"Jung, Professor Kang menunggumu di auditorium."
Jung yang dimaksud menoleh dari objek yang menjadikan fokusnya tertuju hanya pada satu titik selama 5 jam ke belakang ini; maket untuk proposal tugas akhirnya. Lawan bicaranya terpaksa harus menahan napas sepersekian detik ketika tatapan fokus Jung Hoseok mengarah padanya. Dipadukan dengan rambut yang mencuat kesana-kemari, dan kemeja yang kancing-kancingnya sudah terbuka menampilkan kaus lengan pendek putih polos di dalamnya, juga lengan kemeja yang terlipat rapi sampai ke siku. Hanya sepersekian detik, karena tatapan Jung di balik kacamatanya yang jatuh ke malas di hidung bangirnya itu kian melembut ketika tersenyum sembari mengangguk.
"Thanks, Kara. Aku akan menuju ke sana sebentar lagi."
Matanya seakan ikut tersenyum layaknya bulan sabit. Sulit untuk berkedip jika harus berhadapan langsung dengan Manusia Matahari ini. Apalagi pada saat seperti ini, saat Jung menyugar rambutnya ke belakang hati-hati dengan raut tak peduli. Indah sekali.
Jung Hoseok, dan segala yang ada pada dirinya adalah sebuah metafora.
*
"Jeon, Prof. Kang menunggumu di auditorium."
Jeon yang dimaksud berpaling dari objek yang menjadikan fokusnya tertuju hanya pada garis-garis di hadapannya. Di hadapannya terhampar kertas kalkir ukuran A1 yang ditempel pada meja gambarnya. Lawan bicaranya tidak bisa untuk tidak berdegup sesaat ketika sepasang mata Jeon Jungkook beralih padanya, tajam dan menusuk, terlihat begitu terganggu. Walau kenyataannya yang keluar dari mulutnya adalah,
"Okay. Aku akan membereskan ini dahulu lima menit lalu segera kususul Professor Kang ke audi. Terima kasih banyak ya, Niel."
Nadanya sopan, pemilihan katanya baik. Namun tetap raut tegas dan sorot mata tajamnya tidak melunak sedikit pun. Pergerakannya begitu luwes di atas meja gambar. Namun jika kau dapat sekilas mengintip ke mejanya, garis-garis yang dibuat begitu tegas dan terlihat brutal.
Jeon Jungkook, dan segala ke-paradoksial-annya.
*
Welcome.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTORTION
FanfictionAdalah Jung, mahasiswa arsitektur senior yang desainnya seapik Tadao Ando. Lalu Jeon, mahasiswa tahun kedua yang imajinasinya seliar gubahan massa Zaha Hadid. Seluruh mahasiswa satu departemen tidak ada yang tidak mengenal dua makhluk serba jenius...