Chapter 2

37 9 3
                                    

Pagi yang cerah menyinari dengan penuh kehangatan disana. Dimana tempat paling nyaman bagi Auristela untuk terlelap Semakin dalam. Namun, sang ibu sudah pasti tidak memperbolehkannya menutup mata lagi.

" Nak... Bangun." Suara lembut wanita menusuk telinga Auristela. Wanita itu sedikit mengguncang tubuhnya hingga Auristela membuka matanya secara perlahan.

Gadis itu kini menguap dan merenggangkan tubuhnya di atas kasur. Dia menatap wanita itu dengan tatapan melongo sambil mengucek mata.

" Haduh kamu ini, cantik sih iya. Kalo bangun tidur kok jelek banget sih...." Ucap wanita itu sambil mencubit pipi Auristela.

" Aduduh.... Ma...." Auristela dengan sigap memegang tangan mamanya yang bersengger di pipinya.
" Masih terlalu pagi bangunin Ristel..." Keluh Auristela yang kini telah menguap kedua kalinya.

" Udah jam 8 dan kamu bilang terlalu pagi? Jangan jadi kebo deh, Ristel..." Suara mama benar benar sangat lembut. Ia tidak segan segan  membelai rambut Auristela dengan tangannya. Karena hal itu Auristela hanya bisa tersenyum sangat bahagia. Baginya tangan mamanya adalah yang segalanya. Sentuhan lembutnya bagaikan sebuah kehangatan mentari pagi.

" Ini Minggu ma..."

" Yah terus kalo Minggu boleh jadi kebo? Anak ibu udah gadis. Nggak boleh malas malasan...., nanti udah punya rumah tangga malah berantakan lagi." Ujar wanita itu sambil tersenyum lembut.

" Aduh ma, masih lama lagi...." Setelah mengucapkan hal itu Auristela langsung merebahkan dirinya di atas kasur.

" Mama keluar ya... Papa nunggu dibawah." Belum lagi sempat mamanya berdiri Auristela langsung terduduk dengan cepat.

" Papa? Papa udah pulang?" Auristela menatap tidak percaya mata mamanya. Papa Auristela bukanlah orang yang akan ada di rumah setiap saat. Bisa dihitung jari berapa kali Auristela bertemu papanya dalam satu tahun.

Mama tidak menjawab dan malah mengangguk penuh senyuman. Ia berjalan keluar dari kamar Auristela.

Auristela langsung berlari keluar kamar dan menuruni tangga dengan sangat cepat. Ia langsung menuju sofa dan menyalip ibunya yang sedang berjalan.

" Risteeeel jangan lari lari didalam rumah...! Nanti kamu jatuh.." Teriak mama yang didahului oleh Auristela. Auristela tidak menanggapinya dan sibuk mencari keberadaan papanya itu. Mamanya hanya bisa menggeleng geleng saat melihat tingkah laku putri semata wayangnya yang satu ini.

" Papaaaaa......!" Teriak gadis itu saat menangkap ayahnya dengan pandanganya yang sedang membaca koran disudut ruang tamu rumahnya. Auristela tidak berpikir dua kali dan langsung memeluk Papanya tersebut. Papa Auristela hanya bisa tersenyum dan mengusap lembut kepala putrinya.

Dia tau betul betapa rindunya Auristela kepada dirinya. Dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang paling besar dalam hidupnya saat bertemu dengan satu satunya putri yang dia miliki.

" Papa udah pulang... Seneng gak?" Ledek papa-nya kearah Auristela.

" Gak usah ditanya lagiiii....." Auristela membalas perkataan ayahnya dengan sebuah senyuman yang amat lebar. Umurnya boleh tergolong remaja, namun sikapnya masih seperti anak anak.
" Jadi kenapa bisa pulang? Biasa akhir tahun baru pulang... Ini bukan hari ulang tahun Auristela lho..." Tambah Auristela lagi.

" Siapa yang mau ngerayain ultah kamu... Ge'er..." Papa Auristela mencubit pelan pipi anaknya.

" Ad,duh... Iya iyaaaa....." Rengek Auristela.
" Jawab dong..."

" Ganti baju yang cantik dan rapi. Jangan lupa mandi sarapan.... Kita mau keluar."

" Keluar? kemana?" Tanya Auristela

" Ikut aja....." Lagi lagi papa Auristela mencubit pipi anak tersayangnya tersebut.

" Iyaaaa, jangan cubit lagi. Sakit..." Auristela mengelus pelan pipinya yang merah akibat papanya. Dengan sigap Auristela berlari ke tangga dan naik menuju kamar tidurnya. Ia dengan segera melaksanakan seluruh perintah ayahnya tadi.

§♪♪♪§

Yo, dengarkan celotehan author ya!

Jangan lupa tinggalkan VOMMENT karena author berasa gak bernyawa tanpa dukungan kalian. 😥

Maaf jika Love Is Battlefield ini lama update. Hal itu dikarenakan lagi sibuk dengan sekolah.

Terimakasih yang telah membaca, Jaa Mata-nee!

Love Is Battlefield • Zenqueen'elaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang