1. Where Are You?

2.6K 323 26
                                    

Hari itu awan mendung tampak menyelimuti langit senja kota Seoul. Udara dingin disertai rintik hujan yang mulai turun membuat sebagian besar orang memilih untuk tinggal di rumah dan menghangatkan diri. Namun berbeda dengan sosok bersurai golden blonde yang tengah duduk termenung di balkon sebuah apartemen. Sosok itu tampak tak peduli dengan percikan air hujan yang mulai membasahi celana tidurnya.

Sesekali netra gelapnya melirik ponsel hitam digenggamannya, memastikan apakah orang yang ditunggunya sejak beberapa hari lalu menghubunginya atau tidak. Tapi nihil, diantara nama-nama yang muncul di layar, tak ada satupun pesan atau misscall yang berasal dari orang itu.

Sosok bersurai golden blonde tampak mendesah pelan. Beberapa minggu tak dihubungi oleh sang kekasih berhasil membuat hatinya galau setengah mati. Bagaimana tidak, selama empat tahun ia menjalani long distance relationship antar benua–Amerika dan Perancis–baru kali ini kekasih pucatnya itu tak memberikan kabar apapun padanya. Jadi, wajar kan jika dia merasa khawatir.

Ia kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri selama beberapa saat, kembali memikirkan sang kekasih yang menghilang bak ditelan bumi.

CKLEK–

"Jimin apa kau sudah– yak! Apa yang kau lakukan disana?!"

Suara yang familiar itu membuyarkan lamunan Jimin, seketika kepalanya menoleh dan mendapati kakak laki-lakinya sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Ah, hai hyung." Sebuah cengiran polos terbit di wajah manisnya, senjata yang biasa ia gunakan untuk menghindari kemarahan hyungnya.

Pria cantik yang dipanggil 'hyung' itu masih setia berdiri di depan pintu kamar sambil berkacak pinggang. Raut wajahnya tampak kesal sekaligus gemas melihat tingkah konyol sang adik. Hey, orang bodoh macam apa yang mau duduk diam di balkon dengan cuaca seburuk ini? Kecuali jika orang itu memang ingin terkena demam dan pilek.

Adiknya satu ini memang tak pernah berubah.

"Cepat masuk kedalam dan tutup pintunya! Ya tuhan Jimin!" Pria itu kembali berteriak sebal, sementara yang diteriaki hanya menunjukkan cengirannya seraya menjalankan perintah hyung kesayangannya.

"Sepertinya dua tahun hidup di Amerika sama sekali tidak menghilangkan sifat bodohmu hmm?" Ujarnya seraya mencubit pipi gembul Jimin gemas.

"Aduh! Seokjin-hyung! Sakit!!" Jimin mencebikkan bibirnya sambil mengusap-usap pipinya yang memerah, bekas dicubit oleh Seokjin. "Aku baru datang dari Amerika dan kau sudah menyakitiku begini! Akan kulaporkan pada eomma!"

"Laporkan saja. Jika eomma menelpon, aku tinggal bilang bahwa kau sengaja bermain hujan di balkon kamar dan tidak mengindahkan nasehat kakaknya untuk berhenti. Selesai." Jawabnya santai.

Bibir kissable Jimin kembali maju beberapa senti setelah mendengar jawaban bernada santai itu. Ia memang selalu kalah jika berdebat dengan hyungnya satu ini dan itu membuatnya kesal.

"Kalau begitu akan kulaporkan pada Namjoon-hyung."

"Ck! Sudah, jangan bawa-bawa dia, lagipula kenapa kau malah bersemedi di balkon pada cuaca seperti ini? Bukannya kau bilang jika malam ini ada acara reuni?"

"Ehm– Aku– hanya sedikit merenung hehe." Seokjin menyipitkan matanya, sedikit curiga dengan jawaban sang adik.

"Merenung? Memang kau sedang ada masalah?"

"Tidak! Hehe, tidak ada sama sekali. Semuanya aman." Jimin kembali memunculkan cengiran khasnya, berharap agar Seokjin tidak curiga.

"Benar?" Pria berpipi tembam itu mengangguk cepat. "Kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku?"

Perfect | YoonMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang