Bimbang

71 5 0
                                    

      Di lantai dua sekolah, aku duduk menyendiri di tepian pagar beton sambil melihat ke lapangan, teman ku yang sedang berolahraga. Aku masih hanyut dalam kesendirian.
      Beberapa hari menjelang kelulusanku dari bangku Madrasah Aliyah, kebimbangan memenuhi hatiku. Membuatku enggan bercengkrama dengan teman-teman, membuatku tak berselera makan.
  Ku pandangi teman-teman yang bermain basket.
   " PLak...!"
    Aku tekejut bukan main. Satu tepukan keras mendarat tiba-tiba tanpa permisai di bahu kanan Ku.
    " Astagfirullah...!" seruku,refleks menoleh dan mencari asal tepukan.
    " Maaf !"  ucap seseorang sembari tertawa.
    Aku membalikan badan. Ku perhatikan tajam-tajam sosok manusia ber-sweater tebal di hadapan Ku. Ah,ternyata Rahma sahabat Ku.
    " Rahma...Rahma...! Salam kan bisa ?"  ucapku,keras.
    " sekali lagi,maaf,deh!"
    Aku tak memberikan tanggapan. Kembali ku lempar pandang ke lapangan.
    " kamu kenapa, zah ? Sejak tadi melamun terus" selidik wildan. Sepertinya, telah lama dia memparhatikanKu.
    "Tidak kenapa-kenapa. Lagi ingin sendiri saja," jawabKu, agak ketus.
     "Berarti, aku mengganggu, dong !"
     " Tak apa..."
     " Serius ?"
     " Iya...!"
       Rahma pun duduk di sebelah ku." eh.Zah. setelah lulus, apa rencana mu selanjutnya ?"
     " belum tahu, Rahma masih bingung ?" jawabku datar ,buku yang ku genggam sedari tadi lalu ku letakkan di pangkuan.
    " apa yang membuatmu bingung ?" selidik rahma,penuh penasaran.
     Aku tak lekas menjawab ku pandangi langit yang mulai mendung.
     " sebenarnya, aku masih ingin lanjut masuk universitas."
    " kalau begitu , kenapa kamu tidak tetapkan saja sebagai program lanjutan mu ?"
    " mau ku iya, sih. Tapi...," ku potong jawaban ku. Berat rasanya meneruskan kalimat berikutnya.
     " tapi kenapa zah...? Katakan sajalah."  ucap Rahma,terkesan menekan ku.
     " keadaan keluargaku, Rahma..."
     " ada apa dengan keluarga mu ?mereka baik-baik saja kan ?"
     " iya. Mereka baik-baik saja. Cuma keadaan ekonomi keluarag ku yang tidak sebaik dulu. Sudah dua tahun ayah ku berhenti bekerja di peeusahaan. Sementara abang ku masih kuliah. Aku tidak tega melihat orang tuaku terus- terus terbebani begitu. Apalagi bunda jelas- jelas meminta ku untuk segera pulang.

   " iya juga sih. Tak selamanya kita bisa bergantung pada orang tua. Akan tiba waktunya di mana kita harus hidup mandiri. Syukur-syukur, bisa ikut membantu orang tua."

   "Kamu sendiri bagaiman Rahma ?"  ganti aku yang bertanya.

   " aku bingung juga, zah."

   " kenapa ?"

   " ada keinginan untukku meneruskan masuk universitas seperti mu. Tapi, ada juga keinginan untuk mondok."

   " wah, hebat kamu,Rahma.menurutku dua keinginan mu itu sama baiknya. Pilih salah satu. Toh sama-sama untuk mencari ilmu.

    " memang benar,sih. Cuma bingung mana yang harus ku pilih.diantara ke duanya tentu ada yang paling baik untuk di jadikan pilihan."

   " benar, Rahma.kita harus tahu mana yang baik dan mana yang lebih baik. Kita harus pandai-pandai menimbang agar kita tidak salah menjatuhkan pilihan."

   " ya, sudah Rahma kita balik ke kelas,hujan juga mulai turun.nanti kumat lagi penyakitmu."
     Rahma menggerutu karena sindiran ku,aku tersenyum geli.
     Tak terasa dua jam pelajaran terakhir sudah selesai, dan baru saja bel tanda pulang berbunyi. Kami yang bersekolah di madrasah aliyah ini semuanya tinggal si asrama yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah. Jadi ,jangan heran kalau libur sekolah waktu yang paling di tunggu-tunggu.



Assalamulaikum ....
Ini cerita pertama aku, maafkan kalo ada typo bertebaran.

Jangan lupa tinggalin vote serta komenya ya guys..

Terimakasih sudah mau mampir dan membaca karya saya.

FAIZ (FAZA FAIZAH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang