29) Tak Terduga

3.3K 122 4
                                    

*Rena's POV*

"Ren, nggak bosen apa, di rumah mulu?" tanya Mas Esa.

Aku menutup buku yang sedang kubaca. "Emang mau gimana? Kamu di rumah, bosen. Ntar kalo pergi terus macet, kamu ribut juga."

"Biar nggak macet ya jalan kaki," kata Esa.

"Sekarang sih, ngomongnya gitu. Tau-tau di sana langsung tepar," tambahku lagi.

"Tapi aku bosen. Main yok, apa gitu," ajak Esa lagi.

Susah deh kalo Esa lagi kayak gini. Tapi aku juga lagi males ngapa-ngapain.

Aku berpindah dari posisi duduk menjadi tiduran di kasur. "Ngantuk ah."

"Dulu aku mau-mau aja nemenin kamu."

"Berarti kamu gampang ditipu."

Aku dijitak. Keras.

"IH! Sakit! Jahat banget sih."

"Lebih jahat mana sama yang nggak mau nemenin?"

"Ya lebih jahat yang jitak lah."

Aku melototin Esa, dia melototin balik. Ia bersedekap. Terus sampe beberapa menit. Akhirnya Esa melepaskan pandangannya, liat jam di belakangnya.

"15 detik," katanya tiba-tiba.

"Hah? 15 detik?" tanyaku bingung.

Ia kembali bersedekap. "Waktu kamu buat bangun dari tempat tidur atau.."

Aku ikut bersedekap. "Atau apa?"

"Satu.."

"Ih, jawab, atau apa?"

"Empat.."

"Eh! Ih, apaan coba ngitung gitu? Jawab dulu!"

"Dua belas.."

"Ih, kamu--"

"Lima belas!"

Kemudian tubuhku diangkat paksa. Diangkat kayak karung beras. Duh, mana kepalaku posisinya di bawah. Pusing.

"Turunin!" suruhku, menggebuk punggung Esa.

"Meskipun kamu berat, tapi aku nggak mau nurunin kamu sebelum nyampe tempat tujuan," katanya, berjalan cepat di tangga.

"Malah ngatain!" Aku menggebuknya lagi. "Tempat tujuan apa coba?"

Bukannya jawab, Esa malah lari-lari cepet. Makin pusing. Setelah beberapa belokan, aku akhirnya diturunkan. Ternyata ruang makan. Sempoyongan, aku berjalan dan duduk di salah satu kursi.

"Masa pacar sendiri diangkatnya gitu sih?" tanya Tante Kamila yang aku nggak sadar ada di sini dari tadi. "Yang romantis dong, kayak di film-film."

Kak Kania yang ada di sampingnya menyahut, "Ah, Mama kebanyakan nonton film kayak gitu."

"Ya udah kalo Mama maunya gitu, Vesa ulang ya," kata Esa, berbalik menghadapku. "Ayo, ulang lagi dari atas."

Aku menggebuk lengannya. "Ha ha. Lucu."

"Emang," kata Esa, menaruh kedua jari telunjuknya di pipi kanan dan kiri.

Aku menggebuknya lagi. "Jijik."

"Sakit tau." Ia balas mencubit pipiku.

"Dipikir itu juga nggak sakit?" tanyaku, mengelus pipiku.

Esa malah makin jadi nyubit-nyubit pipiku. "Tembem gini masa sakit?"

"Ehem. Gue sama Mama masih di sini. Kalo mau tau," celetuk Kak Kania.

"Ih, kamu jangan ganggu pertunjukannya dong," tegur Tante Kamila.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang