mengajakku makan malam di Davvero restoran eksklusif di Hotel Charles. Bukan makan malam biasa namun merupakan malam yang sangat istimewa. Kami banyak bicara soal masa kecil Manuel yang besar di Gelsenkirchen bersama dengan saudaranya Marcel. Dan aku juga menemukan bahan untuk tulisanku setelah menemukan fakta kalau Manuel adalah orang yang sangat peduli kepada anak-anak. Ia memiliki badan amal atas namanya untuk membiayai anak-anak yang memiliki minat terhadap musik.

KAMU SEDANG MEMBACA
⚽MUNCHEN MAG DICH [Completed]⚽
FanfictionMunchen Mag Dich ( Munchen Menyukai Anda) adalah motto dari kota Munchen. Fiksi ini saya tulis setelah Worldcup 2014. Mengambil latar kota Munchen dan kiper Bayern Munchen sebagai tokoh.